Kembali Terjadi, Siswa & Orangtuanya Aniaya Staf Sekolah Sampai Berdarah-darah. Ini Lo Kronologinya

Petugas sekolah dipukuli siswa dan orangtuanya

Rasanya, nggak akan ada habisnya kalau bicara soal kekerasan dalam dunia pendidikan. Nggak cukup hanya dengan berita soal siswa taruna yang meninggal setelah dipukul seniornya, atau guru yang terekam kamera sedang di-bully oleh siswanya sendiri, baru-baru ini sudah ada kejadian lain yang nggak kalah bikin hati miris. Seorang staf cleaning service di sebuah sekolah SMP dianiaya oleh wali murid sampai berdarah-darah! Parahnya lagi, peristiwa ini “dibantu” oleh sejumlah siswa dan ditonton banyak murid lain karena dilakukan di lingkungan sekolah!

Korban yang sudah berupaya menyelesaikan lewat jalur mediasi dengan memanggil para orangtua murid, malah nggak ditanggapi. Akhirnya ia pun menyerahkan kasus ini ke pihak kepolisian. Buat tahu lebih lengkapnya, mending simak dulu yuk ulasan Hipwee News & Feature kali ini.

ADVERTISEMENTS

Seorang staf cleaning service di SMPN 2 Galesong dianiaya wali murid dan sejumlah siswa. Kejadian ini berlangsung di lingkungan sekolah dan disaksikan banyak siswa lain!

View this post on Instagram

Seorang Cleaning Servicesekaligus Security di SMP 2 Galesong bernama Faisal dg Pole (38 tahun) mengalami penganiayaan yang menyebabkan bagian kepalanya mengeluarkan darah, Sabtu (9/2/2019). . Ironisnya, penganiayaan ini dilakukan oleh empat orang siswa SMP 2 Galesong bersama salah seorang orang tua siswa. . Kejadian ini bermula saat korban sedang memungut sampah di luar kelas kemudian lima orang siswa mengejek korban dengan kata “pegawai anjing, Pegawai Najis” yang sontak membuat korban menampar salah seorang siswa menggunakan tangan. . Siswa yang tak terima, pulang dan menyampaikan perihal pemukulan ini kepada ayahnya. Tak lama kemudian orang tua siswa bernama Rasul dg Sarrang (48 tahun) mendatangi korban di sekolah. . Rasul memerintah anaknya, iqra (12 tahun) beserta temannya sebanyak tiga orang yaitu resa (12 tahun), dani (12 tahun), dan kaswandi (12 tahun) untuk memukul korban. . Kemudian siswa tersebut secara bersama-sama memukul korban menggunakan sapu ijuk bergagang besi yang mengenai kepala korban sebelah kiri yang mengakibatkan luka robek. Orang tua siswa, Rasul dg Sarrang kemudian memukul korban dengan tangan sebanyak lima kali pada bagian kepala. . Atas kejadian tersebut, korban keberatan dan melaporkan kepada polsek setempat untuk diproses secara hukum. Dia didampingi oleh kepala sekolah SMP 2 Galesong, Hamsah dg Lallo (69 tahun) sebagai saksi. . . . . Artikel : Katapedia.net ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ Punya info ??? Jangan lupa kirim dan tag kami yaaa ? . . #jakarta #jakartainfo #bandung #bekasi #bogor #depok #bandung #malang #jogja #samarinda #aceh #medan #manado #palu #kendari #maluku #papua #bali #palembang #ntt #ntb #gorontalo #ambon #makassar #makassarinfo #visitsulsel #exploresulsel

A post shared by MAKASSAR INFO (@makassar_iinfo) on

Kejadian bermula saat Faisal Pole (38) –petugas kebersihan di SMPN 2 Galesong Takalar, Sulawesi Selatan– sedang membersihkan sekolah. Dikutip dari Kabar Makassar , tiba-tiba sejumlah murid kelas 1 mencaci maki Faisal dengan kata-kata “anjing”. Faisal yang tersinggung, menampar salah satu siswa. Nggak terima ditampar, siswa pun pulang ke rumah dan melapor ke orangtuanya. Tak selang beberapa lama, orangtua murid itu membabi buta menyerang Faisal dan memukulnya pakai satu gagang besi. Beberapa siswa bahkan turut “membantu”!

