Selain suara takbir dan percik kembang api, Idulfitri juga diwarnai dengan bebunyian petasan. Tradisi ini memang cukup populer di Tanah Air. Bahkan tak jarang warga membuat racikan petasan sendiri demi memeriahkan perayaan Lebaran. Biasanya, tradisi petasan bakal digelar menjelang malam takbiran sampai hari kedua Idulfitri. Sayangnya, tradisi ini kerap menelan korban jiwa. Alih-alih bikin meriah suasana, tradisi petasan malah berujung petaka.
Tahun ini pun tak luput dari sederet tradisi petasan yang membawa duka. Sehari sebelum Hari Idulfitri 2021 saja, tiga kejadian muncul di berbagai daerah. Hari lebaran yang seharusnya diliputi kebahagiaan justru berubah menjadi kesedihan dalam waktu sekejap.
ADVERTISEMENTS
Meracik petasan sendiri untuk menyambut Lebaran, seorang warga Kediri harus menemui ajalnya di malam takbiran
Nggak ada yang menyangka malam itu, Rabu (12/5), korban yang berinisial N akan meninggal dunia. Apalagi esok hari adalah Hari Lebaran yang telah dinantikan korban dan keluarga. Saat itu, N tengah meracik petasan untuk memeriahkan lebaran di rumah orang tuanya di Desa Tanjung, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri. Tak berselang lama, terdengar suara ledakan yang cukup keras. Ledakan diduga berasal dari rumah orang tua N.
Malam takbir yang syahdu pun berganti kelabu. Pasalnya, N ditemukan meninggal dengan kondisi mengenaskan lantaran petasan renteng yang dirakitnya meledak. Setelah kejadian itu, kepolisian setempat langsung menujuk Tempat Kejadian Perkara (TKP). Kasat Reskrim Polres Kediri Iptu Rizkika Atmadha mengungkapkan ledakan itu menyebabkan seisi rumah berantakan.
Usai menyelidiki dan menanyai beberapa saksi, kepolisian menetepkan satu tersangka berinisial W yang dicurigai turut serta dalam rencana pembuatan petasan. Selain itu, polisi mengamankan sejumlah barang bukti seperti lem kayu, serbuk untuk petasan, belerang, hingga enam buah petasan kecil.
ADVERTISEMENTS
Ledakan petasan terulang di Kudus. Empat orang menjadi korban, penjual yang merakit petasannya bakal dijerat hukuman mati
Kejadian serupa tak hanya terjadi di Kediri, 4 warga di Kudus pun mengalaminya. Menjelang lebaran, 1 orang meninggal dan 3 orang lainnya luka-luka akibat ledakan petasan. Gara-gara peristiwa maut itu, seorang tersangka yang menjual bahan-bahan peledak untuk petasan diamankan.
“Hasil pengembangan penyelidikan kami bahwasannya membuat mercon (petasan) untuk kepentingan sendiri, dan membeli bahannya di Pati kita amankan penjualnya dengan inisial AM, profesinya petani dan berkebun,” terang Kapolres Kudus AKBP Aditya Surya Dharma saat jumpa pers di Mapolres Kudus, Jumat (14/5/2021.
Dinukil dari Detik, tersangka AM ditangkap di rumahnya yang terletak di Pati. Dari TKP, polisi mengumpulan barang bukti berupa alat peracik petasan dan kertas. Tersangka mengetahui cara merakit petasan lantaran dulu bekerja di sebuah tambang. Tersangka mulai menjual bahan peledek untuk petasan sejak dua tahun ini. Karena tindakannya itu, tersangka dapat dikenai hukuman mati, hukuman kurungan seumur hidup, atau penjara 20 tahun sesuai pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951.
ADVERTISEMENTS
Kembali terjadi, ledakan petasan memakan 7 korban di Kebumen. Menambah panjang kejadian tragis gara-gara petasan di momen Lebaran
Menuju waktu berbuka di hari terakhir bulan Ramadan, 7 orang di Kebumen merakit petasan. Mereka meramu bahan-bahan petasan yang akan dinyalakan keesokan harinya. Bayangan perayaan Idulfitri harus hancur karena ketujuh orang itu terluka parah akibat ledakan petasan, bahkan 4 orang dinyatakan meninggal.
“Saat kejadian, saya tidak di rumah. Saya berada di belakang rumah,” ujar Untung, ayah dari salah satu korban yang berinisal T. Saking kerasnya ledakan, Untung sampai tak mengenali lagi sang anak.
Kepala Kepolisian Resor Kebumen AKBP Piter Yanottama menerangkan kejadian ini berlangsung saat para korban membuat petasan, Rabu (12/5) malam. Menurut keterangannya, ledakan itu juga membuat rumah tempat merakit petasan rusak parah. Terlihat tembok dan plafon rumah hancur. Dugaan sementara, ledakan terjadi karena dipicu puntung rokok. Dari olah TKP, polisi mendapatkan barang bukti berupa pakaian korban, casing petasan dengan tinggi 8-10 cm dan berdiameter 8 cm yang masih kosong sebanyak 400 buah, dan alat untuk memasukkan bahan petasan ke dalam casing.
Tiga peristiwa maut di atas seharusnya menjadi tamparan keras untuk semua pihak agar lebih berhati-hati lagi. Apalagi kejadian semacam ini hampir terjadi setiap tahunnya. Seolah nggak berkaca dari kejadian-kejadian yang telah berlalu, tragedi ledakan petasan kembali terulang. Selain warga dituntut untuk lebih bijak, perlu ada tindakan tegas dari pihak-pihak berwenang agar tradisi petasan maut nggak mewarnai hari Lebaran.