Ketika hewan-hewan liar masuk ke pemukiman, maka bumi sedang tak baik | Illustration by Hipwee via www.hipwee.com
Sebuah unggahan beredar di dunia maya, Selasa (24/8). Seekor ular sanca masuk ke sebuah supermarket Woolworths di Sidney, Australia. Sekilas, unggahan itu biasa aja. Kebanyakan warganet Indonesia juga menanggapi dengan santai sembari melemparkan komentar dengan nada bercanda.
“Lagi ngadem,” ujar seorang warganet.
“Si ular udah divaksin belum, yaa? Keluyuran aja deh,” timpal warganet yang lain.
Sebenarnya, fenomena kemunculan hewan liar di pemukiman nggak cuma di Australia. Di Indonesia sendiri, kejadian semacam itu cukup sering terjadi. Pernah dengar soal harimau masuk kampung dan makan tiga ekor ayam, babi hutan masuk ke kebun-kebun milik warga, atau gajah berkeliaran di tengah kota? Hewan-hewan liar yang seharusnya di habitat aslinya itu malah semakin sering muncul di pemukiman atau perkotaan.
Namun, respons kebanyakan orang selalu sama: santai dan biasa. Bahkan orang-orang tak jarang malah menjadikan hewan liar itu jadi tontotan dan ujung-ujungnya diperjualbelikan. Padahal kemunculan hewan liar di pemukiman jadi tanda kalau ada sesuatu yang nggak beres dengan bumi yang kita tinggali. Sayangnya, masih banyak orang yang belum paham soal ini. Yuk, perhatikan lebih dalam lagi tentang kemunculan hewan-hewan di pemukiman. Jangan-jangan kita memang kurang atau nggak peduli dengan sesama mahluk hidup di muka bumi ini. Padahal bumi nggak cuma ditinggali manusia aja.
ADVERTISEMENTS
Banyaknya kasus hewan liar masuk pemukiman yang nggak bisa dipandang sepele
Harimau masuk ke pemukiman | Photo by Pxhere on Pxhere
Kejadian ular sanca masuk supermarket di Sidney hanyalah satu dari banyaknya kejadian serupa. Tahun 2018 lalu, seekor harimau pernah masuk ke perkebunan sawit sampai menewaskan seorang pekerja perempuan di Kabupaten Indragiri Hilir, Sumatera. Semakin bikin prihatin, kasus seperti ini bukan sekali atau dua kali terjadi. Karena berulang kali, masyarakat di Sumatera sudah tak kaget lagi. Bahkan setahun sebelumnya, harimau sampai masuk ke pemukiman warga.
Ular piton raksasa pernah menghebohkan warga di Riau, tahun 2017 silam. Waktu itu (30/9), warga dikejutkan dengan kemunculan ular piton besar yang melintas di jalan perkampungan. Ular yang sempat menggigit seorang korban pun ditangkap dan dibunuh. Maret tahun 2020 lalu, monyet liar juga tak kalah mengejutkan. Pasalnya, monyet tersebut berkeliaran di teras rumah warga sambil mencari-cari makanan. Kemunculan monyet tersebut membuat pemukiman padat di tengah kota Surabaya itu terlihat ganjil.
Apakah fenomena ini banyak terjadi hanya di Indonesia?
Nyatanya fenomena yang sama juga terjadi di belahan dunia lain. Beberapa negara menghadapi masalah yang sama.
Terbaru, peristiwa di Cina (23/8), gerombolan gajah dalam jumlah kecil berjalan sampai 500 km selama setahun. menukil dari BBC, para gajah menjauhi habitat mereka di Cagar Alam Nasional Xishuangbanna, yang dekat dengan Myanmar dan Laos. Mereka bergerak menuju desa dan kota di pusat Cina. Dari beberapa laporan, gajah-gajah tersebut mendobrak pintu, mengambil makanan, atau sekadar minum di halaman rumah warga.
Kemunculan para hewan liar di pemukiman ini tentu bukan tanpa sebab. Alasan kemunculan mereka menjadi akar masalah yang serius dan tak bisa diabaikan begitu saja. Sama-sama sebagai mahluk hidup, manusia perlu lebih sadar dan peka terhadap fenomena semacam ini. Kemunculan hewan liar di tengah-tengah kita secara mendadak memang aneh dan kadang mengerikan. Namun, kita tidak boleh diam saja. Apalagi manusia punya andil besar di balik kemunculan hewan-hewan tersebut.
