India, dikenal sebagai negara yang kaya akan budayanya. Nggak sulit untuk menemukan monumen atau bangunan-bangunan bersejarah di negara beribu kota New Delhi itu. Salah satu bangunan yang jadi ikon negara India dan sering jadi tujuan wisatawan asing saat berlibur ke sana adalah Taj Mahal. Mestinya kita udah nggak asing lagi sih sama bangunan besar berkubah putih satu itu, soalnya memang udah sejak SD kita diperkenalkan dengan Taj Mahal lewat materi yang tertulis di buku-buku sejarah.
Tapi, selain dikenal karena budayanya, sayangnya, India juga lekat dengan predikat negara paling kotor, kumuh, dan penuh polusi. Ya, tiap negara pasti punya daerah atau titik kotornya masing-masing sih. Di Indonesia pun juga begitu. Cuma di India ini memang banyak spot atau tempat kotor tadi. Salah satunya kayak pedagang-pedagang kaki lima yang menjual jajanan khas India. Mereka membuka lapaknya di gerobak terbuka yang “diparkir” di pinggir jalan penuh polusi.
ADVERTISEMENTS
Meskipun nggak semua, tapi memang banyak penjual makanan di India yang kurang peduli soal kebersihan. Mereka woles aja ngaduk-ngaduk makanan pakai tangan, terus nerima duit pakai tangan yang sama, dan balik ngaduk lagi
Suka atau tidak, menurut survei, orang India tuh memang pada dasarnya kurang peduli sama kebersihan. Public Health Association, mencatat kalau hanya ada 53% orang India yang cuci tangan setelah BAB, 38% cuci tangan sebelum makan, dan 30% sebelum menyiapkan makanan. Ya kalau melihat data penelitian itu sih, nggak kaget juga kalau banyak pedagang makanan yang mengaduk makanannya pakai tangan kosong. Mereka juga nggak cuci tangan dulu setiap habis terima uang dari pembeli, masih bisa dengan santainya kembali menyiapkan makanan untuk konsumen selanjutnya.
ADVERTISEMENTS
Pertanyaan kita mungkin sama, emangnya higienis ya? Kok yang makan nggak keracunan atau jadi sakit perut sih?
Hmm.. kalau cuma melihat dari proses pembuatannya atau dari lingkungan yang mengelilingi, mungkin street food di India kelihatan nggak higienis gitu. Tapi soal yang makan jadi sakit perut atau nggak, itu sebenarnya masih jadi pertanyaan besar. Mungkin ada yang jadi sakit perut, tapi mungkin jumlahnya nggak banyak. Buktinya masih banyak lo yang pada datang dan beli di sana. Apakah orang-orang India lebih kuat pencernaannya karena memang setiap hari sejak kecil terbiasa makan makanan yang kurang higienis? Entahlah…
ADVERTISEMENTS
Yang jelas, Institute of Hotel Management, Catering and Nutrition, Pusa, India pernah bikin penelitian dengan mengambil sampel beberapa makanan yang dijual di pinggir jalan Delhi. Hasilnya, banyak yang mengandung bakteri berbahaya
Institusi perhotelan itu mengambil sampel makanan samosa, golgappa, burger, dan momos dari 5 pedagang berbeda di Delhi Barat. Para pedagang itu dipilih dari yang paling laris manis lapaknya. Hasilnya, banyak sampel makanan yang ternyata mengandung bakteri jahat penyebab penyakit, mulai dari bakteri penyebab diare, Staphylococcus aureus, sampai salmonella! Bahkan makanan yang dibeli di kawasan yang agak bersih aja, bakteri berbahaya masih bisa ditemukan.
Kalau kata peneliti yang terlibat, kemungkinan ya karena makanan itu dimasak pakai air yang kurang bersih, airnya udah terinfeksi bakteri gitu. Duh 🙁
ADVERTISEMENTS
Eh, tapi tunggu dulu, soalnya ada nih yang bikin eksperimen serupa, dan ternyata hasilnya sampel makanan yang udah diteliti di lab dinyatakan layak makan!
Dilakukan terpisah dengan penelitian di atas, ada juga orang yang penasaran sama higienitas makanan pinggir jalan di India. Kali ini penelitiannya tertulis di media The Guardian. Makanan yang jadi sampel dibeli dari pedagang kaki lima di Mumbai. Beda kota ya sama yang penelitian di atas. Buat gambaran, tempat jualan si pedagang itu ada di pinggir jalan penuh polusi dan debu, dekat juga sama stasiun kereta, belum lagi bus-bus dengan asap tebal nggak berhenti berlalu-lalang. Di depannya juga ada toilet umum. Komplit sudah.
Dan tahu nggak hasil lab dari makanan itu gimana? Kata penelitinya, makanan yang dibeli dari pedagang di atas masih dalam kategori layak makan. Katanya sih, mungkin dipengaruhi juga sama makanan yang dimasak sampai matang. Soalnya kan ada makanan India yang pakai sayur atau bahan mentah, bikin makin meningkatkan risiko makanan tersebut terkontaminasi bakteri berbahaya.
Ya, terlepas dari gimana proses pembuatan jajanan kaki lima di India, kita sebagai masyarakat Indonesia nggak bisa menghakimi begitu aja sih. Soalnya, bisa aja itu udah jadi semacam kultur di sana. Orang udah terbiasa dan menganggap pemandangan itu sebagai pemandangan umum. Ini bisa jadi alasan kenapa lapak jajajan kaki lima di sana masih ramai pengunjung. Kita merasa jijik karena memang nggak terbiasa aja lihat yang begitu. Hehehe~