Mata adalah jendela untuk melihat segala. Nggak heran kalau beragam teknologi dikembangkan untuk menjaga dan mengobati kemampuan mata melihat dunia. Salah satu produk teknologi yang umum untuk bisa kamu nikmati tersebut adalah kacamata.
Selain kacamata dengan berbagai jenis lensa yang terus dikembangkan untuk menunjang penglihatan, pelayanan kesehatan mata untuk operasi katarak pun terus berkembang. Salah satunya diupayakan oleh Rumah Sakit Spesialis Mata Jakarta Eye Center (JEC) dengan mengimplementasikan teknologi semi-robotic surgery. Kehadiran teknologi ini jadi penting karena di Indonesia penderita penyakit tersebut menyentuh lebih dari 150 ribu kasus per tahun.
ADVERTISEMENTS
Menjadi pionir di Indonesia dalam implementasi teknologi semi-robotic surgery, JEC wujudkan vision of perfection
JEC sebagai pionir implementasi semi-robotic surgery di Indonesia memperkenalkan teknologi tersebut dalam ajang tahunan JEC International Meeting (JECIM) ke-4, dan World Conggres of Ophthalmic of Anesthesia ke-5. Mengusung tema ‘Vision of Perfection’ pada gelaran garapannya, Direktur Utama RS JEC Menteng merangkap Ketua Panitia JECIM 2020, Dr. Setiyo Budi Riyanto, SpM(K), menyampaikan momentum perkenalan teknologi anyar mereka bertepatan dengan tahun pencapaian Vision 2020.
“Tahun ini adalah tahun pencapaian Vision 2020. Dimana penduduk dunia, khususnya mereka yang mengalami kebutaan berhak memiliki penglihatan optimal dan penyebab utama kebutaan dapat dieliminasi,” ucap Dr. Setiyo di acara perkenalan teknologi semi-robotic surgery di Pullman Central Park, Jakarta, Jumat (7/2/2020).
Dr. Setiyo menjelaskan penerapan teknologi semi-robotic surgery yang diboyong dari Jerman ini, secara keseluruhan tetap mengandalkan tenaga dokter dalam proses operasi katarak dan retina. Selain tugas pisau bedah yang digantikan oleh sinar laser, peran dokter masih sangat penting. Kehadiran teknologi ini lebih kepada membantu kerja dokter dan tim medis agar lebih presisi, selain juga menjaga kenyamanan pasien agar bisa lebih kooperatif saat ditangani.
“Dalam melakukan operasi katarak dan retina, kita pakai laser yang diprogram lewat komputer. Para dokter mengandalkan mikroskop digital untuk dapat tampilan mata yang lebih detail. Untuk mengangkat kataraknya, kita lakukan menggunakan ultrasound. Oleh karena itu disebut semi-robotic karena pekerjaan dokter tidak sepenuhnya digantikan mesin,” jelas Dr. Setiyo.
ADVERTISEMENTS
Teknologi semi robotic surgery memungkinkan dokter untuk mendapat pencitraan mata pasien dengan lebih detail dalam format tiga dimensi
Dalam praktiknya, penerapan teknologi semi-robotic surgery tersebut diimbangi penggunaan kacamata 3D oleh dokter, dengan layar khusus yang menampilkan tangkapan mikroskop digital. Resolusi tinggi mikroskop digital tersebut mampu menangkap pencitraan dari mata pasien dengan lebih nyata dan detail, dalam format tiga dimensi hingga ke jaringan kecil mata. Selain itu, teknologi tersebut hanya membutuhkan intensitas cahaya kecil sehingga pasien yang dibius lokal enggak akan merasa silau.
Ketua Retina Service dan Dokter Spesialis Mata Subspesialis Vitreoretina JEC, Dr. Elvioza SpM(K), menegaskan betapa teknologi ini jauh memudahkan tugas dokter. Selain mampu memangkas setengah waktu operasi yang biasanya memakan durasi tiga jam, tampilan tiga dimensi yang dihasilkan mikroskop digital membantu dokter mengurangi trauma pascaoperasi pada pasien.
“Bagi para dokter, mikroskop digital ini juga membuat lebih nyaman, efektif dan efisien. Dengan tampilan tiga dimensi, dokter dapat menjangkau dengan mudah bagian yang sulit terlihat dan meminimalkan trauma pascaoperasi pada pasien,” terang Dr. Elvioza.
ADVERTISEMENTS
JEC juga membuka Ophthalmic Trauma Service untuk mengurangi kasus kebutaan karena trauma mata yang jumlahnya meningkat setiap tahun
Untuk menunjang dan mengoptimalkan penerapan teknologi semi-robotic surgery ini, JEC juga membuka Ophthalmic Trauma Service. Layanan ini dihadirkan karena beberapa kasus kebutaan kerap timbul karena adanya trauma pada mata, dan jumlahnya terus meningkat setiap tahun. Melalui Ophthalmic Trauma Service, JEC menyediakan layanan komprehensif dengan membuat tata laksana penanganan trauma mata yang menyeluruh sesuai dengan kondisi pasien, dengan dukungan tenaga medis dari berbagai subspesialis.
Ketua Ophthalmic Trauma Service JEC, Dr. Yunia Irawati, SpM(K), mengatakan trauma pada mata bisa mengakibatkan penurunan tajam penglihatan sehingga dapat mempengaruhi kualitas dan produktivitas pasien. Ia menjelaskan, kehadiran Ophthalmic Trauma Service bisa jadi sarana yang sinergis bagi tim medis, pasien, dan keluarga pasien, karena kunci sukses keberhasilan penanganan trauma mata adalah terjalinnya kerja sama.