Kawasan hijau di Indonesia semakin menipis. Pasalnya, belum lama ini terjadi kebakaran hutan yang parah di Kalimantan dan Sumatra. Berhektar-hektar hutan juga ditebang untuk keperluan industri. Padahal uang yang diperoleh hanyalah sementara, sedangkan kerugian yang diterima bisa selamanya. Sebab tanpa keberadaan hutan, seluruh makhluk hidup akan kesulitan memperoleh oksigen. Seram sekali, kan?
Keresahan itu dirasakan oleh seorang lansia bernama Suhendri. Dengan ketekunan yang luar biasa, dia berusaha merawat hutan di Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur. Berikut ini kisah perjuangannya seperti dilansir dari Kompas.
ADVERTISEMENTS
Seorang kakek berusia 78 tahun mempunyai lahan luas yang dijadikan hutan. Selama puluhan tahun, dia telaten merawatnya hingga menjadi subur
Pada tahun 1971, Suhendri pertama kali menginjakkan kaki di Kalimantan Timur. Dia pun bekerja sebagai tukang bangunan. Saat itulah Suhendri melihat banyak pohon ditebang demi bisnis, hingga akibatnya berhektar-hektar hutan menjadi gundul. Lantas muncul motivasi dalam dirinya untuk merawat hutan. Suhendri pun berhenti menjadi tukang bangunan, lalu bekerja sebagai petani yang menggarap lahan orang lain. Berkat ketekunannya, usaha pertanian itu sukses. Namun dia dikeluhkan oleh orang sekitar dan sempat diusir dari sana.
Nggak kehabisan akal, akhirnya Suhendri membeli lahan seluas 1,5 hektar itu pada tahun 1979. Dia membayar seharga Rp100.000 dengan cara mencicil. Setelah lunas, dia membeli lahan lagi sehingga total luasnya 3 hektar. Suhendri mengolah tanahnya menggunakan konsep agroforestri, yakni penggabungan pertanian dan pepohonan. Awalnya dia hanya menanam sayuran dan buah-buahan. Lantas pada tahun 1986, dia mulai menanam pepohonan dengan bibit dari Bogor. Suhendri pun berhasil menumbuhkan 1.000 bibit kayu meranti, damar, pinus, kapur, ulin, kayu putih, dan sengon. Kini semuanya telah tumbuh menjadi hutan yang subur dan rimbun.
ADVERTISEMENTS
Suatu hari, tanah milik Suhendri hendak dibeli seharga Rp10 miliar untuk dijadikan perumahan. Namun kakek ini dengan tegas menolaknya
Hutan yang dimiliki Suhendri ternyata strategis, sebab terletak di tengah Kota Tenggarong, ibu kota Kabupaten Kukar. Nggak heran kalau banyak orang yang ingin membelinya untuk dijadikan lahan industri. Bahkan menurut Suhendri, hutannya pernah ditawar Rp10 miliar untuk dijadikan perumahan. Namun kakek ini dengan tegas menolaknya. Padahal dengan uang tersebut, dia bisa hidup dengan nyaman bersama keluarganya di masa tua. Tetapi Suhendri bukanlah pribadi yang tamak. Dia menolak tawaran menggiurkan itu demi kelestarian alam.
ADVERTISEMENTS
Suhendri mempertahankan hutannya agar bisa menjadi sumber oksigen bagi warga Kota Tenggarong. Di masa depan, dia berharap ada yang melanjutkan usahanya
Walaupun tanahnya telah berkali-kali ditawar investor, Suhendri nggak pernah melepasnya. Kakek beranak dua ini tetap setia merawat hutannya bersama sang istri, Junarsa, yang berusia 80 tahun. Mereka bermukim di tepi hutan tersebut. Di saat pasangan lansia yang lain sudah pensiun, Suhendri dan istrinya tetap tekun merawat hutan. Sebab mereka ingin menyediakan sumber oksigen bagi warga Kota Tenggarong. Di masa depan, Suhendri berharap ada orang lain yang bisa meneruskan perjuangan mereka merawat hutan tersebut.
ADVERTISEMENTS
Kini hutan milik Suhendri dijadikan tempat penelitian mahasiswa. Kakek ini juga kerap mendapat penghargaan atas usahanya melestarikan alam
Hutan milik Suhendri kerap dikunjungi orang yang ingin melakukan penelitian. Bahkan pernah menjadi lokasi penelitian mahasiswa asal Jepang. Mereka kagum pada kerja keras Suhendri dalam merawat lingkungan selama 35 tahun. Kakek ini pun memperoleh penghargaan dari sejumlah pihak. Salut!
Semoga Suhendri sehat selalu dan panjang umur agar bisa terus merawat hutannya. Sebagai generasi muda, yuk jangan kalah dengan kakek ini. Mari kita jadikan perjuangan Suhendri sebagai inspirasi untuk melestarikan lingkungan~