Jeritan Hati Pekerja Telemarketing, Sering Ditolak Sana-sini Padahal Target Harus Terus Dipenuhi

Jeritan hati pekerja telemarketing

Pekerjaan yang berhubungan dengan customer memang seringkali butuh mental sekuat baja, sebut saja kasir minimarket, resepsionis, desainer, sampai telemarketer. Kalau sabar bisa ditukar dengan uang, tentu mereka semua sudah kaya raya hingga nggak perlu lagi kerja ikut orang, terutama profesi yang terakhir itu. Sehari-hari mereka para telemarketer —bank, asuransi, perkreditan, dll– harus berhadapan dengan puluhan customer yang punya attitude berbeda-beda. Kalau nggak pintar mengolah emosi, bisa buyar semuanya.

Mungkin kelihatannya mudah, hanya duduk di balik layar komputer dan menelepon satu-satu customer yang datanya telah terdaftar di sistem. Tapi nyatanya, pekerjaan telemarketing nggak semudah yang dikira. Mereka harus tahan banting jika harus ditolak mentah-mentah hingga dimaki-maki pelanggan. Belum lagi setiap bulannya, telemarketer harus dikejar-kejar target yang levelnya kadang nggak manusiawi.

Telemarketing: memasarkan atau menyosialisasikan produk atau jasa melalui telepon

ADVERTISEMENTS

1. Telemarketer sering mendapat respon yang tidak bersahabat dari pelanggan yang ia hubungi. Mulai ditolak, sampai dimaki-maki, rasanya sudah jadi makanan sehari-hari

Jeritan Hati Pekerja Telemarketing, Sering Ditolak Sana-sini Padahal Target Harus Terus Dipenuhi

Mereka juga orang biasa yang bisa sakit hati via jojonomic.com

Kalau ada daftar pekerjaan yang menuntut orang punya mental sekuat baja, telemarketer sudah pasti masuk dalam daftarnya. Pekerjaan membuatnya harus menghubungi puluhan bahkan mungkin ratusan pelanggan setiap harinya. Para pelanggan itu tentu punya sikap atau attitude yang berbeda-beda, ada yang ramah sampai galaknya luar biasa. Nggak mudah menghadapi respon customer yang sangat beragam jenisnya. Ada yang suka langsung menutup telepon padahal belum selesai bicara, ada juga yang nggak segan langsung marah-marah.

ADVERTISEMENTS

2. Bukan bermaksud mengganggu atau gimana, tapi mereka memang dituntut untuk menghubungi satu-satu pelanggan dan menawarkan jasa atau produk dari perusahaan tempatnya bekerja

Jeritan Hati Pekerja Telemarketing, Sering Ditolak Sana-sini Padahal Target Harus Terus Dipenuhi

Bukan maksud mengganggu.. via jojonomic.com

Mungkin banyak dari kita enggan mengangkat telepon dari telemarketer karena merasa terganggu, padahal mereka sama sekali tidak berniat seperti itu, hanya berusaha memenuhi pekerjaan yang menuntut. Setiap hari seorang telemarketer diharuskan menelepon sekian banyak pelanggan, mulai puluhan hingga ratusan. Tapi dari sekian banyaknya, mungkin yang aktif, melayani, dan mengangkat telepon hanya segelintir saja.

ADVERTISEMENTS

3. Itu baru target pelanggan yang ditelepon, tentunya setiap bulan mereka juga dikejar target pemasukan yang nggak jarang nominalnya cukup menekan

Jeritan Hati Pekerja Telemarketing, Sering Ditolak Sana-sini Padahal Target Harus Terus Dipenuhi

Ada target pemasukan juga via jojonomic.com

Menjadi tenaga pemasar atau marketer umumnya memiliki target penjualan yang ditetapkan perusahaan. Telemarketer pun begitu. Jangan dikira pekerjaannya hanya menelepon pelanggan tanpa ada target dan tujuan. Bisa dibayangkan kalau telepon saja sudah banyak ditolak, target dari perusahaan mungkin hanya jadi angan-angan. Gaji sih tetap ada, tapi kebanyakan nominalnya nggak seberapa. Jadi seringnya mereka mengandalkan bonus yang diperoleh dari target yang dicapai.

ADVERTISEMENTS

4. Belum lagi mereka dituntut tetap profesional walau sedang mengalami hari yang buruk. Telemarketer harus bisa menjaga nada bicara selayaknya orang yang baik-baik saja

Jeritan Hati Pekerja Telemarketing, Sering Ditolak Sana-sini Padahal Target Harus Terus Dipenuhi

Dituntut tetap profesional via jojonomic.com

Tentu nggak mudah dituntut berbicara lancar tanpa titik koma, dengan nada ramah dan bersahaja padahal hati sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Nyatanya, telemarketer dituntut untuk bisa melakukannya setiap harinya. Nggak peduli habis putus cinta, gundah gulana, atau sedang dilanda bencana, profesionalitas tetap di atas segalanya. Mereka harus bisa menjaga nada bicara seperti sedang tidak kenapa-kenapa.

Memang, saat telemarketer menghubungi kita, mungkin kita juga sedang tidak dalam mood yang baik-baik saja, atau sedang sibuk bekerja. Namun, bukan berarti itu bisa jadi alasan untuk kita marah-marah, atau menolak mereka mentah-mentah. Bila memang kurang berminat, akan lebih bijaksana jika kita bisa menolak dengan kata maaf di awal, jangan lupa tetap berusaha bernada sopan ya~

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

Editor

An amateur writer.

CLOSE