Seingatku, hari itu adalah pertengahan tahun menjelang akhir semester kuliah. Aku menghabiskan separuh malam dengan tangisan gara-gara… sebuah iklan. Aku tidak sedang mengatakan sesuatu secara berlebihan, tapi iklan Thailand berjudul Unsung Hero dengan alur yang sederhana dan kehangatan ceritanya dapat menyentuh hati kecilku sampai merasa sangat terharu.
Itu lo, video yang menampilkan keseharian seorang laki-laki melakukan kebaikan setiap hari seperti berbagi makanan dengan anjing, diam-diam menaruh pisang di depan rumah seorang nenek yang tinggal sendirian, dan menyisihkan uang untuk anak dan ibu di jalanan. Hatimu pasti akan meleleh saat tahu semua kebaikan kecil dan nyaris dianggap remeh itu bisa menyelamatkan masa depan si anak jalanan.
Sampai detik ini, aku tetap menangis tersedu saat menonton ulang, bahkan meski sudah tahu bahwa itu sekadar iklan layanan asuransi. Terkadang, kan, kita jengkel saat melihat sesuatu yang menarik, tapi ujung-ujungnya cuma iklan. Semacam ada pemikiran, “Ah, ternyata promosi.” Nah, video berdurasi 3 menit 5 detik ini sangat cerdik membingkai iklan dan mulus sekali menyampaikan pesan.
Keajaiban iklan Thailand memang sering dibicarakan nih, SoHip. Bahkan, iklan bra atau sampo bisa dikemas apik dan nggak terduga sampai kamu tak berpikir sama sekali bahwa itu iklan.
Apa, sih, yang bikin iklan Thailand bisa membuat banyak orang terpingkal-pingkal atau menangis sampai sembab?
Demi menjawab rasa penasaran, Hipwee Premium berusaha menguak isi ‘dapur’ industri iklan Thailand yang konon katanya dipengaruhi sejarah kebebasan berekspresi di negara itu juga nih. Kok bisa, ya? Simak ulasannya, yuk, SoHip!
ADVERTISEMENTS
Dihimpit kebijakan yang membatasi kebebasan berekspresi, para pelaku industri iklan Thailand justru nggak kehabisan akal
Kebijakan demi kebijakan berganti, tapi kebebasan berekspresi masih diganjal di sana dan di sini yang membuat orang-orang di industri kreatif Thailand cukup kelimpungan. Tahun 1997, kebebasan berekspresi dijamin secara konstitusi. Ketika para jurnalis masih berjuang menghadapi beragam sensor, industri iklan mulai menemukan ritmenya sendiri dalam menghasilkan karya, SoHip.
Namun, masa itu nggak berlangsung lama. Mengutip The Culture Trip, tepatnya tahun 2001, kebebasan berekspresi kembali dibatasi dan anggaran iklan disunat bila kontennya nggak mendukung pemerintah. Kudeta militer tahun 2014 juga nggak membawa angin segar, kebebasan berekspresi masih ditekan.
Di tengah kebijakan yang menghimpit tersebut, pelaku industri iklan Thailand enggan mengalah pada keadaan. Mereka justru memutar otak agar periklanan jalan. Mereka menggunakan pendekatan yang brilian untuk menggaet atensi konsumen, tapi nggak menyalahi kebijakan. Caranya nih, mengemas iklan dengan minim kontroversi meski kadang isunya cukup sensitif, kemudian menarik konsumen dengan kekuatan humor dan drama. Pantas aja iklan Thailand terkenal dengan predikat tear jerker alias bikin nangis sesenggukan ataupun bikin tertawa sampai perut kram.
ADVERTISEMENTS
Bukan sekadar menjual produk, iklan Thailand adalah seni untuk tetap terhubung dengan kehidupan banyak orang
Meski pembatasan ekspresi pelan-pelan dicabut, sensor masih membelenggu ruang kreatif para pelaku di balik industri iklan Thailand. Kendati demikian, mereka sudah punya trik untuk mengakalinya, yakni dengan mengandalkan topik-topik budaya yang ngomongin tentang keluarga sampai hubungan antar sesama.
Selain itu, iklan Thailand bukan tayangan ‘kosong’ yang artinya bukan tanpa makna. Setiap kali menonton iklan Thailand, nggak susah menemukan makna atau pesan di baliknya. Bahkan, bisa jadi sepanjang tayangan malah berisi makna-makna kehidupan. Jualan produknya cuma hiasan, paling mentok dimunculkan beberapa detik di akhir video. Ada juga yang paling ekstrem, iklan Thailand nggak memunculkan sama sekali produk yang dipromosikan.
ADVERTISEMENTS
Kamu sedang membaca konten eksklusif
Dapatkan free access untuk pengguna baru!