Semenjak Nadiem Makarim menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, pendidikan di Indonesia jadi semakin sering disorot. Belum lama ini publik sempat heboh dengan adanya kabar kalau Ujian Nasional bakal dihapus tahun 2021 mendatang, sebab dianggap sudah tak lagi efektif. Nah, baru-baru ini, kabar perombakan sistem pendidikan di Indonesia kembali hangat jadi pembahasan setelah Kak Seto mengusulkan ke Nadiem bahwa sebaiknya siswa sekolah hanya 3 hari dalam seminggu.
Seperti yang mungkin sudah bisa ditebak, walau baru berupa usulan, apa yang disampaikan Kak Seto itu mengundang kontroversi dan keributan di mana-mana. Sebagian setuju, sebagian lagi tidak. Sadar kalau usulannya sudah bikin heboh, Kak Seto pun menjelaskan detilnya. Memang gimana sih penjelasan lengkapnya?
ADVERTISEMENTS
Mulanya, Kak Seto memang bilang kalau sekolah yang hanya berlangsung selama 3 hari dalam seminggu itu jauh lebih efektif ketimbang 5-6 hari seperti sekarang
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi atau akrab disapa Kak Seto menyatakan kalau pelajar di Indonesia sebenarnya cuma perlu sekolah selama 3 hari dalam seminggu. Itu pun menurutnya 3 jam sehari aja udah cukup, agar anak-anak nggak bosan dan tertekan. Pernyataan Kak Seto itu tentu mewakili suara mayoritas siswa di Indonesia. Memang sih kalau dibandingkan dengan negara lain, sekolah di Indonesia tuh lebih lama, belum lagi termasuk bimbel dan les ini-itu.
Walau dianggap bisa jadi ‘angin segar’, tapi ada juga pihak-pihak yang nggak setuju. Mungkin karena takut malah bikin anak-anak malas gitu ya, soalnya ‘kan memang inisiatif belajar masyarakat Indonesia itu masih rendah.
ADVERTISEMENTS
Usulan Kak Seto muncul setelah dirinya melakukan percobaan selama 13 tahun di homeschooling miliknya. Anak-anak yang lulus dari sana banyak yang diterima di universitas bergengsi
Kak Seto menambahkan kalau usulannya itu ia sampaikan setelah melakukan percobaan sendiri selama 13 tahun di lembaga homeschooling miliknya yang berlokasi di Bintaro, Tangerang Selatan. Di lembaga tersebut, sekolah hanya berlangsung selama 3 hari dalam seminggu, per harinya hanya 3 jam. Meski waktu belajarnya sebentar, tapi lulusannya banyak yang diterima di universitas bergengsi seperti UI, UGM, ITB, IPB, dan lain sebagainya. Selain berprestasi akademik, siswa binaannya juga banyak yang sukses di bidang-bidang non-akademik seperti bisnis dan olahraga.
ADVERTISEMENTS
Tapi konsep yang diusulkan Kak Seto itu malah menimbulkan pro-kontra. Sadar jika usulannya sudah bikin heboh, Kak Seto pun memberi klarifikasi. Katanya nggak seperti yang disangka banyak orang
Pada Kompas, Kak Seto mengatakan kalau sekolah 3 hari itu hanyalah opsi yang bisa dipilih pelajar. Ia mengacu pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Dalam peraturan tersebut dinyatakan ada 3 jalur pendidikan yang bisa dipilih di Indonesia; formal (sekolah biasa), non-formal (bimbel), dan informal (homeschooling). Nah, sebenarnya yang jadi perhatian Kak Seto ini lebih ke kebebasan anak dalam memilih mau sekolah di mana. Kalau dia tipikal anak yang mudah bosan jika disuruh belajar berjam-jam, ya lebih baik memilih sekolah informal aja yang durasinya lebih singkat.
Toh, hasil sekolah jalur non-formal maupun informal, sama-sama diakui seperti halnya sekolah informal. Jadi menurut Kak Seto, sebaiknya pendidikan di Indonesia diarahkan ke sana. Gitu, Guys.. Kalau kamu gimana, setuju nggak?