Jakarta (7/8) – Merujuk data yang dirilis Badan Pusat Statistik, ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun ini melesat ke angka 7,07 persen YoY. Pertumbuhan positif ini menunjukkan bahwa strategi pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional telah membuahkan hasil. Berdampingan dengan upaya menjaga momentum pertumbuhan perekonomian di zona positif, tetap diperlukan pula kerja keras untuk menekan penularan virus COVID-19.
“Pertumbuhan ekonomi sebagaimana yang dipaparkan oleh Badan Pusat Statistik, menggambarkan arah pemulihan ekonomi sudah berada di jalur yang tepat. Tidak hanya mengandalkan belanja pemerintah, tetapi juga didorong sinergi pertumbuhan lainnya, juga kepercayaan masyarakat untuk kembali melakukan konsumsi,” ungkap Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate.
“Kebijakan Gas dan Rem dari Bapak Presiden, yaitu gas di sektor ekonomi dan rem di sektor kesehatan, terbukti berhasil memulihkan ekonomi Indonesia tetap tangguh dan tumbuh di tengah pandemi. Setiap pihak harus tetap waspada menjaga sektor kesehatan, agar ekonomi terus berkembang di kuartal 3 dan 4 melalui berbagai inisiatif dan kebijakan,” pungkas Menteri Johnny.
Terdapat 6 faktor pemicu perbaikan ekonomi Indonesia, seperti disebutkan oleh Himpunan Bank Milik Negara (Himbara). Faktor-faktor inilah yang dijalankan oleh pemerintah serta para pemangku kebijakan dalam rangka program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Adapun enam faktor pemicu perbaikan ekonomi ialah:
Pertama, yakni program vaksinasi nasional yang dilakukan secara massif, sehingga meningkatkan kepercayaan diri masyarakat dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Hingga hari ini (7/8), sudah 50 juta rakyat Indonesia mendapatkan dosis vaksin pertama. Percepatan vaksinasi terus dilakukan oleh pemerintah berkolaborasi dengan seluruh elemen masyarakat seperti swasta dan komunitas.
Kedua, kebijakan fiskal dan moneter yang tepat dari pemerintah, menjadi pemicu bagi geliat ekonomi nasional. Pemerintah telah mengucurkan berbagai stimulus yang berarti penting bagi perekonomian, dengan kebijakan yang pro-growth (memperhitungkan pertumbuhan) serta pro-poor (memperhitungkan kemiskinan).
Sampai dengan Mei 2021, total penyaluran stimulus untuk PEN tercatat Rp 370,55 triliun di luar restrukturisasi, dan disalurkan kepada 51,77 juta penerima. Bentuk penyaluran ini misalnya melalui bantuan sosial seperti Program Keluarga Harapan atau bantuan beras Bulog. Sementara itu, realisasi restrukturisasi kredit Himbara kepada nasabah terdampak COVID-19 mencapai 3,43 juta debitur.
Ketiga, kondisi pemulihan ekonomi global. Hal itu membuat ekspor dan impor dapat ditingkatkan sehingga mengeskalasi kinerja perekonomian nasional.
Keempat, iklim investasi yang berpeluang lebih baik pada tahun ini sehingga dapat menyerap tenaga kerja.
Kelima, pertumbuhan kredit perbankan nasional kini sudah dalam grafik positif. Dalam periode yang sama tahun lalu, kredit perbankan berada dalam kurva negatif. Dengan pola seperti ini, diyakini pertumbuhan kredit akan kembali tercatat positif hingga akhir tahun 2021.
Keenam, konsumsi masyarakat yang kembali rebound setelah pembukaan kembali ekonomi. Berdasarkan tracking pola belanja, terlihat bahwa masyarakat Indonesia semakin cepat melakukan penyesuaian belanja pasca dilakukannya pembatasan mobilitas.