Setiap manusia udah pasti butuh makan. Kenyang aja sebenarnya nggak cukup. Setiap harinya orang butuh asupan nutrisi yang bisa memenuhi kebutuhan energi hariannya, mulai dari karbohidrat, protein, lemak, sampai vitamin. Tapi mirisnya, nggak semua orang beruntung bisa rutin mengonsumsi berbagai kandungan bergizi tersebut. Karena keterbatasan ekonomi, bahkan nggak sedikit orang harus puas dengan hanya makan nasi putih, kalau ada rezeki lebih, ya kadang ditambah tempe/kerupuk.
Kesulitan mengakses makanan bergizi ini juga sering dialami para mahasiswa yang hidup jauh dari orangtua. Lucunya, seringkali masalah ini dianggap wajar karena udah jadi semacam part of struggling-nya anak-anak kos/perantau. Malah kalau mereka tiap hari makan enak, dibilangnya belum sah jadi anak kos. Padahal kewajaran ini diam-diam bisa membawa masalah gawat seperti turunnya IPK si mahasiswa itu di kelas lho! Kok bisa? Yuk, simak dulu ulasan spesial Hipwee News & Feature kali ini.
ADVERTISEMENTS
Selama ini anak kos selalu identik dengan hidup susah. Sayangnya, yang begini ini sering dianggap wajar bagi kebanyakan orang
“Ya, namanya juga anak kos…”
Kalimat di atas sering banget jadi excuse bagi mereka yang merantau atau orang-orang yang melihat betapa berat perjuangan hidup anak kos. Kayak seolah-olah itu udah jadi fase yang wajib dilalui siapapun yang lagi atau pernah ngekos. Nggak jarang bahkan, orang justru mencibir anak-anak kos yang hidupnya mewah, yang tiap hari makannya selalu di restoran, yang jarang masak sendiri, yang kiriman duit tiap bulan lancar, malah belum habis kadang udah dikirim lagi. Kata mereka, itu sih namanya bukan anak kos. Lah?
ADVERTISEMENTS
Jarang banget ada yang kepikiran gimana nasib mahasiswa perantau yang suka kelaparan dan kehabisan duit di akhir bulan. Soalnya semua ngira ya itu bagian dari kehidupan anak kos
Hampir semua orang pasti menganggap kalau anak kos yang kelaparan atau kehabisan uang itu jadi hal wajar yang nggak perlu terlalu dipusingkan. Toh, masa-masa itu justru akan jadi hal yang paling dikenang saat mereka udah sukses kelak. Jadi setiap lihat atau dengar cerita mahasiswa perantau yang cuma makan nasi sama garam di akhir bulan, orang-orang bakal ketawa. Kasihan mungkin iya, tapi jarang ada yang sampai kepikiran apakah makanan yang dia konsumsi itu nggak mengganggu aktivitasnya sehari-hari?
ADVERTISEMENTS
Padahal menurut keterangan salah satu mahasiswa perantau, “krisis” pangan itu sangat memengaruhi fokus dan konsentrasinya di kelas
Dilansir dari Vice, seorang mahasiswa perantau mengaku kalau belajar dalam kondisi lapar itu bisa membuatnya kehilangan fokus, yang kalau nggak ditanggulangi bisa memengaruhi IPK-nya juga. Dan berdasarkan sebuah penelitian, lebih dari setengah mahasiswa di universitas mengaku kalau mereka nggak mendapat cukup makan dan selalu mengkhawatirkannya (food insecurity). Bayangkan aja, cuma gara-gara kurang asupan gizi, bisa jadi suatu universitas kehilangan siswa-siswa berbakatnya. Kalau jumlahnya besar dan terjadi secara kontinu, bukan nggak mungkin peringkat universitas itu malah jadi turun.
ADVERTISEMENTS
Harusnya sih nggak cuma anak TK atau SD aja yang sering dapat susu atau bubur gratis setiap minggu, mahasiswa juga butuh lho guys~
Waktu TK/SD, sekolahmu pasti pernah didatangi segerombolan orang yang bagi-bagi minuman atau makanan gratis, kayak susu, roti, atau bubur kacang hijau.. Biasanya itu adalah bentuk kerjasama pihak sekolah dengan perusahaan makanan/minuman tersebut. Tujuannya untuk membantu tumbuh kembang siswa lebih baik lagi. Meskipun secara teori para mahasiswa ini udah lewat dari masa ‘golden age‘-nya, tapi bukan berarti mereka udah nggak butuh lagi yang namanya asupan bergizi.
Menyadari betapa banyak mahasiswa perantau yang masih sering kelaparan dan sehari-hari cuma makan mie instan, agaknya pihak kampus dan pemerintah mungkin perlu mempertimbangkan adanya program penyediaan sarapan/makan siang gratis di kampus. Nggak hanya itu, melihat masih rendahnya kesadaran perantau akan pentingnya menerapkan pola makan sehat, harusnya juga bisa menggerakkan pemerintah mengadakan sosialisasi tentang hal ini. Soalnya biar gimanapun, generasi sehat dan cerdas itu juga bisa dibentuk dari makanan yang dikonsumsi setiap hari~