Pemanasan global makin menunjukkan “batang hidungnya” sejak cuaca ekstrem mulai sering dilaporkan terjadi di sejumlah wilayah di dunia. Yang terbaru ini, katanya Eropa lagi dilanda gelombang panas yang membuat suhu di sana meningkat tajam. Beberapa negara bahkan panasnya mencapai 46 derajat celsius!
Bukti kalau pemanasan global ini bukan isu yang bisa dianggap remeh adalah terjadinya kebakaran di Kutub Utara –area yang dikenal paling dingin sedunia– belum lama ini. Bayangin, kalau hutan bersalju aja bisa dilalap si jagoan merah, apa kabar dengan wilayah tropis seperti Indonesia ini yang suhunya memang sudah hangat dari sononya? Sebenarnya, apa sih penyebab kebakaran besar bisa terjadi di wilayah paling dingin di dunia?
Kebakaran hebat melanda wilayah Kutub Utara dengan 250 hingga 300 titik api terdeteksi setiap harinya. Kejadian ini disebut-sebut belum pernah terjadi sepanjang masa
Sudah sejak berhari-hari lalu wilayah Kutub Utara bumi dilanda kebakaran hebat. Dilansir dari BBC, kebakaran ini melahap hutan-hutan bersalju yang ada di wilayah Siberia bagian utara, Skandinavia bagian utara, Alaska, dan Greenland. Ratusan titik api melanda sejumlah wilayah nggak berpenghuni. Akibat kebakaran terbesar sepanjang sejarah di Kutub Utara ini, kualitas udara di kota-kota Rusia bagian timur jadi menurun drastis.
Sebenarnya, Kutub Utara cukup sering dilanda kebakaran, biasanya setiap bulan Mei dan Oktober. Tapi kali ini kebakaran terjadi jauh lebih parah dan lebih lama
Sebagai wilayah yang sering disambar kilat besar, Kutub Utara termasuk wilayah yang cukup sering dilanda kebakaran. Jadi sebenarnya, kebakaran tahunan di sana termasuk bagian alamiah dari ekosistem, yang justru mendatangkan keuntungan. Tapi beda sama kebakaran kali ini, yang jauh lebih besar serta dampaknya juga lebih luas.
Mark Parrington, ilmuwan senior dari Copernicus Atmosphere Monitoring Service, menyebut bahwa kebakaran di Kutub Utara kali ini tidak biasa dan belum pernah terjadi sebelumnya.
Kebakaran besar di Kutub Utara ini tak lain dan tak bukan dipicu oleh kondisi bumi yang semakin hangat. Menurut para ahli, Juni kemarin jadi bulan Juni terpanas sepanjang sejarah
Lagi lagi karena pemanasan global. Selain karena memang sudah jadi agenda tahunan, penyebab kebakaran Kutub Utara ini juga dipicu karena suhu rata-rata bumi yang semakin hangat setiap tahunnya. Suhu di wilayah Kutub Utara juga dilaporkan terus mengalami kenaikan gara-gara pemanasan global ini.
Saking besarnya kebakaran di Kutub Utara itu, asap yang membumbung tinggi ke awan sampai kelihatan dari satelit NASA lo! Wah, emang parah banget sih.
Sayangnya, pemerintah Rusia kayak bodo amat sama kebakaran kali ini. Menurut mereka, peristiwa ini nggak sampai mengancam tempat tinggal atau ekonomi. Lah, kok…?
Memang sih, kebakaran di Kutub Utara itu sebagian besar melanda wilayah tak berpenghuni. Tapi berlepas tangan seolah kejadian ini nggak penting juga bukan lah langkah bijak. Selain karena nggak mengancam tempat tinggal serta ekonomi negara, pemerintah Rusia menganggap biaya “mengurus” kebakaran ini jauh lebih besar dibanding kerugian yang ditimbulkan.
Waduh, tapi kalau nggak diatasi, bukannya kebakaran bisa makin merembet di daerah-daerah lain ya? Belum lagi asapnya kan bisa merembet ke negara lain dan menyebabkan polusi…?