Selain merujuk pada keju, ‘cheese‘ juga sering dipakai sebagai “formula” orang saat berfoto. Kata itu kerap dipakai si fotografer untuk memancing orang supaya tersenyum. Soalnya saat kita bilang ‘cheese‘, ujung bibir memang otomatis akan terangkat dan melebar membentuk senyuman gitu. Dengan adanya arahan tersebut, mimik wajah orang-orang yang difoto pun bisa seragam. Instruksi di atas biasanya dilakukan saat ada momen-momen penting kayak acara keluarga, pernikahan, atau wisuda, biar bagus fotonya kalau dicetak dan dipajang, kan~
Tapi pernah nggak sih kalian penasaran, kenapa harus kata ‘cheese‘ yang dipakai ya? Apakah memang ada hubungannya sama keju? Untuk menjawab pertanyaan itu, yuk, simak dulu ulasan Hipwee kali ini.
ADVERTISEMENTS
Kata yang bisa bikin orang tersenyum saat mengucapkannya itu muncul pertama kali di surat kabar lokal di Texas, bernama Big Spring Herald, edisi tahun 1943
Surat kabar lokal Big Spring Herald di Texas, Amerika Serikat, dipercaya menjadi sumber pertama yang menyebut kata ‘cheese‘ sebagai referensi gaya orang saat berfoto. Kata itu muncul pada edisi tahun 1943 tepatnya di salah satu artikel, yang cuplikannya tertulis sebagai berikut:
“Sekarang ada sesuatu yang perlu diketahui: formula untuk tersenyum ketika Anda mengambil gambar Anda. Formula ini berasal dari mantan Duta Besar Joseph E. Davies dan dijamin membuat Anda terlihat senang tak peduli apa yang sedang Anda pikirkan. Mr. Davies mengungkapkan formula tersebut sembari berfoto sendiri di lokasi syuting Mission to Moscow. “Itu mudah. Katakan saja ‘Cheese‘, ini senyum otomatis. Aku belajar itu dari seorang politisi,” Pak Davies tertawa. “Politisi yang cerdik, politisi yang sangat hebat. Tapi, tentu saja, aku tidak bisa memberitahumu siapa dia…”
Mengenai siapa politisi yang dimaksud Davies, sampai sekarang pun nggak ada yang tahu pasti. Tapi banyak orang menduga kalau itu adalah Franklin D. Roosevelt, presiden ke-32 Amerika Serikat. Ini karena Davies bertugas sebagai pengacara sekaligus diplomat pada masa pemerintahan Roosevelt. Apakah ada hubungannya dengan keju? Hmm.. kelihatannya sih nggak…
ADVERTISEMENTS
Yang jelas, setelah muncul di surat kabar itu, kata ‘cheese‘ jadi lekat dengan dunia fotografi. Ia juga mengubah gaya orang berfoto yang dulunya lebih sering mengatupkan bibir dibanding tersenyum lebar
Di era Victoria atau sekitar abad ke-19, hanya anak-anak, petani, dan pemabuk aja yang selalu tersenyum saat difoto. Sebaliknya, orang-orang dengan status sosial tinggi lebih memilih mengatupkan bibir saat difoto. Waktu itu, menjaga wajah agar tetap netral dan lurus dianggap sangat menarik dan bermartabat. Makanya kalau dilihat-lihat, foto-foto orang zaman dulu pasti kebanyakan tanpa ekspresi.
ADVERTISEMENTS
Ditambah, teknologi kamera zaman dulu yang belum secanggih sekarang membuat proses foto bisa memakan waktu berjam-jam bahkan berhari-hari! Sangat nggak mungkin orang bisa menahan senyum selama itu
Masa di mana teknologi kamera belum secanggih sekarang, membuat proses menciptakan satu foto saja bisa memakan waktu berjam-jam. Ada juga yang sampai berhari-hari. Selama itu, orang yang jadi objek foto harus berdiam diri agar gambar yang dihasilkan bisa bagus. Makanya sulit rasanya menbayangkan harus menahan senyum segitu lamanya. Jadi pose yang dirasa aman ya memang cuma diam tanpa ekspresi~
ADVERTISEMENTS
Selain itu, di masa tersebut, kebersihan gigi belum jadi prioritas utama. Orang malu kalau harus menunjukkan senyum dengan gigi yang rusak atau ompong
Kesadaran orang akan kesehatan gigi di era tersebut belum sebesar sekarang. Kalau lagi sakit gigi, kebanyakan orang zaman dulu lebih memilih langsung mencabutnya. Soalnya memang belum ada tindakan medis seperti menambal gigi yang bolong, atau memoles gigi biar lebih putih. Orang jadi banyak yang giginya ompong atau rusak. Ini makin bikin mereka malas tersenyum saat harus difoto.
Namun seiring ditemukannya teknologi kamera yang bisa menjadikan waktu berfoto lebih singkat, orang jadi lebih berani berekspresi. Waktu itu industri perfilman di AS juga lagi berkembang banget. Orang jadi semacam punya referensi lebih banyak soal gimana harusnya mereka bergaya waktu foto. Foto yang lebih kasual juga mulai bermunculan. Jadi nggak melulu foto itu mesti di studio dengan gaya datar. Mereka mulai bereksplorasi dengan mengambil foto dari kehidupan sehari-hari.