Di balik potensi besarnya, sektor perikanan Indonesia masih punya persoalan yang perlu diselesaikan segera. Susut ikan pascapanen atau kehilangan jumlah ikan setelah masa panen adalah salah satunya. Diketahui, kondisi ini sering kali menghambat pasokan pangan dalam negeri.
Berangkat dari masalah ini, pemerintah Indonesia melalui kolaborasi bersama Kementerian Kesehatan serta Kementerian Kelautan dan Perikanan menciptakan inovasi yang yang dikenal dengan susut pangan perikanan atau Indonesia Postharvest Loss Alliance for Nutrition (I-PLAN).
Kabar baiknya, inovasi yang bertujuan meningkatkan pasokan pangan dalam negeri dengan mengurangi kehilangan ikan pascapanen ini berhasil menyabet Best Practices Award dalam Sustaining Urban Food System dari Penghargaan Internasional Dubai Awards yang ke-12.
ADVERTISEMENTS
Best Practices Award diberikan kepada praktik terbaik dunia yang menunjukkan kontribusi berharga bagi pembangunan perkotaan berkelanjutan
Dubai Awards untuk Best Practices sejatinya pertama kali didirikan pada 1995, di bawah arahan mendiang Sheikh Maktoum bin Rashid Al Maktoum. Saat ini, penghargaan tersebut diberikan kepada praktik terbaik dunia yang menunjukkan kontribusi berharga bagi pembangunan perkotaan yang berkelanjutan, sebagai hasil dari kemitraan efektif antara publik, pihak swasta, dan sipil.
Nah, pada Dubai Awards ke-12 yang digelar beberapa waktu lalu, Indonesia berhasil memenangkan Best Practices Award dalam Sustaining Urban Food Systems, berkat inovasi I-PLAN yang dibentuk oleh Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) dengan dukungan Kementerian Luar Negeri Kerajaan Belanda di bawah kerjasama dengan Kemenkes RI dan KKP RI.
ADVERTISEMENTS
I-PLAN dan tujuan besar meningkatkan pasokan pangan bergizi
Seperti telah disinggung di awal, proyek I-PLAN yang diinisiasi dua kementerian ini mempunyai tujuan untuk meningkat pasokan pangan, terutama ikan, agar tidak mengalami susut pascapanen, melalui dua jenis kegiatan utama.
Kegiatan pertama adalah membangun platform untuk kolaborasi antara pelaku rantai pasokan ikan dan meningkatkan efisiensi serta produktivitas anggotanya melalui pelatihan, pencocokan bisnis dan pendanaan benih. Kedua adalah menyikapi tantangan inovasi untuk bisnis lokal pada teknologi rantai dingin dan inovasi pangan berbasis ikan
Perlu diketahui sejak berakhirnya hibah GAIN, aliansi I-PLAN berganti nama menjadi Jejaring Pasca Panen untuk Gizi Indonesia atau disingkat JP2GI. Proyek ini berjalan secara independen dan memiliki lebih dari 600 anggota di seluruh Indonesia.
Terhitung hingga saat ini terdapat sekitar 200 anggota yang menerapkan teknologi dan praktik kehilangan pascapanen. Teknologi ini berdampak lebih baik untuk bisnis yang mereka jalani. Diketahui lebih dari 20.000 produk teknologi rantai dingin dijual dan telah digunakan oleh 400 nelayan.
ADVERTISEMENTS
Capain penting I-PLAN hingga menjadi inovasi yang dianugerahi penghargaan dari Dubai Awards ke-12
Kepala Program GAIN Indonesia yang menjadi inisiator dan pendamping I-PLAN Aang Sutrisna mengatakan inovasi tersebut tidak hanya meningkatkan pasokan dan produk ikan untuk masyarakat, tetapi juga telah memfasilitasi dialog dan kolaborasi antar pelaku rantai pasok ikan.
“Inisiatif ini (juga) telah memfasilitasi dialog serta kolaborasi antara pelaku rantai pasok ikan dan pemerintah untuk mengidentifikasi kemacetan dan sumber inovasi lokal yang berkelanjutan demi mengurangi kehilangan 25-35 persen ikan sebelum dipasarkan,” kata Aang dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (6/4).
Semenjak dibentuk, I-PLAN telah meraih sejumlah pencapian penting, seperti menambah peluang baru untuk pengembangan bisnis, produktivitas, dan pendapatan dengan lebih dari 20.000 produk teknologi rantai dingin dijual.
Selain itu I-PLAN juga telah melakukan pengurangan penggunaan energi dan material melalui inovasi dan teknologi rantai dingin yang terjangkau di sektor perikanan, termasuk penggunaan freezer hingga 15 jam/hari dan pengurangan kantong plastik untuk penyimpanan
Nggak hanya itu, I-PLAN juga turut meningkatkan akses terhadap produk pangan berbasis ikan dan ikan dengan harga terjangkau untuk mengurangi risiko gizi buruk. Hingga saat ini lebih dari 56.000 produk makanan berbahan dasar ikan telah dijual di pasar lokal.
Dengan hadirnya inovasi I-PLAN, harapannya akses makanan sehat dan bergizi secara berkelanjutan bisa merata. Selama ini di Indonesia, pendapatan tidak terdistribusi secara merata mengakibatkan hanya konsumen berpenghasilan tinggi yang mampu mengakses makanan sehat dan bergizi. Alhasil, masih banyak orang terutama di kalangan remaja putri, ibu hamil, dan anak di bawah lima tahun yang mengalami beragam penyakit seperti malnutrisi, anemia, stunting, dan defisiensi mikronutrien.
Semoga I-PLAN semakin berdampak positif untuk pasokan pangan ikan kita, ya.