Isu Perang Dunia III sempat mencuat ke publik setelah panglima tinggi Iran dibunuh Donald Trump dalam serangan udara di Irak. Sejak itu, konflik Iran-AS dan berbagai episode kelanjutannya memenuhi berbagai lini masa. Sebenarnya, nggak hanya dua negara itu saja yang berseteru di awal tahun 2020 ini. Negara kita sendiri Indonesia, juga sedang berseteru dengan Cina perkara kepemilikan Laut Natuna, yang sebetulnya polemik yang sama sudah pernah terjadi 2016 lalu.
Empat tahun lalu, pemerintah kita dan Cina memang mengambil keputusan yang bisa dibilang lumayan ngambang sih. Keduanya sepakat buat meredam pertikaian dan menahan diri buat nggak saling serang menyikap hal-hal yang berhubungan sama perikanan. Mungkin karena kurang tegas, jadinya Desember kemarin terjadi lagi insiden masuknya kapal-kapal Cina dengan dikawal kapal coast guard secara ilegal di perairan Natuna. Memangnya ada apa sih di Laut Natuna? Kenapa Cina ngotot banget cari ikan di sana?? Oh ya, Cina juga nggak merasa tindakannya salah lo, klaimnya karena Laut Natuna masih masuk wilayah penangkapan ikan tradisional mereka. Hadeh…
ADVERTISEMENTS
1. Laut Natuna termasuk kawasan yang kaya dengan potensi sumber daya alam, terutama di bidang perikanan. Dulu sih Menteri Susi sempat pengin bawa masalah ini ke Pengadilan Hukum Laut Internasional
Laut Natuna terletak di Provinsi Kepulauan Riau, terbentang dari Kepulauan Natuna hingga Kepulauan Lingga. Wilayah perairan ini disebut sangat kaya akan sumber daya alam, seperti ikan. Tahun 2011 lalu, potensi ikan laut Natuna mencapai 500 ribu lebih ton per tahun. Banyak banget jenis ikan atau hasil laut yang tersebar di Laut Natuna, mulai dari ikan pelagis kecil, ikan Demersal, Ikan Karang, Udang Penaeid, lobster, kepiting, rajingan, hingga cumi-cumi. Wih, pantas aja Cina hobi banget nangkapin ikan-ikan di perairan ini.
ADVERTISEMENTS
2. Tak hanya menyimpan potensi hasil laut yang berton-ton banyaknya, dasar Laut Natuna juga kaya akan kandungan minyak dan gas. Indonesia nih kaya banget lo sebenarnya!
Sesuai aturan yang berlaku, negara yang memiliki hak atas wilayah teritori berhak memanfaatkan sumber daya alam sampai ke dasar laut, terutama bila di dalamnya terkandung migas. Kalau menurut catatan Kementerian ESDM, Blok East Natuna menyimpan volume gas 222 triliun kaki kubik (tcf). Sedangkan untuk kandungan minyaknya di blok yang sama mencapai 36 juta barel, dan yang dimanfaatkan baru sekitar 25 ribu barel.
ADVERTISEMENTS
3. Potensi lain yang nggak bisa diabaikan adalah lokasi Laut Natuna yang dianggap jadi jalur perdagangan strategis
Posisi laut Natuna dipandang sebagai jalur perdagangan strategis yang menurut perkiraan jadi rute utama bagi sepertiga pelayaran dunia. Berdasarkan pemantauan teknologi penginderaan jarak jauh, ada sekitar 1.000 kapal yang lalu lalang per harinya. Meski hak teritorinya dipegang Indonesia, tapi kapal dari negara manapun tetap boleh lewat sana. Namun tetap harus dipastikan kalau kapal yang lewat nggak mengeruk sumber daya alam yang terkandung di wilayah Natuna.
ADVERTISEMENTS
4. Selain hasil laut dan migasnya, ternyata Laut Natuna juga tercatat memiliki kekayaan situs sejarah lo. Wah, rawan dicuri nih soalnya pasti mahal banget
Siapa sangka kalau ternyata Laut Natuna juga tercatat memiliki kekayaan situs sejarah! Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, mencatat kalau Natuna punya situs karang antik. Di dasar lautnya juga ada banyak peninggalan keramik utuh yang bisa diambil bahkan diperjualbelikan. Ada yang merupakan peninggalan Dinasti Song (960-1279 Masehi), atau masa Dinasti Qing abad ke-17. Sebagian besar keramik memang barang perdagangan atau impor dari luar nusantara di masa silam, tapi kan lokasinya ada di teritori Indonesia~
Saat ini pemerintah masih menggodok rencana-rencana untuk mempertahankan Laut Natuna dan mendorong Cina agar nggak bandel lagi masuk-masuk tanpa izin. Yang jelas, Indonesia menyatakan kalau pihaknya nggak akan pernah mengakui klaim sepihak yang selama ini dilakukan Cina, soalnya memang klaimnya nggak ada dasar hukumnya…