Minggu lalu sebuah peristiwa mencekam terjadi di Florida, Amerika Serikat. Sebuah sekolah di Parkland, Marjory Stoneman Douglas High School, diserang secara brutal oleh remaja berusia 19 tahun bernama Nikolaus Cruz, menggunakan senjata api jenis AR-15. Cruz diketahui adalah mantan siswa di sekolah itu. Dulu ia dikeluarkan karena berperilaku buruk. Namun sampai sekarang belum diketahui lebih lanjut apa motif sebenarnya di balik penembakan yang menewaskan 17 orang itu. Kejadian ini menambah panjang daftar penembakan tragis di sekolah atau kampus di Amerika Serikat.
Tempat-tempat yang seharusnya aman bagi proses belajar mengajar anak-anak, berulang kali jadi saksi bisu kekerasaan bersenjata. Warga Amerika menuntut pemerintah untuk segera mengambil langkah serius supaya tragedi mengerikan ini tidak terjadi lagi. Namun seperti dalam banyak isu lainnya, Presiden AS, Donald J. Trump, justru mengeluarkan pernyataan kontroversial terkait peristiwa penembakan ini. Bukannya menjauhkan senjata dari lingkungan sekolah, Trump malah ingin mempersenjatai para guru supaya bisa melawan. Solusi tersebut langsung menuai reaksi keras. Kok malah kayak disuruh bertarung gitu ya?
Masalah kepemilikan senjata di AS memang selalu jadi perdebatan sengit antara kubu Partai Republik yang menaungi Trump dan oposisinya Partai Demokrat. Tapi ketika nyawa anak-anak usia sekolah terus dipertaruhkan, apa pantas ya seorang Presiden menyarankan solusi tersebut. Apa berarti guru juga harus diberi pelatihan militer untuk membawa senjata? Yuk simak kisah selengkapnya bareng Hipwee News & Feature!
Peristiwa di Florida kemarin, mendorong Trump keluarkan usulan yang kontroversial. Katanya guru harus dipersenjatai buat mencegah penembakan terjadi di sekolah
Dilansir BBC, Trump lontarkan usulan mempersenjatai guru setelah para penyintas penembakan Florida mendesaknya untuk memastikan kejadian serupa tak akan terjadi lagi. Nggak cuma membebaskan guru untuk punya senjata sendiri, Trump juga bakal mengimbau mereka untuk mengikuti pelatihan khusus. Selain itu, Trump juga menyatakan kalau mendukung pihak terkait untuk lebih memperketat pemeriksaan latar belakang pembeli senjata di AS.
Usulan itu memunculkan kontroversi. Bagi mereka yang pro, dengan adanya senjata itu para guru bakal bisa mengakhiri serangan lebih cepat. Jadi nggak makin banyak nyawa melayang
Bagi pihak pro, usulan Trump itu dianggap bisa lebih efektif mengatasi serangan brutal yang sewaktu-waktu mungkin datang lagi. Selama ini kalau ada kejadian serupa pasti orang harus menelepon pihak berwajib dulu baru pelaku bisa diamankan. Ini karena selain para korban nggak punya kewenangan, mereka juga seringkali nggak punya keberanian menghadapi pelaku sendiri dengan tangan kosong. Seringnya, begitu pihak berwajib datang malah sudah banyak nyawa yang terlanjur melayang.
Tapi sebagian orang justru menganggap usulan itu malah bisa bikin masalah lebih runyam. Orang kan nggak pengen ada penembakan, bukan malah saling tembak-menembak
Salah satu pihak kontra, Mark Barden, yang anaknya jadi korban penembakan di Sandy Hook Elementary School Connecticut 2012 lalu, mengatakan kalau mempersenjatai guru bukanlah jawaban. Menurutnya orang justru tak ingin penembakan serupa terjadi lagi. Para guru kini sudah mengemban tanggung jawab besar. Mempersenjatai mereka dengan senjata api akan menambah beban lebih berat lagi. Siapa sih yang ingin menyaksikan tembak menembak di sekolah? Tentu nggak ada yang mau.
Jumlah warga sipil Amerika yang punya senjata api emang paling banyak sih kalau dibandingkan negara lain. Fakta ini diikuti sama banyaknya kasus penembakan di sana
Saat ini bisa dibilang Amerika jadi negara dengan penduduk pemilik senjata api terbanyak di dunia. Data dari Small Arms Survey seperti dilansir BBC jadi buktinya. Tahun 2011, dilaporkan sebanyak 89 dari 100 orang AS punya senjata api. Disusul Yaman (55/100), Swiss (46/100), dan Finlandia (45/100). Banyak pihak termasuk para ahli yang kemudian menghubungkan tingginya tingkat kepemilikan senjata api dengan maraknya penembakan atau bunuh diri menggunakan senjata api. Apalagi 1 dekade terakhir ini, sering banget kita melihat tragedi penembakan di AS. Kalau ditotal sudah ratusan nyawa melayang karena penyerangan memakai senjata api.
Selain nggak ada aturan ketat soal kepemilikannya, harga senjata api yang relatif murah juga jadi faktor pendorong kenapa banyak orang akhirnya memilih menyimpan benda itu untuk pertahanan diri. Contohnya aja senapan serbu yang dipakai Stephen Paddock saat tragedi Las Vegas beberapa waktu lalu. Harganya cuma seharga MacBook yakni sekitar Rp20-an juta. Sedangkan pistol standar yang sering kita lihat di film-film action bisa dibeli dengan harga Rp2 jutaan! Jelas bukan harga yang mahal buat warga AS.
Soal kepemilikan senjata di AS ini memang udah jadi perdebatan di banyak kalangan. Setidaknya, Indonesia punya aturan yang lebih ketat sih. Yang jelas, kasus penyerangan kayak di Florida itu nggak bisa selesai hanya dengan mempercayakan para guru memegang senjata sendiri sih. Kalau ternyata gurunya juga berpotensi jadi teroris gimana?