Tanggal 21 April 1879 di Jepara, lahirlah seorang putri dari trah bangsawan. Ayahnya adalah seorang patih yang kemudian diangkat menjadi Bupati Jepara. Saat kecil, dia sempat bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Namun pendidikannya terhenti di usia 12 tahun karena sudah saatnya dipingit. Kekecewaan mendalam atas terbatasnya pendidikan untuk perempuan Jawa, dia tuangkan dalam surat-suratnya kepada kawan di Belanda. Kumpulan surat ini kelak dibukukan menjadi “Habis Gelap Terbitlah Terang” yang tersohor itu. Hari lahirnya kini diperingati sebagai Hari Kartini, sebagai hari kebangkitan bagi perempuan-perempuan Indonesia.
Di bangku sekolah dulu, Hari Kartini selalu meriah. Ada berbagai macam kompetisi, mulai dari lomba masak hingga lomba nyanyi. Cowok-cowok berbatik, sedang cewek-cewek berkebaya dan bersanggul. Merayakan hari Kartini dengan sanggul dan kebaya adalah satu simbolisasi perempuan Indonesia. Tapi yang lebih penting untuk kita ingat tentu semangat Raden Ajeng Kartini untuk kemajuan kaum perempuan. Perang Kartini memang tidak bersenjatakan pedang atau parang, melainkan kata-kata. Biarlah kebaya dan sanggul jadi simbol saja, inilah kata-kata RA Kartini yang menurut Hipwee News & Feature harus kita benar-benar kita ingat sampai tua.
ADVERTISEMENTS
1. Senang, bahagia, dan duka, semua tergantung persepsi atau cara pandang. Sulit yang menjepit pun selalu punya celah untuk lepas, tinggal bagaimana kita menyikapinya
ADVERTISEMENTS
2. Apalah yang kita miliki selain mimpi. Tanpanya, dunia yang kejam ini akan sangat mematikan
“Teruslah bermimpi, teruslah bermimpi, bermimpilah selama engkau dapat bermimpi! Bila tiada bermimpi, apakah jadinya hidup! Kehidupan yang sebenarnya kejam.”
ADVERTISEMENTS
3. Menjadi perempuan kita harus tetap kritis. Jangan hanya iya-iya pada apa yang katanya ketentuan, pertanyakan apa yang perlu dipertanyakan
ADVERTISEMENTS
4. Yang terpenting adalah tekad. Adanya tekad membuat semua menjadi mungkin, ketiadaan tekad membuat segalanya mustahil
“Tahukah engkau semboyanku? ‘Aku mau!’ . 2 patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata ‘Aku tiada dapat!’ melenyapkan rasa berani. Kalimat ‘Aku mau!’ membuat kita mudah mendaki puncak gunung.”
ADVERTISEMENTS
5. Meski Kartini tak sempat menyaksikan hasil perjuangannya, tapi perbedaan itu ada dan bisa kita rasakan sekarang
“Dan biarpun saya tiada beruntung sampai ke ujung jalan itu, meskipun patah di tengah jalan, saya akan mati dengan rasa berbahagia, karena jalannya sudah terbuka dan saya ada turut membantu mengadakan jalan yang menuju ke tempat perempuan Bumiputra merdeka dan berdiri sendiri.”
ADVERTISEMENTS
6. Hidup adalah perputaran. Satu sisi menyudutkanmu begitu dalam, yakinlah ada sisi yang lain yang akan memberimu ruang
“Tiada awan di langit yang tetap selamanya. Tiada mungkin akan terus-menerus terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi membawa keindahan. Kehidupan manusia serupa alam.”
7. Kembalikan semuanya pada nurani. Dengan begitu kita akan lakukan segalanya sepenuh hati, tanpa pamrih apalagi mengharap kembali
“Tuhan kami adalah nurani, neraka dan sorga kami adalah nurani kami. Dengan melakukan kejahatan, nurani kamilah yang akan menghukum kami. Dengan melakukan kebajikan, nurani kami pulalah yang akan memberikan kurnia.”
8. Sebelum menolong orang lain, maka kita harus menolong diri sendiri dulu. Sebab hanya orang yang bisa berdiri sendiri yang bisa menolong orang lain dengan purna
“Kami berikhtiar supaya kami teguh sungguh, sehingga kami sanggup berdiri sendiri. Menolong diri sendiri. Dan siapa yang dapat menolong dirinya sendiri, akan dapat menolong orang lain dengan sempurna.”
9. Entah itu menjadi ibu rumah tangga atau perempuan karier, pendidikan bagi perempuan mutlak hidupnya. Karena kelak kitalah yang akan mendidik bangsa
“Kecerdasan pikiran penduduk bumiputera tak akan maju secara pesat bila perempuan ketinggalan dalam usaha itu. Perempuan sebagai pendukung peradaban.”
10. Perempuan adalah bagian dari manusia. Perempuan bisa berkarya di luar, tanpa meninggalkan kodrat-kodratnya
11. Saat ini dunia memang lebih ramah pada perempuan. Namun masih banyak yang perlu diperjuangkan untuk kesetaraan
“Pergilah, laksanakan cita-citamu. Bekerjalah untuk hari depan. Bekerjalah untuk kebahagiaan beribu-ribu orang yang tertindas. Di bawah hukum yang tidak adil dan paham-paham palsu tentang mana yang baik dan mana yang jahat.”
12. Berpikiran terbuka dan modern tidak berarti meninggalkan akar budaya bangsa. Memperbaiki diri secara terus menerus tidak berarti harus menjadi orang lain
13. Kita memang harus berdiri di atas kaki sendiri. Tapi tetaplah ingat bahwa tempat kita berdiri adalah tanah yang dipijak bersama-sama. Menghargari yang lain wajib hukumnya
“Salah satu daripada cita – cita yang hendak kusebarkan ialah: Hormatilah segala yang hidup, hak-haknya, perasaannya, baik tidak terpaksa baik pun karena terpaksa. Haruslah juga segan menyakiti mahkluk lain, sedikitpun jangan sampai menyakitinya. Segenap cita-citanya kita hendaklah menjaga sedapat-dapat yang kita usahakan. Supaya semasa mahkluk itu terhindar dari penderitaan, dan dengan jalan demikian menolong memperbagus hidupnya: Dan lagi ada pula suatu kewajiban yang tinggi murni, yaitu “terima kasih” namanya.”
Perempuan Indonesia yang berjasa memang bukan hanya Kartini saja. Masih ada Dewi Sartika, Cut Nyak Dien, dan perempuan-perempuan hebat lainnya. Tak perlu dipersoalkan, sebab Kartini adalah sebuah simbolisasi, bahwa perempuan Indonesia bisa berjuang dan menyumbang banyak atas perkembangan negeri.
Kartini-kartini masa kini sudah tidak berkebaya dan bersanggul lagi. Kebaya dan sanggul juga sudah mulai kalah dimakan perkembangan zaman dan hanya dipakai di pesta-pesta pernikahan. Tapi kata-kata RA Kartini tidak pernah surut gemanya. Kartini mengajari kita untuk berpikiran maju, namun tidak meninggalkan identitas diri. Bahwa kita harus berdiri di atas kaki sendiri, tapi jangan sampai menginjak-injak orang lain. Maka inilah quote terakhir RA Kartini yang harus kita pikirkan baik-baik: “Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu. Tapi satu – satunya hal yang benar – benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri.”