Jeratan pinjol yang bukan main dampaknya | Illustration by Hipwee via www.hipwee.com
Kondisi ekonomi yang kian seret nyatanya bisa membuat seseorang bertindak nekat. Keadaan yang menghimpit dan tak punya banyak pilihan akhirnya menyebabkan seseorang harus membuat keputusan yang ‘kelihatannya’ paling mudah dan ada di depan mata. Menawarkan syarat yang tak bertele-tele, pinjaman online (pinjol) sering dipilih jadi jalan keluar dalam kondisi ini.
Meskipun begitu, mengingat cerita-cerita korban yang bertebaran di jagat maya, kita tentu paham jeratan pinjol yang mengerikan. Apalagi, kalau terjerat pinjol ilegal. Utang yang semula ‘mungil’ membengkak jadi utang puluhan juta. Hal ini yang membuat kita akhirnya harus mendengar berita tentang beberapa orang yang mengakhiri hidup karena tak kuat membayar dan merasa cuma jadi beban keluarga.
“Kenapa nggak minjem ke keluarga atau teman aja sih?”
Pertanyaan itu mungkin kerap menghinggapi kepala banyak orang. Dengan penilaian yang sempit, kita mungkin akan mempertanyakan dan cenderung menyalahkan keputusan orang-orang yang meminjam uang di pinjol. ‘Kayak nggak ada orangtua atau teman yang bisa dimintai bantuan aja,’ pikir kita. Padahal, bisa jadi banyak alasan di baliknya.
Pertanyaan itu mendorong Hipwee Premium untuk terus mencari tahu alih-alih berhenti pada anggapan dan penilaian umum yang kadung beredar. Pasalnya, meskipun risiko pinjol cukup mengerikan, korban-korban baru tetap berjatuhan. Berangkat dari fenomena miris itu, Hipwee Premium menyediakan ‘telinga’ untuk mereka yang pernah menjadi pemakai pinjol.
ADVERTISEMENTS
Keinginan membuka usaha terbentur biaya, sementara itu istri tiba-tiba keguguran. Dihantam masalah bertubi-tubi, membuat Dodi akhirnya lari ke pinjol
Awal mula orang tertarik pinjaman online | Credit: Pxfuel
“Jangan ke pinjol kalau nggak mau diancam dan ditagih terus-terusan. Ingat, bunganya juga besar!”
Sayangnya, saran dan peringatan tersebut bukan solusi atas permasalahan Dodi (nama samaran). Dodi butuh suntikan dana untuk membuka usaha. Kabar istrinya keguguran semakin mendesaknya untuk secepatnya mencari uang.
Selama ini, Dodi dan istri tinggal di Lamongan dengan gaji yang pas-pasan. Isi dompetnya tak mencukupi untuk menghadapi berbagai musibah yang datang. Meminta bantuan pada orang tua atau mertua bukan pilihan yang mudah diambil. Anggapan sosial, hubungan dengan keluarga, atau rasa takut menjadi alasan seseorang enggan meminta bantuan orang terdekat, terutama soal uang.
“Yang kena kakak iparku. Kita nggak ada yang tahu sama sekali masalah ini. Baru ketahuan sekitar setahun lalu ketika pinjol ini nge-chat ke nomer bapakku sama beberapa orang. Akhirnya mereka lapor ke mbakku. Abis itu, kayak diancam gitu. Sampai diancam dilaporkan ke polisi, tapi sama mbakku nggak ditanggapi. Apalagi, posisinya kakak iparku tidak di rumah,” ungkap Dina, adik ipar Dodi, saat dihubungi Hipwee Premium, Rabu (15/9).
Semula Dodi nggak memberitahu keluarga. Namun, usai didesak dan muncul SMS beruntun yang menghantui istri, mertua, dan teman-temannya, Dodi mau mengaku. Dengan alasan butuh dana untuk pegangan dan biaya sang istri, ia meminjam secara online. Proses yang antiribet dan tergiur iming-iming bunga kecil membuat Dodi mengambil keputusan itu. Apalagi, ia memang membutuhkan uang dalam waktu singkat.
Setelah itu, semua seakan berjalan lancar. Sampai di titik, Dodi terlambat membayar utang padahal sudah jatuh tempo. Waktu itu, Dodi telat membayar beberapa hari, tak sampai sebulan. Kemudian, SMS intimidatif dan ancaman mulai dikirimkan oleh pinjol ke orang-orang yang dikenal Dodi. Dari situ pula, Dodi baru tahu kalau utangnya sudah beranak-pinak jadi makin banyak.
ADVERTISEMENTS
Ngerinya pinjaman online. Utang yang awalnya cuma Rp1,5 juta membengkak jadi Rp80 juta!
Bukan rahasia lagi, orang yang meminjam secara online biasanya diminta mengunduh beberapa aplikasi. Nah, lewat aplikasi itulah, pihak pinjol menyadap ponsel milik Dodi dan menyimpan nomor-nomor teleponnya. Alhasil, orang terdekat Dodi seperti keluarga dan teman tahu perihal utang tersebut. Bahkan, mereka pun diancam akan dilaporkan polisi bila tak memberitahu dan mendesak Dodi untuk segera membayar utang.
