“Sah!”
Beda dengan ‘sah’ membahagiakan yang biasa terdengar di pelaminan atau pas sidang skripsi, sah-nya Indonesia yang baru saja resesi jelas bukan kabar baik. Dilansir dari laman Tempo, Badan Pusat Statistik (BPS) pada Kamis (5/11) kemarin, mengumumkan bahwa perekonomian Indonesia resmi masuk zona resesi setelah pertumbuhannya tercatat minus dua kuartal* berturut-turut. Kuartal itu tuh artinya periode 3 bulan dalam konteks perkembangan ekonomi Guys. Jadi setahun ada 4 kuartal, nah pertumbuhan Indonesia kemarin minus di kuartal II (Q2) dan kuartal III (Q3).
Bagi masyarakat awam kayak kita yang mungkin cuma paham tipis-tipis soal ekonomi, kabar Indonesia resmi masuk resesi pastinya bikin auto panik. Apalagi Indonesia terakhir kali resesi 22 tahun lalu pada tahun 1998, periode yang masih bikin banyak orang mimpi buruk hingga sekarang. Tapi perlu diketahui nih Guys, kabar buruk tentang resesi 2020 ini sebenarnya tidak terlalu mengejutkan jika mengingat kondisi dunia di tengah pandemi. Para ahli dan pakar ekonomi juga mengimbau masyarakat untuk tidak panik dan menjelaskan kenapa kita harus tetap optimis.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Karena pertumbuhan ekonomi minus dua kuartal berturut-turut, Indonesia memang masuk zona resesi secara definisi. Ada tanda pemulihan dari Q2 ke Q3, semoga Q4 bisa lebih baik lagi (meski kemungkinan besar masih minus)
Buat yang belum paham definisi resesi dan dampaknya, mungkin bisa baca artikel Hipwee yang satu ini dulu. Dampak resesi memang bisa mengerikan, terlebih jika resesi itu jadi ‘jurang’ dan berlangsung dalam waktu yang lama. Namun, resminya Indonesia masuk zona resesi per 5 November 2020 kemarin sebenarnya sudah cukup lama diprediksi dalam situasi dunia seperti sekarang. Setelah minus 5,32% pada Q2 (April-Juli) 2020, perekonomian Indonesia kembali minus sebesar 3,49% pada Q3 (Juli-September).
Ekonom Piter Abdullah dari Center of Reform on Economics (CORE), dikutip dari laporan Kompas, melihat hal tersebut sebagai hal yang positif karena terlihat adanya pemulihan dari Q2 ke Q3. Sampai akhir tahun 2020 atau Q4, laju perekonomian diperkirakan masih akan tercatat minus meskipun mengecil. Namun ke depannya, masih menurut Piter, percepatan pemulihan ekonomi akan sangat tergantung dengan kemampuan Indonesia menangani pandemi.
Masih dilansir dari Kompas, Piter mengimbau masyarakat untuk tidak menyikapi resesi ini dengan panik. Di samping ada pemulihan, kondisi ini sebenarnya tidak hanya dialami Indonesia saja tapi juga kebanyakan negara-negara lain. Yang lebih penting adalah untuk semua pihak menyusun strategi dan inovasi untuk bisa bertahan di tengah pandemi ini.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Kita harus bersama-sama berusaha melangkah keluar dari zona resesi ini. Semua harus punya tabungan darurat, mereka yang punya modal bisa ciptakan lowongan kerja baru, dan mereka yang bisa tetap jajan… keep jajan ya!
Dari virus, pandemi, sampai resesi, tahun 2020 ini memang sangat melelahkan. Hanya tinggal dua bulan menjelang tahun 2021, perjuangan itu tampaknya juga belum akan berakhir. Meskipun begitu, kita harus tetap bisa bersyukur bisa bertahan sejauh ini dan dengan semangat yang sama kita pun harus bisa melangkah keluar dari zona resesi. Tiap orang pasti bisa melakukan yang terbaik dalam kapasitasnya masing-masing.
Semua orang memang seharusnya memiliki dana darurat di saat-saat seperti ini. Semakin tingginya tingkat PHK akan makin banyak orang membutuhkan lapangan pekerjaan. Bagi yang punya modal dan memang sudah niat bikin usaha, ini mungkin adalah momen yang baik untuk memulai. Hipwee juga punya lo support group dan komunitas bagi mereka yang ingin mulai berwirausaha lewat #KitaMulaiBersama. Bahkan bagi anak-anak sekolah atau kuliah yang mungkin cuma bisa jajan, terus jajan aja. Semua itu akan membuat roda perekonomian kita terus berputar, meskipun sedikit demi sedikit.