Miris nggak sih ketika tahu ada berita tentang penganiayaan kejam seperti ini, ternyata pelaku dan korban masih bocah-bocah sekolah?Karena mereka yang nantinya jadi harapan masa bangsa, perilakunya justru sangat memprihatinkan.
Kisah yang ramai setelah dicuitkan akun Twitter @syarifahmelinda ini, memang sungguh memilukan. Seorang siswi SMP yang masih berusia 14 tahun menjadi korban pengeroyokan sejumlah oknum siswi SMA di Pontianak, sampai mengalami trauma fisik dan psikologis yang sangat berat. Korban berinisial AU atau Audrey (berdasarkan tagar #JusticeforAudrey yang viral) dipukuli, dijambak, dan berusaha dirusak alat kelaminnya oleh para pelaku.
Bukan cuma level kekejaman yang dipertontonkan para pelaku saja yang bikin kita mengelus dada, tapi juga alasan di balik aksi pengeroyokan ini yang sebenarnya sangat sepele dan tidak masuk akal. Dilansir dari Kompas, kejadian ini ternyata hanya berawal dari komentar Facebook korban di laman kakak sepupunya yang menyinggung pelaku. Meski tak kenal langsung dan sebenarnya hanya memiliki masalah dengan kakak sepupunya, para pelaku tetap saja mengeroyok korban. Ini kisah selengkapnya.
ADVERTISEMENTS
Jadi korban pengeroyokan tanpa alasan yang jelas, AU baru berani mengaku kepada ibunya seminggu setelah kejadian. Selain trauma, korban ternyata juga dapat ancaman dari pelaku
Kejadian ini sebenarnya telah terjadi sekitar dua minggu lalu, pada tanggal 29 Maret 2019. Namun korban baru berani mengadu ke ibunya Jumat pekan lalu (5/4), yang kemudian dilanjutkan dengan pelaporan kepada Polsek Pontianak Selatan dan Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD). Selain trauma berat, korban mengaku mendapat ancaman dari para pelaku.
Ibu korban menjelaskan kalau peristiwa nahas ini terjadi ketika korban dijemput salah satu pelaku di rumah kakeknya. Diceritakan kalau pelaku ini meminta korban dipertemukan dengan kakak sepupunya yang beriinisial PO dengan alasan ada yang mau dibicarakan. Namun setelah itu, korban justru dibawa ke tempat sepi untuk dianiaya, dijambak, disiram air, dibenturkan kepalanya ke aspal, sampai diinjak perutnya berkali-kali. Ibu korban menambahkan yang paling ia tidak bisa terima adalah bagaimana para pelaku mencoba merusak alat kelamin putrinya, seperti dilansir dari Kumparan.
Para pelaku yang berasal dari berbagai SMA di Pontianak ini, totalnya dikabarkan mencapai 12 orang orang. Tiga diantaranya menganiaya langsung, sedangkan sisanya menyaksikan dan sama sekali tidak menolong.
Keluarga korban tak ingin mediasi, mereka akan membawa perkara ini di meja hijau. Wali Kota Pontianak juga meminta kasus ini diselesaikan sampai tuntas, biar ada efek jera
Kasus ini pun akan tetap dibawa ke jalur hukum supaya memberikan efek jera bagi pelaku. Keluarga juga menolak upaya mediasi yang ingin dilakukan para pelaku. Meski keluarga korban sudah memaafkan, proses hukum tetap harus berlanjut.
Hal ini pun sampai ke Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono. Dirinya meminta pihak kepolisian dan Dinas Pendidikan Anak Kota Pontianak (sekolah juga) untuk mengusut tuntas kasus ini. Edi sendiri mengaku sudah menjenguk korban dan lewat instansi terkait, Pemerintah Kota Pontianak akan mengadakan sosialisasi dan pembinaan untuk mencegah kasus tersebut terjadi kembali.
Masih dilansir dari Kumparan, cara ini diharapkan bisa memberikan efek jera dan pembelajaran bagi para pelajar lainnya. Penyebab penganiayaan ini menurutnya muncul karena komentar-komentar di medsos, sehingga para pelaku kesal. Edi pun menyarankan kepada para orangtua untuk memantau pemakaian medsos para anak-anaknya yang masih sekolah ini.