Bagi masyarakat Indonesia, hidup dengan serba-serbi digital bukan hal baru. Sejak satu dekade terakhir, hampir segala lini kehidupan kita telah disokong oleh teknologi digital. Mulai dari belanja, bayar tagihan, bersosialisasi, menikmati hiburan, hingga bersekolah dan bekerja. Pengguna internet di tanah air juga kian meningkat tiap tahunnya.
Keterbukaan masyarakat Indonesia dalam menerima perkembangan teknologi digital tentunya sesuatu yang baik. Kondisi ini secara nggak langsung juga berkontribusi pada agenda transformasi digital yang digalakkan Pemerintah. Tapi persoalannya, masyarakat Indonesia belum terbekali literasi digital secara maksimal. Singkatnya, literasi digital adalah pengetahuan untuk menggunakan berbagai media digital dan memanfaatkannya secara bijak.
Nah, untuk memaksimalkan hal penting tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi, akan meluncurkan sebuah modul literasi digital.
ADVERTISEMENTS
Literasi digital adalah kunci menuju digital nation
Dirjen Aptika Kemkominfo, Semuel A Pangerapan mengatakan literasi digital merupakan kunci jika Indonesia ingin menjadi bagian dari digital nation. Ia menjelaskan setidaknya ada tiga pilar utama yang harus dipersiapkan untuk mencapai tujuan tersebut, meliputi pemerintah, ekonomi, dan masyarakat.
“Masyarakat adalah pilar penting dalam transformasi digital Indonesia. (Oleh karena itu) harus menyiapkan masyarakat untuk dapat mengadopsi teknologi digital, dan dapat menggunakannya dengan kreatif, produktif, berbudaya serta dengan rasa aman,” terang Semuel dalam soft launching Modul Literasi Digital dan diskusi “Semakin Cakap Digital Menuju Indonesia Digital Nation”, Minggu (28/3/2021).
Apa yang disampaikan Semuel tersebut yang coba difasilitasi oleh Modul Literasi Digital. Terdiri atas empat bagian, modul yang ditulis dan disusun oleh praktisi pendidikan Japelidi dari berbagai perguruan tinggi Indonesia ini mengusung topik Budaya Bermedia Digital, Aman Bermedia Digital, Cakap Bermedia Digital, dan Etis Bermedia Digital.
“Kalau kita punya empat komponen ini, kita bisa jadi bangsa yang berdaya saing sekaligus nyaman dan aman di ruang digital yang tidak berbatas,” imbuh Semuel.
Lebih lanjut dikatakan, empat Modul Literasi Digital ini ditujukan sebagai rujukan dalam menjalankan program literasi digital Pemerintah ke depannya. Novi Kurnia dari Japelidi mengatakan modul yang akan diluncurkan dalam waktu dekat oleh Menteri Kominfo ini akan saling melengkapi dengan referensi-referensi lainnya yang sudah ada.
“Modul ini saling melengkapi dengan modul lain, buku panduan, atau referensi yang berkaitan dengan literasi digital, dengan kelebihan dan kelemahan masing-masing sebagai salah satu alat pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi menuju digital nation,” terang Novi.
Founder Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Septiaji Eko Nugroho menilai Indonesia memang sudah seharusnya punya pegangan seperti Modul Literasi Digital. Menurutnya, hidup di tengah arus teknologi digital tanpa dibekali literasi digital dapat menimbulkan bencana. Ia juga menegaskan kalau literasi digital bukan cuma penting untuk pengguna internet, melainkan semua kalangan.
“Mengalirkan teknologi digital saat belum meratanya kecakapan digital terhadap masyarakat ibarat membuka kotak pandora. Literasi digital bukan cuma penting bagi pengguna internet, karena orang yang nggak terpapar digitalisasi juga akan terdampak informasi digital,” jelas Septiaji.
ADVERTISEMENTS
Menengok isi dan tujuan empat Modul Literasi Digital yang akan diluncurkan dalam waktu dekat
Seperti telah disebut, Modul Literasi Digital terdiri atas empat bagian. Secara spesifik dijelaskan, Modul Cakap Bermedia Digital ditujukan untuk menyiapkan individu Indonesia yang tidak hanya pandai mengoperasikan perangkat Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK), tetapi juga bisa mengoptimalkan penggunaannya untuk sebesar-besarnya manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Perwakilan tim penulis Modul Cakap Bermedia Digital, Zainuddin M. Z. Monggilo, menjelaskan indikator cakap bermedia sosial dalam modul ini adalah pengetahuan dasar menggunakan perangkat digital, pengetahuan dasar mengenai mesin pencari, aplikasi chat serta media sosial, dan pengetahuan dasar mengenai dompet digital.