“Padahal masku nggak pernah ngasih (nomor), tapi mereka bisa tahu. Akhirnya pinjol bisa menghubungi dan mengancam gitu. Intinya, tolong kasih tahu dia, dia punya utang yang harus segera dilunasi. Kalau nggak, dia bakal dilaporkan polisi. Bagi yang menerima SMS ini, kalau nggak ngasih tahu, dia juga bakal dilaporkan polisi karena terlibat persekongkolan,” terang Dina.
Dina menjelaskan, ancaman dilaporkan ke polisi hanyalah bualan karena kasus tersebut bersifat perdata (pribadi). Kendati demikian, keluarganya tetap gusar. Apalagi, ternyata Dodi nggak meminjam ke satu pinjol aja. Dengan jumlah yang sama, utang Dodi membengkak jadi Rp50 juta. Jadi, total utang Dodi di dua tempat pinjol sebesar Rp13o juta. Gara-gara masalah ini, seluruh anggota keluarga merasa tegang. Bahkan, hubungan mereka jadi tidak harmonis. Dodi pun sempat pergi dari rumah. Semua orang sama-sama dibuat pusing dan bingung dengan jumlah tagihan yang mencapai ratusan juta itu.
“Akhirnya, utang yang membengkak 80 juta harus dibayar karena status pinjolnya legal. Sementara tagihan utang yang satunya tidak dibayar. Soalnya, status pinjolnya ilegal,” ungkap Dina.
Tak tahu harus bagaimana, Dodi akhirnya tetap membayar tagihan utang Rp80 juta dengan mengambil utang di bank. Sejak saat itu, ancaman dari pinjol berhenti. Ia juga mengganti ponsel dan nomor telepon agar pinjol ilegal tidak menghubunginya.
Maraknya pinjol yang memakan banyak korban | Illustration by Hipwee
ADVERTISEMENTS
Berbeda dari pengalaman Dodi, Reni syok ketika tiba-tiba ditagih pinjol. Padahal…. dia nggak utang sama sekali
Nggak punya riwayat meminjam di pinjol, Reni tentu kaget saat tahu namanya dicatut. Suatu hari, ia menerima pesan WhatsApp berisi tagihan utang.
“Posisinya saya sebagai korban, saya tidak pernah pinjem online atau pinjol, jadi data saya disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, sebulan lebih saya mengalami musibah HP, dompet, KTP, dan kartu kartu penting hilang di Bandung,” ungkap Reni.
Kehilangan ponsel dan dompet yang berisi identitasnya diduga kuat jadi alasan nama Reni disebut sebagai peminjam online. Data pribadinya disalahgunakan sampai ia jadi korban pinjol. Meski ia tidak menerima SMS intimidatif, tapi teman-temannya jadi sasaran. Mereka terus menerima SMS penuh ancaman.
“Sudah di laporkan ke polisi dan polisi tidak bisa berbuat banyak, hanya menyarankan ganti nomor dan kabarkan ke semua kontak bahwa ada penyalahgunaan data untuk pinjaman online dan bilang saya tidak pernah mengunakan pinjol,” ungkap Reni.
Nggak mau namanya tercemar dan orang terdekat ikut kena imbas, Reni memutuskan mengambil jalur hukum. Selain melaporkan ke polisi, Reni juga membuat laporan ke OJK tentang penyalahgunaan data miliknya. Seperti yang disarankan OJK (Otoritas Jasa Keuangan), ada 4 hal yang harus dilakukan bila menjadi korban pinjol ilegal, yakni:
Sejauh ini, banyak korban pinjol seperti Reni yang belum puas dengan penanganan pinjol dari penegak hukum. Belum ada payung hukum yang jelas menjadi penyebabnya. Sehingga, korban-kobran pinjol kadang hanya disarankan untuk memblokir nomor ponsel saja. Sementara itu, desakan terus bermunculan dari berbagai pihak agar UU Fintech segera dibuat. Dasar hukum itu dibutuhkan supaya pinjol-pinjol ilegal bisa dipidanakan.
Sementara itu, bagi siapa pun yang mengalami masalah seperti Dodi, disarankan untuk menghubungi pihak OJK. Sebagai pihak yang mengatur soal pinjaman online, OJK akan membantu mediasi dan solusi agar peminjam dan pihak yang meminjami mencapai kesepakatan yang memuaskan.
Dari pengalaman mereka, Hipwee Premium menghadirkan cerita riil soal pinjol. Di balik perdebatan dan suara-suara korban lain yang banyak ditemukan di media sosial, maraknya pinjol adalah masalah yang menuntut solusi sesegera mungkin. Dibutuhkan regulasi yang jelas dan tepat agar tidak ada yang bernasib sama dengan Dodi dan Reni. Sehingga, nggak ada lagi yang terjerat pinjol dan kaget soal bunganya yang membengkak. Pun, tak ada lagi yang kaget karena mendadak menerima tagihan utang padahal nggak meminjam sama sekali.