Di tengah pandemi yang sedang berlangsung, pastinya semakin banyak orang yang membutuhkan tes virus corona. Selain untuk memastikan kondisi kesehatan secara umum, tes juga kini diperlukan sebagai persyaratan wajib masuk kantor, daerah lain, atau berpergian dengan transportasi umum seperti pesawat terbang dan kereta api. Nah, ada dua jenis tes yang sering kita dengar, yaitu rapid test dan polymerase chain reaction (PCR) test.
Banyak orang tampaknya belum tahu apa sih perbedaan antara keduanya, selain sebatas rapid test itu lebih murah daripada PCR. Belum lagi belakangan ada saran dari pakar epidemiologi agar pemerintah berhenti menggunakan rapid test dan fokus saja memperbanyak PCR yang lebih akurat. Di masa-masa banyaknya orang kembali beraktivitas ini, sangat penting artinya untuk memahami cara kerja, akurasi, dan perbedaan kedua tes ini — biar orang juga paham tes mana yang mereka sebenarnya butuhkan.
ADVERTISEMENTS
Rapid test bisa dilakukan dengan lebih cepat. Kekurangannya, hasil tes kurang akurat sehingga harus dipastikan dengan PCR
Dilansir dari Tempo, Ahli Epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono meminta pemerintah untuk menghentikan rapid test. Dia menganggap hasilnya kurang akurat untuk mendeteksi Covid-19. Sebab yang bisa dideteksi dari tes tersebut hanyalah reaksi antibodi yang muncul akibat virus, bukan virus itu sendiri. Namun, bukan berarti rapid test sama sekali nggak berguna. Tes ini bisa memperlihatkan jejak atau riwayat virus dalam tubuh kita. Berikut penjelasan lengkapnya:
- Tujuan: melakukan pemeriksaan untuk mendeteksi antibodi. Jika seseorang sudah terkena virus corona, ada kemungkinan antibodi akan terdeteksi dalam tubuhnya.
- Tingkat keakuratan: rendah. Pasalnya, pembentukan antibodi membutuhkan waktu hingga beberapa minggu. Jadi orang yang mendapat hasil positif dalam rapid test belum tentu positif corona, begitu pula sebaliknya. Hasil tes harus segera dipastikan dengan PCR.
- Proses: petugas mengambil sampel darah dari ujung jari lalu meneteskannya ke alat rapid test. Kemudian, cairan pendeteksi antibodi diteteskan ke alat yang sama. Hasilnya bisa terlihat nggak lama kemudian.
- Waktu yang dibutuhkan: 15-20 menit.
- Biaya: berbeda-beda tergantung penyelenggara. Dilansir dari Kompas, pemerintah menetapkan maksimal biaya rapid test adalah Rp150.000. Tetapi kenyataannya, masih ditemukan tempat yang mematok harga Rp400.000.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
PCR mempunyai tingkat keakuratan yang tinggi. Tetapi biayanya lebih mahal, bahkan bisa mencapai jutaan rupiah
PCR disebut juga dengan tes swab. Tes ini membutuhkan ketrampilan dan alat khusus. Hasilnya harus diperiksa di laboratorium yang sudah ditunjuk pemerintah. Jadi prosesnya memang lebih rumit, tetapi bisa mendeteksi keberadaan virus corona di tubuh pada saat itu juga. Berikut penjelasan seputar PCR:
- Tujuan: mendeteksi keberadaan virus corona atau penyakit Covid-19 dalam tubuh.
- Tingkat keakuratan: tinggi. Diagnosisnya bersifat pasti sehingga nggak perlu dibuktikan dengan tes lain.
- Proses: petugas memasukkan alat swab ke dalam hidung atau tenggorokan untuk mengambil cairan atau lendir. Kemudian, alat swab itu dimasukkan ke dalam tabung khusus dan dikirim ke laboratorium. Petugas akan mencocokkan DNA yang terdapat pada alat swab dengan DNA virus corona.
- Waktu yang dibutuhkan: beberapa jam hingga beberapa hari.
- Biaya: berbeda-beda tergantung penyelenggara. Dilansir dari Kompas, RS Universitas Indonesia memasang biaya Rp1.675.000. Sedangkan biaya di RSUD Arifin Achmad Riau adalah Rp1.700.000.
Itulah perbedaan antara rapid test dan PCR. Tes tersebut memang harus dibayar sendiri kalau kita nggak menunjukkan gejala Covid-19. Tetapi kalau menunjukkan gejala, kita bisa melakukan tes corona secara gratis, seperti dilansir dari Kompas. Salah satu pihak yang menerapkannya adalah RSUD Dr. Moewardi di Solo. Para pasien bisa mendapat tes corona gratis asalkan datang dan melapor langsung ke Posko Covid-19 di RS tersebut.
Gimana, sekarang sudah paham kan tentang tes virus corona? Tes ini diprioritaskan untuk golongan yang mempunyai risiko tertular tinggi, misalnya tenaga medis yang bekerja di rumah sakit dan orang yang melakukan kontak dekat dengan pasien positif. Jadi kalau kamu termasuk dalam golongan itu, segera periksakan diri ya!