“Dari indikator tersebut kita turunkan ke dalam enam bab, meliputi Literasi Digital, Meninjau Lanskap Digital, Menjelajahi Mesin Pencari, Mengulik Aplikasi Percakapan dan Media Sosial, Mengenal Dompet Digital, dan Cakap Bermedia Sosial,” Kata Zam dalam talkshow “Kupas Empat (4) Modul Literasi Digital”, Minggu (28/3/2021).
Sementara itu Modul Budaya Bermedia Sosial ditujukan untuk menyiapkan warganet yang tetap berpegang kepada Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Seperti disampaikan perwakilan tim penulis, E. Nugrahaeni P., banjir informasi dewasa ini sedikit banyak telah membawa banyak dampak, seperti masyarakat yang lebih terbuka terhadap kebudayaan luar dibanding budaya nusantara.
“Pengembangan modul ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran mental bagi para individu dalam mempergunakan kecakapan digital berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika,” kata Nugrahaeni.
Ia menjelaskan modul Budaya Bermedia Sosial mengusung enam indikator bahasan, mulai dari penguatan karakter individu dalam berbangsa, internalisasi Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, digitalisasi kebudayaan dan TIK, cinta produk dalam negeri, hak digital warga negara, dan budaya komunikasi digital khususnya untuk perempuan, anak, lansia, dan daerah 3T.
Sedangkan pada modul Etis Bermedia Digital, Dr. Frida Kusumastuti selaku perwakilan tim penulis menyebut mengusung empat prinsip-prinsip etika ke dalam modul. Tujuannya agar individu bisa mengontrol perlilaku bermedia digital. Di antara prinsip tersebut adalah kesadaran dalam mengakses, berinteraksi, berpartisipasi, dan berkolaborasi di ruang digital.
“Ketika memegang perangkat digital, kita harus menyadari bahwa sedang melakukan sesuatu. Jadi segala kegiatan harus dilakukan dengan kesadaran penuh,” terang Frida.
Ia melanjutkan bahwa prinsip kesadaran harus dibarengi dengan tiga prinsip lainnya, yaitu tanggung jawab, integritas, dan kebajikan. Untuk yang terakhir, menurut Frida segala sesuatu yang dilakukan di ruang digital harus demi mengangkat derajat manusia menjadi lebih baik.
Selanjutnya, untuk modul Aman Bermedia Digital, Gilang J. Adikara selaku perwakilan tim menjelaskan modul ini menetapkan tiga tujuan utama yang didasarkan pada relevansi masa kini, yakni untuk mengetahui dan memahami konsep keamanan digital, menciptakan lingkungan digital yang aman, dan menekankan kepada pembaca terkait aspek teknis dan aturan.
“Modul ini penting karena jumlah pengguna perangkat digital (di Indonesia) meningkat, (dan) sampai November 2020 sebanyak 4.250 kejahatan siber dilaporkan, 1.158 di antaranya penipuan digital,” kata Gilang.
Oleh karena itu, ia menambahkan, modul Aman Bermedia Digital akan memberikan masyarakat pemahaman terkait pengamanan perangkat digital berikut identitas digital, mewaspadai penipuan digital dan memahami rekam jejak, dan mengajak untuk memahami lebih lanjut keamanan digital bagi anak-anak.
“Modul ini tidak untuk memberikan ketakutan terkait keamanan dunia digital, tetapi untuk memberi alternatif agar bisa menikmati dunia digital dengan aman dan maksimal,” imbuh Gilang.
Mewakili gerakan nasional yang gencar dalam isu literasi digital, Ketua Umum Siberkreasi, Yosi Mokalu berharap Modul Literasi Digital dapat membuka pintu kolaborasi lintas sektor, guna meningkatkan efektivitas pesan yang penting disampaikan. Dalam hal ini ia juga menekankan untuk mencermati perjalanan modul, dan melakukan evaluasi jika diperlukan.
“Dengan modul ini harapan saya pintu (kolaborasi) semakin terbuka. Kita juga harus progresif memerhatikan efektivitasnya. Kita (harus) sesuaikan terus perkembangan modul ini dan lakukan evaluasi,” tutup Yosi.
Nah, buat yang penasaran terkait kapan dan di mana Modul Literasi Digital bisa diakses, Kemkominfo, Japelidi dan Siberkreasi dalam waktu dekat akan melakukan grandlaunching-nya. Jadi, pantengin media sosial mereka biar nggak ketinggalan informasi, ya.