Akibat kejadian ini, Faisal harus menerima 8 jahitan di kepalanya yang berdarah-darah. Awalnya, ia mengaku ingin menyelesaikan masalah ini lewat mediasi antara pihak sekolah dengan para orangtua yang anaknya terlibat. Tapi karena nggak ada satupun wali murid yang datang ke sekolah, akhirnya Faisal melimpahkan kasus ini ke Polsek Galesong Selatan.

ADVERTISEMENTS

Kultur kekerasan dalam pendidikan seolah susah dipadamkan. Padahal masih hangat diperbincangkan, kasus pelajar yang mem-bully gurunya sendiri

Belum lama ini, kita juga dihebohkan dengan video siswa yang mem-bully gurunya. Kejadian yang berlangsung di SMP PGRI Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik, Jawa Timur ini, kabarnya bermula dari sang guru yang menegur muridnya yang kedapatan merokok di dalam kelas. Nggak terima ditegur, pelajar itu malah seolah menantang guru dengan memegang kepala dan mencengkeram kerahnya.

Kasus ini menyita perhatian dinas pendidikan dan kepolisian. Tapi katanya, Senin 11 Februari kemarin, sudah dilakukan proses mediasi di kantor polisi setempat, seperti dilansir Viva . Siswa inisial A itu meminta maaf langsung ke gurunya, Nur Kalim.

ADVERTISEMENTS

Kalau dipikir-pikir, siswa sekarang memang nggak ada takut dan hormatnya sama guru. Padahal zaman dulu, guru itu sangat dihormati lo

Kembali Terjadi, Siswa & Orangtuanya Aniaya Staf Sekolah Sampai Berdarah-darah. Ini Lo Kronologinya

Banyak lo yang model begini! via blogunik.com

Melihat begitu banyak kejadian siswa yang terlibat kekerasan, mungkin membuat kita berpikir, kok mereka seperti nggak punya takut gitu ya? Beda banget sama zaman orangtua kita sekolah dulu, mau dimarahi kayak apa juga pelajar zaman dulu nggak akan berani melawan atau melapor ke orangtuanya. Kalau sekarang, disentil sedikit aja sudah main lapor, atau melawan balik. Apa memang moral pelajar masa kini memang sudah terdegradasi?

ADVERTISEMENTS

Nggak bisa dimungkiri, perilaku tercela para pelajar sekarang juga dipengaruhi sama kondisi lingkungan dimana ia tumbuh, seperti keluarga. Jadi sebetulnya jangan cuma menyalahkan anak aja

Kembali Terjadi, Siswa & Orangtuanya Aniaya Staf Sekolah Sampai Berdarah-darah. Ini Lo Kronologinya

Dipengaruhi juga sama lingkungan tempat ia tumbuh via hidayahmoeslim.blogspot.com

Menanggapi aksi bullying siswa ke gurunya di atas, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan, Retno Listyarti, dilansir dari Okezone , mengatakan adanya 2 kemungkinan kenapa peristiwa itu bisa terjadi. Pertama, karakter siswa yang kurang terbina, baik di rumah, maupun di sekolah. Kedua, rendahnya kemampuan guru menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif dan kreatif.

Retno juga menambahkan kemungkinan lain, misalnya si anak sudah kecanduan game online, dimana banyak mengandung kekerasan. Sehingga anak kurang bisa membedakan perilaku di dunia maya dan dunia nyata. Kalau sudah begini, perlu pendampingan dari orangtua, agar anak nggak kebablasan. Hmm.. menurutmu gimana nih, Guys?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

CLOSE