Kalau ngomongin standar kecantikan buat cewek, biasanya nggak akan jauh-jauh dari kulit putih dan badan ramping bak model. Apalagi jika menyangkut masalah bentuk badan yang ‘ideal’– mungkin hampir semua perempuan di dunia ini pernah terobsesi jadi kurus dan berusaha mati-matian diet untuk menurunkan berat badan. Bahkan tidak sedikit juga yang akhirnya sampai menderita gangguan makan seperti bulimia atau anoreksia. Semua itu demi dipandang atau merasa cantik.
Tapi uniknya, realita yang sangat berbeda justru bisa ditemui di Mauritania, sebuah negara kecil di benua Afrika. Di sana, tidak ada perempuan yang ingin jadi kurus atau ramping. Sebagaimana dilansir dari National Geographic, perempuan Mauritania malah selalu mendamba-dambakan tubuh gemuk yang menurut mereka ‘cantik’ dan menarik. Perempuan bertubuh langsing bahkan disebut-sebut bisa membuat malu keluarga dan bakal sangat sulit menikah.
Makanya sejak kecil, anak-anak perempuan di negara itu sering jadi korban program ‘penggemukan paksa‘ oleh orangtuanya. Mereka yang tidak mau makan banyak, akan dihukum. Bahkan ada tradisi penggemukan ekstrem disebut Leblouh menjelang pernikahan yang harus dilakukan calon pengantin — sangat berbeda dengan cewek pada umumnya yang sibuk diet supaya baju pengantinnya muat. Mau yang pengen kurus atau gendut, kok tetap sama-sama menderita ya atas nama kecantikan ya 🙁
ADVERTISEMENTS
Realita yang ada di Mauritania ini adalah bukti nyata kalau standar kecantikan itu cuma semu semata. Beda dengan hampir semua orang di seluruh dunia, perempuan gemuk justru dianggap cantik di sana
Sejak kecil, anak-anak perempuan selalu dipaksa makan makanan berlemak dalam porsi yang besar. Dari susu unta yang penuh lemak, roti yang dilumuri minyak, hingga daging kambing
Bukan cuma memaksa, anak-anak perempuan yang tidak mau makan banyak di sana juga kerap kali dihukum. Hukumannya ngeri banget lo!
ADVERTISEMENTS
Selain khawatir anaknya sulit dapat jodoh karena tidak gemuk, anak perempuan yang kurus juga dianggap sebagai aib keluarga. Kalau kurus, keluarga itu akan dipandang tidak mampu memberi makan
ADVERTISEMENTS
Bagi laki-laki Mauritania, perempuan idaman adalah calon istri idaman. Bahkan banyak suami yang mengancam akan ajukan cerai jika istrinya turun berat badan
ADVERTISEMENTS
Menjelang pernikahan, perempuan juga harus mengikuti tradisi penggemukan ‘Leblouh’. Makan berkali-kali lipat dari batas normal sampai 16.000 kalori per hari supaya cepat tambah gemuk
ADVERTISEMENTS
Hadirnya tradisi Leblouh berawal dari masa pra kolonial. Di masa itu, perempuan bersuami pria kaya menjalani kehidupan sehari-hari di rumah saja sambil duduk manis dan kerjanya cuma makan terus
Harta berlimpah dan penuh kejayaan akan tercermin dari bentuk tubuh sang istri. Bahkan, stretch mark yang biasanya ada pada bagian tubuh wanita gemuk dinilai sangat indah layaknya perhiasan
ADVERTISEMENTS
Meski prinsip ‘fat is beautiful‘ ini seakan-akan jadi alternatif standar kecantikan lain di dunia, penggemukan paksa di Mauritania ini disebut-sebut sangat berbahaya bagi kesehatan
Meski warga Mauritania yang hidup di kota sudah mulai meninggalkan tradisi berbahaya ini, 75% warga pedesaan masih sering menggemukkan anak-anak perempuannya secara paksa
Kecantikan memang seharusnya dimaknai secara lebih luas dan tidak hanya terpaku pada satu standar saja. Tapi yang jelas, tidak ada perempuan yang seharusnya sampai harus menderita dan merasa terpaksa melakukan sesuatu hanya demi disebut ‘cantik’ oleh orang lain
Pemerintah Maurintania sebenarnya telah berupaya mengubah perspektif ini. Berbagai kampanye dan penyuluhan di beragam tempat telah dilakukan, terutama tetang edukasi bahayanya menjadi penderita obesitas. Terlebih, bukan tidak mungkin akan terjadi trauma atau masalah yang menyangkut psikis anak-anak perempuan karena sejak usia dini sudah menderita akibat tradisi Leblouh ini
Cantik itu relatif. Nggak melulu yang langsing, kurus, atau gemuk sekalipun. Tapi rasanya sangat tidak pantas hanya untuk menjadi “cantik” di mata orang lain atau mengikuti perspektif “cantik” di masyarakat. Terlebih lagi harus mengalami beragam penderitaan dan ancaman kesehatan seperti para perempuan di Mauritania.