Kepanikan kembali terjadi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada hari Minggu, 5 Agustus 2018 pukul 19.46 WITA. Gempa dengan kekuatan yang cukup besar, yaitu mencapai 7 Skala Richter (SR) menggoncang daerah tersebut. Nggak hanya di sekitar Lombok aja, ternyata guncangan akibat gempa itu juga dirasakan kuat hingga Pulau Dewata, Bali. Berdasarkan kabar terakhir sampai artikel ini ditulis, dilansir dari Kompas, gempa ini menyebabkan 91 orang tewas dan 209 korban luka-luka.
Yang mengejutkan, Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui kepalanya yaitu Dwikorita menjelaskan bahwa itu adalah gempa utama atau mainshock dari gempa yang minggu lalu juga terjadi di Lombok, NTB dengan kekuatan 6,2 SR.
“Mengingat pusat gempanya sama dengan gempa bumi yang terjadi tanggal 29 Juli 2018 lalu maka BMKG menyatakan gempa bumi ini merupakan gempa bumi utama, atau mainshock dari rangkaian gempa bumi yang terjadi sebelumnya” ujar Dwikorita
Jadi ternyata gempa berkekuatan 6,2 SR yang minggu lalu dikira sebagai gempa utama itu, merupakan gempa foreshock atau gempa awal yang mendahului gempa yang lebih besar semalam. Hingga saat ini pun, gempa aftershock atau susulan masih terus terjadi di Lombok. Terus kalau begitu, apa sih yang sebenarnya dimaksud dengan foreshock, mainshock, atau aftershock? Bagaimana juga cara membedakannya? Sebagai orang yang tinggal di daerah rawan gempa bumi, ada baiknya kita tahu informasi seputar tipe-tipe guncangan dalam gempa bumi ini. Yuk baca ulasan Hipwee News & Feature ini sampai habis!
ADVERTISEMENTS
Foreshock. Ini adalah gempa yang terjadi sebelum gempa utama atau mainshock terjadi dan biasanya lokasinya sama dengan gempa utama tetapi kekuatannya lebih kecil
Gempa foreshock biasanya mendahului gempa utama sebelum terjadi. Ibaratnya, sebelum sebuah lempengan akan patah dan bergeser, pasti ada gerakan-gerakan kecil yang terjadi mendahuluinya hingga nantinya lempengan tersebut benar-benar bergeser. Nah, gerakan-gerakan kecil itulah yang disebut dengan foreshock. Kekuatannya pun tidak sebesar gempa utama. Lokasinya biasanya sama dengan gempa utama.
ADVERTISEMENTS
Mainshock. Gempa utama atau mainshock terjadi dengan kekuatan paling besar diantara gempa yang lain dan terjadi karena pergeseran utama lempeng bumi
Setelah gempa foreshock terjadi, maka gempa utama akan menyusul. Saat mainshock terjadi, sebenarnya lempengan benar-benar sudah patah dan bergeser. Kekuatannya memang paling besar dan menyebabkan kerusakan paling parah dan terjadi hanya sekali, pada suatu titik yang sama dengan foreshock.
ADVERTISEMENTS
Aftershock. Biasanya, kita mengenal aftershock sebagai gempa susulan yaitu gempa kecil yang terjadi setelah mainshock terjadi dengan kekuatan yang lebih kecil
Ketika gempa utama selesai, masih ada nih gempa-gempa kecil yang terjadi, itulah yang dinamakan dengan aftershock. Seperti ketika bermain puzzle, saat lempengan patah, lempengan akan berusaha mencari posisi paling pas dan stabil dan terjadilah gempa kecil bernama aftershock. Masalahnya, aftershock bisa terjadi berkali-kali dalam waktu yang lama tetapi akan berkurang seiring berjalannya waktu.
ADVERTISEMENTS
Nah, ketiga hal itu sifatnya relatif tergantung rangkaian gempa yang terjadi di daerah tersebut. Gempa bisa disebut sebagai foreshock kalau mainshock sudah terjadi. Bahkan, gempa aftershock ini nggak bisa diprediksi lho kapan berhentinya
Sayangnya, ketiga gempa itu nggak bisa diprediksi karena sifatnya yang relatif terhadap gempa-gempa yang terjadi di daerah tersebut. Ketika ada gempa yang besar, bukan berarti itu adalah gempa utama, bisa jadi akan ada gempa yang lebih besar lagi. Jadi, suatu gempa nggak bisa disebut sebagai foreshock kalau gempa utama belum terjadi. Gempa susulan juga nggak bisa diprediksi kapan berhentinya. Semakin dalam lokasi gempa, semakin banyak juga aftershock terjadi.
Foreshock memang fungsinya bukan untuk memprediksi adanya mainshock, tetapi lebih untuk memberikan peringatan untuk lebih waspada. Bagaimanapun, bencana alam nggak bisa diduga kedatangannya, yang bisa dilakukan hanya selalu waspada dan tahu bagaimana mengatasinya ketika sudah terjadi. Dari mempersiapkan tas siaga bencana seperti ini, hingga selalu ingat untuk mempraktikkan langkah-langkah pengamanan penting ketika gempa terjadi seperti ‘jongkok, berlindung, dan bertahan‘.