Di negara tropis semacam Indonesia, keringatan itu kayaknya harus diterima jadi semacam kodrat. Apalagi buat kamu yang sering beraktivitas di luar ruangan, cucuran keringat pastinya jadi bagian tak terlepaskan dari hari-harimu. Rambut yang sudah ditata rapi tiap paginya, bakal langsung lepek. Parfum atau deodoran mahal pun kadang-kadang cuma tahan setengah hari karena tersamarkan bau keringat. Belum lagi persoalan baju~
Meskipun bisa langsung dicuci, noda keringat di bagian ketiak itu sering membandel dan tetap membekas kekuningan. Apalagi kalau pakai baju putih bersih, tapi begitu mengangkat tangan ada pulau kuning membentang. Iyuhh… ‘burket’. Padahal keringat kita ‘kan nggak berwarna, tapi kenapa sih kerah baju dan bagian ketiak jadi berubah kekuningan? Lagi-lagi ihwal sains yang dapat memahami dan menjawab fenomena ini. Yuk cari tahu bareng Hipwee News & Feature!
ADVERTISEMENTS
Keringat manusia sendiri hakikatnya tidak berwarna dan tidak berbau. Tapi setelah puber, keringatmu akan semakin sensitif sama bakteri dan bau
Manusia punya dua kelenjar keringat yaitu eccrine dan aprocine. Fungsi utama eccrine adalah untuk mengatur suhu tubuh, jadi kalau tubuhmu kepanasan dan ‘menguap’, ya kelenjar inilah yang akan mengeluarkan cairan keringat. Berbeda dengan konsistensi keringat eccrine yang cair, keringat yang diproduksi aprocine lebih kental karena mengandung lemak dan protein. Kelenjar aprocine yang ada di bagian tubuh yang berfolikel rambut alias berbulu, baru akan aktif menjelang usia puber.
Nah keringat berlemak dan berprotein dari kelenjar aprocine inilah yang jika bertemu dengan bakteri akan menimbulkan bau tidak sedap. Kelenjar ini juga tidak hanya bereaksi pada cuaca panas, tapi juga akan semakin aktif jika kamu nervous atau sedang emosi.
ADVERTISEMENTS
Meskipun bau, keringat puber ini sebenarnya tidak menyebabkan noda dengan sendirinya. Justru baru setelah ‘bertemu’ deodoran, cucuran keringatmu berubah jadi kuning
Keringat ‘puber’ yang bikin anak-anak remaja dan orang dewasa jadi kurang percaya diri inilah yang mengilhami para pakar menciptakan deodoran. Nah pada umumnya deodoran ini mengandung alumunium chloride yang berfungsi menahan kelenjar aprocine untuk memproduksi keringat secara berlebihan. Tapi ternyata alumunium yang bercampur dengan keringat tersebut, akan bereaksi jika bertemu dengan permukaan kain baju. Reaksi itulah yang mengubah noda keringatmu jadi kekuningan.
Wah susah juga ya kalau produk yang membuat keringatmu tidak bau, justru menyebabkan noda ketiak yang seringkali bikin malu. Jadi kayak disuruh pilih, mending bau atau punya noda ketiak?
ADVERTISEMENTS
Tapi tenang guys, ini masalah semua orang kok. Buat meminimalisir, kamu bisa cari deodoran tanpa alumunium atau menunggu sampai ketiakmu benar-benar kering setelah memakai deodoran
Nah biar noda nggak menguning, pastikan ketiak yang sudah diolesi atau disemprot deodoran benar-benar kering sebelum memakai baju. Kalaupun akhirnya basah terkena noda keringat, baju itu memang harus langsung dicuci. Kalau ditunda sehari atau dua hari, kemungkinan besar noda kekuningan itu bakal sudah melekat.
Menurut Business Insider, solusi lain adalah menggunakan deodoran yang tidak mengandung alumunium chloride. Ya mungkin memang tidak begitu efektif mencegah bau, tetapi deodoran tanpa alumunium tidak akan membuat bajumu kuning-kuning di area ketiak. Meski persoalan noda ketiak memang menyebalkan, tapi ini sebenarnya masalah semua orang kok guys. Jadi ya nggak usah malu-malu banget kalau kelihatan dengan noda ketiak.
Cuma ada satu misteri sih soal dilema keringat dan deodoran ini guys. Ada satu negara yang terkenal tidak memiliki kultur memakai deodoran, Korea Selatan! Kalaupun kamu bisa menemukan deodoran di Korea Selatan, harganya pasti mahal dan cuma dijual untuk orang-orang asing yang tinggal di sana. Rumornya sih, orang-orang Korea itu tidak membutuhkan deodoran karena badan mereka nggak bau-bau banget.
Wah emang benar gitu ya? Tunggu deh ulasan Hipwee News & Feature selanjutnya guys. Bakal kita kupas habis misteri yang satu ini!