ADVERTISEMENTS
Fakta miris di balik kemunculan hewan liar di pemukiman. Ternyata, kelakuan manusia jadi penyebabnya 🙁
Mengapa hewan liar masuk pemukiman, ya? | Illsutration by Hipwee
Perubahan dan kemajuan dunia tak selamanya positif. Apalagi bila kemajuan tersebut nggak diiringi dengan kesadaran menjada lingkungan. Alhasil, hewan liar menerima imbasnya. Sebagian besar manusia menerima kemajuan dengan tangan terbuka dan suka cita. Tapi, siklus hidup para hewan liar jadi terancam. Demi kemajuan, manusia menerobos batas-batas alam dan merusak habitat asli para hewan liar. Jadi, kalau dipikir ulang, sebelum hewan liar masuk ke pemukiman, manusia sendiri yang telah memasuki ‘rumah’ para hewan. Lewat pendirian perkebunan-perkebunan, manusia masuk ke habitat hewan liar.
Laporan National Geographic Indonesia bersama UNDP, saat ini terdapat 6.202 desa yang berbatasan langsung dengan hutan liar, hutan lindung, hingga daerah konservasi. 27 hektare lahan konservasi pun nggak cukup untuk melindungi para hewan liar. Mirisnya, 20% hewan liar terutama di Sumatera dan Kalimantan justru hidup di wilayah konservasi.
Kerusakan habitat menjadi penyebab utama hewan-hewan mulai muncul di pemukiman. Kabar buruknya, kerusakan itu disebabkan oleh manusia sendiri. Mulai dari perburuan hewan secara ilegal, pembukaan lahan di hutan, sampai penebangan pohon secara masal dan ilegal. Akibatnya, hewan-hewan kehilangan sumber makanan dan kelaparan. Mereka pun memilih keluar hutan dan masuk pemukiman demi mencari makanan. Sehingga hewan-hewan piaraan manusia kerap jadi mangsa dan perkebunan warga jadi sasaran. Pada akhirnya, hewan-hewan liar semakin terhimpit akibat kemajuan dan pembangunan yang mengesampingkan faktor lingkungan. Mereka terusir dari rumahnya sendiri.
ADVERTISEMENTS
Ketika mengetahui hewan liar masuk pemukiman, ini lo tindakan tepat yang dilakukan manusia. Jangan dibunuh, ya~
Habibat asli hewan liar rusak, sumber makanan berkurang | Photo by Pxhere on Pxhere
Gara-gara nggak tahu harus apa, banyak orang masih keliru ketika menghadapi hewan-hewan liar masuk pemukiman. Nggak sedikit kasus, di mana hewan liar akhirnya mati dibunuh. Karena dianggap berbahaya, hewan-hewan tersebut diburu ramai-ramai oleh warga. Di ujung selatan Banyuwangi, babi hutan yang masuk pemukiman pernah diburu dan ditangkap dalam kondisi tak bernapas. Kemudian dagingnya diperjualbelikan. Beberapa kali kejadian selalu berakhir sama. Jika ditangkap dalam keadaan hidup, hewan liar dijual atau dipelihara.
Bukan ditangkap untuk jadi tontonan, diperjualbelikan, atau malah dibunuh. Cara terbaik menghadapi hewan liar masuk pemukiman adalah menghubungi petugas ‘rescue’ terdekat. Biasanya tiap daerah memiliki instansi perlindungan masyarakat seperti BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam). Bersama dengan petugas pemadam kebakaran, BKSDA akan mengevakuasi hewan liar dan mengembalikannya ke habitat asli. Jika tidak, laporkan ke aparat setempat seperti kelurahan, kecamatan, kepolisian, atau TNI untuk ditindaklanjuti.
Hindari menangkap hewan liar kalau nggak punya kemampuan untuk menghadapinya, ya. Meskipun ramai-ramai bersama dengan orang lain. Soalnya, cara itu malah menimbulkan risiko. Hewan liar akan bereaksi secara agresif karena ingin melindungi diri, bukan menyerang.
Sepertinya kita harus lebih aware lagi soal lingkungan. Sejenak, kita harus berhenti terlalu memikirkan diri sendiri, apalagi sampai merugikan sesama mahluk hidup demi kepuasan pribadi. Selain kita, hewan pun berhak hidup. Mereka perlu makan dan tempat tinggal. Jika hutan yang jadi habitat asli mereka rusak gara-gara kita, bagaimana nasih mereka nantinya? Kalau mereka sampai punah, kehidupan manusia akan terancam juga karena alam sudah tidak seimbang lagi.