Menyebarnya virus corona membuat kondisi ekonomi kacau. Banyak perusahaan yang terpaksa memecat karyawannya. Hingga kini, sudah ada ratusan ribu orang yang di-PHK dan dirumahkan di Indonesia. Mereka pun nggak bisa memperoleh penghasilan untuk sementara. Untuk membantu mereka, pemerintah berinisiatif meluncurkan Kartu Prakerja. Pendaftaran gelombang I sudah dibuka dan hasilnya telah diumumkan pada Jumat (17/4).
Para peserta yang lolos seleksi bisa segera menggunakan fasilitasnya. Setiap orang diberi biaya pelatihan sebesar Rp1 juta yang bisa digunakan untuk mendaftar berbagai kelas online dari sejumlah start-up dan mitra pemerintah. Mereka boleh memilih pelatihan berdasarkan kebutuhan dan minat masing-masing. Namun dalam pelaksanaannya, kartu ini mendapat berbagai kritik. Hmm, kenapa nih?
ADVERTISEMENTS
Para peserta Kartu Prakerja bisa mendaftar berbagai kelas online. Biayanya pun beragam, mulai dari ratusan ribu sampai sejuta
Di situs Skill Academy yang dimiliki Ruangguru, harga paket pelatihan terendah adalah Rp168.000 dan yang tertinggi mencapai Rp1 juta. Salah satu program yang harganya sejuta adalah paket pelatihan ojek online. Paket itu terbagi menjadi 6 kelas dan bisa diselesaikan dalam satu hari saja. Skill Academy mengklaim kalau harga aslinya Rp3.825.000. Namun ada diskon sebesar Rp2.825.000 sehingga para peserta cukup membayar Rp1 juta.
Dilansir dari Kompas, start-up lain yang ikut memberi pelatihan adalah MauBelajarApa. Berikut ini pelatihan yang mereka buka untuk para peserta Kartu Prakerja:
– Belajar Jualan Online dan Meningkatkan Penjualan (Rp350.000)
– Belajar Menjadi MC Profesional (Rp350.000)
– Belajar Membuat Silky Pudding Aneka Rasa (Rp200.000)
– Belajar Cara Memulai Karir 2020 Sebagai Content Creator (Rp175.000)
Kemudian, inilah sebagian pelatihan yang disediakan di situs Sekolah.mu:
– Jadi Pengusaha Salon Rumahan, Belajar 2 Jam Siap Terima Pelanggan (Rp 549.000)
– Menambah Penghasilan dengan Menjadi Guru Online (Rp 200.000)
– Teknik Bekerja dalam Tim (Rp 850.000)
ADVERTISEMENTS
Melihat jenis pelatihan dan biayanya, orang-orang pun protes. Mereka berpendapat kalau sebagian pelatihan itu bisa dipelajari sendiri secara gratis
Kalau begini malah jadi rejeki nomplok untuk perusahaan penyedia, bukan untuk peserta pelatihan pra kerja.
Siapa mau belajar membuat kroket ayam keju dengan biaya 400ribu? Belajar bikin makaroni schotel, 300rb? Belajar bikin brosur pakai canva, 150 ribu? pic.twitter.com/ssIBuuboPR
— #JogjaDaruratAgraria (@JDAgraria) April 18, 2020
Sebagian pelatihan untuk Kartu Prakerja dianggap mirip konten gratis di YouTube. Para warganet pun melontarkan protes karena merasa rugi kalau harus membayar sebanyak itu. Dikutip dari Jawa Pos, beberapa contoh pelatihannya adalah:
– Sukses interview, cara dapat kerja: Rp200.000
– Belajar desain grafis dengan Photoshop: Rp165.000
– Membuat brosur digital dengan aplikasi Canva: Rp150.000
– Aneka resep jajanan rumahan: Rp150.000
– Membuat kroket ayam keju: Rp400.000
ADVERTISEMENTS
Senada dengan warganet, ahli ekonomi berpendapat kalau kebijakan Kartu Prakerja ini nggak efektif. Ada beberapa alasan di baliknya
Dilansir dari CNN, Kartu PraKerja dinilai nggak efektif oleh Tauhid Ahmad selaku Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF). Pasalnya, pelatihan online seperti ini lebih cocok untuk pelajar. Sedangkan para pekerja lebih membutuhkan pendidikan keterampilan fisik secara tatap muka.
Tauhid juga meragukan manfaat pelatihan Kartu Prakerja karena materinya hanya terlihat seperti video tips. Seharusnya pelatihan lebih difokuskan pada ketrampilan yang betul-betul dibutuhkan di dunia kerja. Misalnya untuk pengemudi ojol, lebih tepat kalau menyasar materi ketrampilan otomotif. Namun salah satu materi yang disediakan Skill Academy untuk ojol justru teknik mengelola stres. Padahal tips semacam itu bisa dipelajari sendiri di internet secara gratis.
ADVERTISEMENTS
Di balik kebijakan yang menuai kritik, ternyata awalnya Kartu Prakerja memang nggak disiapkan untuk menghadapi dampak virus corona
Program Kartu Prakerja sudah diusulkan Presiden Jokowi sejak kampanye Pilpres 2019, jauh sebelum virus corona mewabah di Indonesia. Awalnya, program ini bertujuan untuk menambah ketrampilan calon pekerja, korban PHK, maupun orang-orang yang ingin beralih kerja. Para peserta akan diberi pelatihan gratis secara tatap muka dan memperoleh insentif. Namun sejak awal 2020, kondisi ekonomi berubah akibat menyebarnya virus corona. Tiba-tiba muncul ratusan ribu orang yang di-PHK dan dirumahkan di Indonesia.
Mengikuti perkembangan keadaan, pemerintah pun lantas menyesuaikan program Kartu Prakerja untuk mereka. Biaya pelatihan yang tadinya mencapai Rp3 juta hingga Rp7 juta per orang, dikurangi menjadi Rp1 juta per orang. Sedangkan insentif yang tadinya Rp500 ribu ditambah menjadi Rp2,55 juta per orang. Total anggaran yang tadinya Rp10 triliun pun meningkat menjadi Rp20 triliun. Sebab, jumlah peserta yang disasar meningkat dari 2 juta menjadi 5,6 juta orang.
Walaupun sudah melakukan berbagai penyesuaian, program Kartu Prakerja ini tetap dianggap nggak efektif. Daripada memberi pelatihan semacam itu, Tauhid berpendapat sebaiknya pemerintah memberi bantuan langsung pada masyarakat yang terdampak virus corona. Cara tersebut dinilai lebih bermanfaat dan tepat sasaran. Nah, kalau menurutmu bagaimana?