Rasanya Jadi Karyawan yang Tetap Ngantor di Tengah Pandemi. Bener-bener Nggak Ada Pilihan Lagi

Karyawan ngantor di tengah pandemi

Sudah 3 bulanan ini pandemi virus corona menghantui kita semua. Dari pertama diumumkan ada kasus positif di Indonesia, segala kebiasaan dan aktivitas masyarakat langsung berubah. Yang awalnya abai sama kebersihan, jadi dikit-dikit cuci tangan atau pakai hand sanitizer. Yang mulanya mungkin risi pakai masker, mau nggak mau jadi pakai terus meskipun cuma ke warung dekat rumah. Nggak cuma masalah sepele kayak di atas aja, bahkan rutinitas harian seperti bekerja, sekolah, dan beribadah juga mesti “dimodifikasi” demi tetap memberlakukan jaga jarak fisik.

Jika kalian yang saat membaca tulisan ini sedang berada di rumah karena memang kantornya memberlakukan Work From Home (WFH), ketahuilah bahwa di luar sana banyak sekali profesi yang nggak mendapat privilege serupa. Sebut saja tukang ojek online, pedagang di pasar, kontraktor, kurir ekspedisi, pegawai bank, dan banyak sekali yang lainnya. Kali ini, Hipwee berkesempatan berbincang-bincang dengan Adit, seorang pegawai bank swasta bagian marketing di Jawa Timur, soal gimana rasanya tetap bekerja di tengah pandemi seperti ini. Mari kita simak curahan hatinya, mungkin ada juga di antara kalian yang merasakan hal serupa…

ADVERTISEMENTS

Rasanya Jadi Karyawan yang Tetap Ngantor di Tengah Pandemi. Bener-bener Nggak Ada Pilihan Lagi

Berat rasanya, saat mendengar kebijakan perusahaan yang tetap mengharuskan ngantor di tengah pandemi. Kecewa pun nggak akan mampu mengubah keputusan yang telah diambil perusahaan. Setidaknya itulah yang dirasakan Adit. Sejak awal virus corona merebak, kantor tempatnya bekerja nggak mengambil keputusan WFH seperti banyak perusahaan lain. Ia tetap harus pergi ke kantor setiap Senin-Jumat, demi melayani nasabah.

“Dari awal pandemi Covid-19 kantorku udah keluarin SK buat selalu mengikuti protokol kesehatan untuk seluruh karyawannya kayak wajib setiap hari pakai masker, sering cuci tangan, diusahakan untuk tidak melakukan kontak fisik secara langsung baik dengan nasabah maupun rekan kerja, dsb.”

Sebenarnya, perusahaan Adit memberlakukan WFH, tapi hanya terbatas pada wilayah yang terdampak paling besar seperti Jakarta dan Surabaya. Tapi itu pun nggak WFH penuh, melainkan gantian shift tiap minggu. Sebagai seorang marketer, Adit pun tetap harus wira-wiri di jalanan, keluar-masuk antarkota. Perusahaannya pun tetap membekalinya dengan surat izin resmi dan mengimbau tetap menerapkan protokol kesehatan di manapun berada.

ADVERTISEMENTS

Rasanya Jadi Karyawan yang Tetap Ngantor di Tengah Pandemi. Bener-bener Nggak Ada Pilihan Lagi

“…walaupun badai menghadang, target harus tetap achieve.”

Bekerja di bidang marketing, memang kerap menuntut seseorang untuk bisa mencapai goal tertentu, tak terkecuali Adit. Namun kali ini, target perusahaan terasa jauh lebih sulit mengingat ia harus berusaha mencapainya di tengah pandemi. Target tetap berjalan, tidak ada pengurangan, padahal di lapangan ia dan teman-temannya dibatasi untuk bertemu orang. Tapi ya, sebisa mungkin tetap “jual produk” walaupun lebih sering diusirnya karena masyarakat memang ingin jaga jarak. Sejauh ini Adit lebih ke referral dari mulut ke mulut karena untuk visit instansi juga mesti dihentikan.

ADVERTISEMENTS

Rasanya Jadi Karyawan yang Tetap Ngantor di Tengah Pandemi. Bener-bener Nggak Ada Pilihan Lagi

Nggak cuma khawatir soal keselamatan dirinya sendiri, Adit juga kerap memikirkan bagaimana cara agar ia nggak menjadi carrier dan pulang dengan membawa virus bagi orang rumahnya. Apalagi ia juga tinggal bersama dengan kedua orangtuanya yang sudah tua. Selama ini, Adit selalu berusaha menjaga kebersihan dan kesehatan, mengikuti protokol kesehatan dari instansi terkait. Ia juga sudah menghindari pemakaian transportasi umum dan memilih menggunakan kendaraan pribadi setiap berangkat dan pulang kerja.

Adit juga nggak pernah pergi ke mana-mana selain untuk bekerja. Jadi sesampainya di rumah, setelah bersih-bersih, mandi, dan lain sebagainya, ia sebisa mungkin tetap berada di kamar, meminimalisir kontak dengan orang rumah.

“I’ve done my best, and let God do the rest,” tutup Adit di akhir perbincangan.

Itulah sedikit kisah Adit sebagai karyawan kantoran yang tetap harus ngantor walau dunia sedang tidak baik-baik saja. Semoga saja bisa menjadi penyemangat bagi kalian yang juga bernasib sama, agar selalu ingat bahwa kalian tidak sendirian. Meski keadaan memaksa kalian untuk tetap berada di luar rumah, please, jangan lupa untuk selalu menerapkan protokol kesehatan seperti cuci tangan, memakai masker, dan lain-lain ya! Semangat semua…

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

Editor

An amateur writer.

CLOSE