Kesempatan bersekolah merupakan hal yang lazim buat kita. Bisa melanjutkan sekolah sampai ke universitas adalah kewajaran, bukan kemewahan. Tapi berbeda di ujung barat Pulau Jawa tepatnya di Kota Lebak, Banten. Di kota yang berjarak 4 jam perjalanan dari Jakarta ini tingkat pendidikan SMP sudah dianggap tinggi.
Dalam rangka menyambut ulang tahun Hipwee yang keempat, izinkan Hipwee menjadi corong untuk-mereka yang ada di sekitar kita tapi sering dilupakan karena kita kurang peka. Ulang tahun kok tidak bagi-bagi hadiah, rooftop party atau keriaan lainnya? Selama hampir empat tahun ini ‘peka’ menjadi kunci tumbuh dan berkembangnya Hipwee. Kami berusaha peka mengenalmu, belajar tentang konten apa yang kamu mau, peka mendengar pendapatmu ketika konten yang kami buat tidak sesuai maumu, berusaha menciptakan konten-konten yang sesuai untukmu.
Empat tahun ini membuat kami belajar kalau hidup yang paling berhasil adalah hidup yang bukan cuma untuk diri sendiri. Hipwee ingin membersamai langkahmu lewat sebuah perayaan berarti dengan memperkenalkan Adik Muniroh yang di tengah keterbatasannya tetap punya impian tinggi.
ADVERTISEMENTS
Perkenalkan Namaku Muniroh, Anak Buruh Tani yang Ingin Menjadi Guru untuk Membangun Desaku
Hi! Namaku Muniroh. Aku adalah anak ke 7 dari 8 bersaudara. Aku dan keluargaku tinggal di Kampung Sanding, Lebak, Banten. Rumah kami yang walau hanya beralas dan berdinding kayu setiap hari ramai dan hangat karena ada 10 orang yang tinggal di sini. Ada Abi, Umi dan 7 saudaraku lainnya.
Setiap hari Abi dan Umi pergi ke sawah untuk bertani. Umi juga membuka warung minuman kecil-kecilan di depan rumah, katanya untuk tambahan biaya sekolah kami. Dari hasil tani dan warung kecil inilah kakak-kakakku bisa sekolah sampai SMP. Tapi sedari dulu tidak ada dari keluarga kami yang bisa lanjut sekolah sampai SMA — alasannya ya karena Abi dan Umi tidak punya biaya.
ADVERTISEMENTS
Walau baru bisa membayar 50 ribu untuk uang masuk SMP aku tetap mau menyelesaikan sekolahku
Alhamdulillah, sekarang aku sudah bersekolah di SMP Negeri 1 Sajira Lebak. Karena jarak sekolah yang jauh tiap hari aku harus berangkat lebih pagi di banding teman-temanku. Saat teman-teman bisa bangun jam 6 dan berangkat jam 6.30 aku sudah harus berangkat jam 5.30 supaya tidak terlambat.
Tapi tidak apa-apa, aku ikhlas berjalan lebih jauh selama bisa sekolah. Di tengah keterbatasan keluarga kami uang masuk SMP sebesar Rp. 385.000,00 masih harus dicicil. Sampai sekarang Umi dan Abi baru bisa membayar Rp. 50.000,00. Sisanya bisa dicicil sampai aku lulus nanti kata pihak sekolah.
Alhamdulillah, semoga warung minuman Umi bisa jauh lebih laris supaya aku bisa tetap lanjut sekolah.
ADVERTISEMENTS
Abi dan Umi sempat menyuruhku berhenti sekolah. Tapi aku mau berusaha dulu. Aku mau jadi guru
Kata kakakku, Abi dan Umi sempat bilang kalau aku disuruh berhenti sekolah. Mereka takut kehabisan uang untuk membiayai sekolahku. Tapi aku masih belum mau meletakkan impian-impianku untuk jadi buruh tani seperti kakak-kakakku, Abi dan Umi. Aku mau selesaikan SMP, lanjut SMA, lalu kuliah demi bisa jadi guru. Aku ingin bisa mengajar anak-anak di desaku supaya mereka jadi pintar dan bisa sesukses orang-orang yang punya gelar sarjana.
Abi dan Umi memang hanya mampu menyekolahkan aku sampai SMP saja. Dan aku bersyukur sekali atas semua perjuangan dan pengorbanan mereka. Tapi dengan bantuan kalian aku punya kesempatan untuk melanjutkan sekolah sampai selesai SMP, SMA bahkan hingga dapat gelar Sarjana. Setiap 500 ribu rupiah yang terkumpul bisa membantuku menyelesaikan satu semester sekolah. Satu semester lebih dekat untuk mewujudkan mimpiku jadi guru untuk memajukan pendidikan di desaku kelak.
Terima kasih sudah mendengarkan ceritaku! Kalau kalian mau membantu mewujudkan mimpiku jadi guru, ini caranya: