Di balik gemerlapnya Hong Kong, tingginya gedung-gedung pencakar langit, toko-toko barang bermerk yang berjejer di pusat-pusat kota, dan segala kemewahan yang tampak dari luar, ternyata masih banyak penduduk di sana yang harus berkelut dalam jeratan kemiskinan. Dilansir nationalgeographic.com, sebanyak 200.000 orang, termasuk 40.000 anak-anak, tinggal di hunian yang nggak lebih besar dari kandang sapi. Jangankan tempat tinggal, untuk makan aja mereka harus banting tulang supaya bisa tetap hidup.
Ketimpangan sosial ini hadir tatkala krisis keuangan global yang terjadi tahun 2008. Harga rumah di sana pun mulai naik. Laporan International Monetary Fund (IMF), pada 2012, harganya bahkan naik dua kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya. 2017 lalu, jumlah orang yang menunggu antrian perumahan umum melonjak jadi 210.000, naik 200% dari 2016. Padahal kalau ini tak dicari solusinya, stabilitas sosial akan terancam. Susahnya membeli rumah di Hong Kong membuat banyak orang putar otak mencari solusi supaya mereka bisa tetap tinggal. Mulai dari tinggal di “kandang” besi, di peti mati, sampai di McD! Berikut Hipwee News & Feature telah merangkum infonya untuk kamu.
ADVERTISEMENTS
7 tahun berturut-turut Hong Kong selalu meraih predikat sebagai kota dengan harga properti termahal di dunia. Ini membuat banyak warganya terpaksa tinggal di kotak berkerangka besi mirip kandang anjing
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Banyak orang berminat karena memang harga sewanya jauh lebih terjangkau. Padahal kalau dibandingkan harga kos mewah di Jakarta harganya nggak jauh beda, yaitu sekitar HK$ 1.500-2.000 atau Rp2,5 juta-Rp3,5 juta
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Yang bikin miris, ukurannya itu loh. Masa satu orang bisa menghuni cage home seluas 2×0,5 meter aja! Dan dalam satu ruangan biasanya ada beberapa kotak besi
ADVERTISEMENTS
‘Rumah kandang’ bukan satu-satunya cara yang dipilih warga miskin Hong Kong buat bisa bertahan hidup. Ada juga yang memilih hidup di ‘bilik peti mati’
Bilik seukuran peti mati itu dibuat di rumah susun dan disekat-sekat secara ilegal oleh pemiliknya biar bisa muat banyak
Masing-masing ranjang disewakan dengan harga sekitar 200 dolar Hong Kong atau Rp340.000. Harga murah sebanding sama ukurannya, yang bahkan buat berdiri aja susah!
Mirisnya, setiap bilik ini kadang dipakai sebagai toilet sekaligus dapur! Duh, apa nggak terkontaminasi ya itu makanannya??
Di Hong Kong, jangan kaget kalau kamu sering lihat orang tidur di McDonalds. Mereka sampai dijuluki “McRefugee” lho
Tapi dilansir New York Post, pihak McD sendiri nggak pernah memusingkannya. Bahkan mereka bilang “we welcome all walks of life to visit our restaurants any time“
Selain tempat-tempat di atas, ada juga sih yang bisa dibilang layak huni. Tapi ya gitu, ukurannya juga sempit. Kayak pipa beton yang dimanfaatkan ulang untuk hunian ini
Pipa-pipa beton bersusun ini disebut Micro Apartments dengan ukuran diameter tiap pipanya sekitar 2,5 meter. Tapi seenggaknya masih bisa tidur enak di sana ya
Ada juga konsep apartemen mini kayak Micro Apartments di atas, yang bentuknya seperti apartemen normal pada umumnya. Cuma ukurannya lebih kecil. Dalam satu kotak udah ada kasur, lemari, dapur, dan kamar mandi
Di Indonesia apalagi di kota-kota besar, juga banyak hunian murah yang ditinggali sama orang-orang di kalangan menengah ke bawah, kayak rumah susun di Jakarta. Tapi seenggaknya keadaannya masih jauh lebih layak dibanding rumah kandang atau bilik peti mati di Hong Kong. Kita masih patut bersyukur!