Tansportasi online berbasis teknologi informasi sudah jadi bagian tidak terlepaskan dari kehidupan banyak generasi muda saat ini. Dari faktor kepraktisan, kenyamanan, keamanan, sampai banyaknya promo serta voucher, makin banyak orang yang memilih memesan jasa transportasi online dari aplikasi-aplikasi yang ada di gawai elektronik mereka. Apalagi di negara seperti Indonesia yang sistem transportasi umum atau publiknya masih berantakan dan tidak efektif, perusahaan-perusahaan penyedia jasa tersebut tumbuh subur. Salah satu pionir dan perusahaan terbesar dalam jasa transportasi online ini adalah Uber. Uber pun telah beroperasi di kota-kota besar di Indonesia.
Namun baru saja ada sebuah kabar mengejutkan dari Uber yang langsung membuat semua penggunanya di seluruh dunia was-was. Sebagaimana dilansir dari Forbes, CEO Uber yang baru, Dara Khosrowshahi mengakui bahwa ternyata perusahaannya sempat di-hack pada tahun 2016 yang lalu. Tidak tanggung-tanggung, berbagai data dari 57 juta pelanggan dan driver Uber berhasil dibobol dan diambil oleh hacker.  Bahkan dalam upaya negosiasi supaya data-data itu tidak disebarluaskan dan dijual ke pihak ketiga, Uber akhirnya bersedia membayar ‘tebusan’. Waduh kira-kira data-data personal pelanggan seperti kita ini dihargai berapa ya? Terus sudah amankah data-data yang sudah kita ‘serahkan’ pada penyedia jasa-jasa online seperti ini? Yuk simak info selengkapnya bareng Hipwee News & Feature!
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
CEO Uber membuat pernyataan mengejutkan bahwa Uber pernah berjuang melawan hacker dan bocornya data pelanggan Pengakuan ini datang langsung dari CEO Uber,
Pada 2016 lalu, Uber pernah berjuang melawan kebocoran data yang berhasil dicuri oleh hacker. Pencurian data ini melibatkan 57 juta data pelanggan dan ribuan data driver. Nggak main-main, data yang didapatkan oleh hacker adalah data personal berupa nama, alamat email, hingga nomor telepon pelanggan yang bisa disalahgunakan untuk kepentingan komersil atau dijual pada pihak ketiga. Parahnya, data driver yang berhasil dicuri juga termasuk data surat izin mengemudi mereka lho. Tentu saja bocornya data ini merupakan pukulan besar buat Uber yang ketika itu masih berkembang.
Setahun kemudian, CEO Uber Dara Khosrowshahi, membuat pernyataan melalui Bloomberg dan unggahan blognya bahwa Uber pernah mengalami masa-masa kelam itu.
ADVERTISEMENTS
Sebesar lebih dari 1,3 triliun rupiah digelontorkan Uber supaya hacker menghapus data-data pelanggan yang sudah berhasil dicuri
Uber ternyata sangat serius dalam menjaga keamanan data pelanggan. Bahkan perusahaan rela menggelontorkan dana sebesar $100.000 atau hampir setara dengan Rp1,3 triliun. Data yang berhasil bocor ke tangan hacker ditebus dengan dana sebesar itu agar dihapus. Selain itu pihak Uber pun mengambil langkah untuk mengamankan data dan menghentikan seluruh akses yang kemungkinan bisa dicuri. Selama proses ini, pihak Uber juga sudah mengawasi apakah data yang bocor sudah benar-benar dihancurkan oleh hacker atau tidak.
Perlahan Uber pun membangun sistem keamanan baru yang lebih kuat melawan serangan hacker. Akibat insiden ini, dua orang bekerja sebagai keamanan di Uber mengundurkan diri karena merasa bertanggung jawab dan membawa perusahaan pada di ambang risiko besar.
ADVERTISEMENTS
Saat ini Uber menyatakan sudah siap dengan sistem keamanan baru dan belajar dari kesalahan di masa lampau
Setahun setelah insiden ini CEO Uber membeberkan secara detil apa yang sebenarnya terjadi. Ia pun memaparkan alasan mengapa baru setahun setelahnya ia memberitahukan pada media berkaitan dengan terancamnya data pelanggan. Diantaranya karena  dua orang yang bertanggung jawab atas insiden ini sudah benar-benar tidak berurusan lagi dengan Uber, investigasi untuk mengusut tuntas kasus ini juga sudah rampung. Sebanyak 60,000 driver yang datanya pernah tercuri sudah diberikan kompensasi keamanan dan proteksi. Beberapa akun mencurigakan juga sudah ditangguhkan oleh pihak Uber. Sehingga seluruh sistem keamanan dan insiden ini dianggap sudah beres, CEO Uber lalu angkat bicara.
ADVERTISEMENTS
Kasus serupa sebenarnya pernah terjadi di beberapa perusahaan berbasis online multinasional seperti Yahoo
Setahun yang lalu, perusahaan berbasis online Yahoo juga mengalami kebocoran data yang hampir serupa. Data pelanggan berupa nama, password, dan tanggal lahir berhasil dicuri pihak yang tidak bertanggung jawab. Ternyata ini juga bukan kali pertama bagi hacker untuk membidik perusahaan besar. Dilansir melalui IT Pro Portal, sebelumnya, kelompok hacker yang sama juga pernah membobol data LinkedIn dan Myspace. Wah, benar-benar persis seperti di film ya guys.
ADVERTISEMENTS
Data sekarang ini jadi hal yang berharga. Meski nggak terasa seberharga harta benda, tapi kamu harus ekstra hati-hati karena penyalahgunaannya bisa lebih bahaya
Sekilas, data soal nama, tanggal lahir, nomor telepon, hingga alamat email mungkin tidak terlalu penting. Tapi data ini justru bisa dijual dengan mahal oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Mulai dari dampak yang paling ringan, informasi data pribadi ini bisa dijual agar dikenai iklan dan promosi produk. Misalnya saja kamu yang diketahui lahir pada bulan Agustus akan terus menerus melihat iklan souvenir bergambar zodiak Leo.
Itu hanya contoh ringan, bayangkan saja jika data pribadimu berhasil diperoleh lebih besar kemungkinan data itu disalahgunakan dalam transaksi perbankan. Bahkan ketika seseorang melakukan tindak kriminal, ia juga bisa secara acak memilih data pribadimu untuk digunakan sebagai kambing hitam. Kamu pun bisa dikenai hukuman atas kejahatan yang sebenarnya tidak kamu lakukan.
Meski kita tidak bisa mengontrol hacker dan perusahaan-perusahaan besar untuk meningkatkan sistem keamanan demi data individu kita. Namun setidaknya mulai sekarang kita bisa melakukan upaya preventif dengan lebih selektif lagi dalam memberikan data pribadi. Jika perlu berikan data seperti nomot telepon dan email yang berbeda dengan akun perbankanmu. Tapi jangan sampai lupa password lho ya! 😀