Tak ada yang bisa mengalahkan perjuangan seorang ibu untuk anaknya. Rasa kasih sayang yang begitu dalam membuat ibu rela melakukan segalanya demi sang anak. Tak terkecuali ketika anaknya masih dalam kandungan. Belum benar-benar bertemu aja, perjuangan ibu sudah nggak main-main.
Kita boleh dibuat excited dengan kelahiran anak pertama Raisa dan Hamish. Tapi jangan lupa kalau diluar sana masih banyak ibu-ibu yang harus berjuang setengah mati untuk dapat melahirkan anaknya dengan layak. Seperti kisah ibu di NTT satu ini, ia rela menyeberang sungai yang arusnya deras demi bisa melahirkan di puskesmas terdekat. Seperti apa kisah selengkapnya? Mari simak ulasan Hipwee News & Feature berikut ini.
ADVERTISEMENTS
Di media sosial, beredar video seorang ibu hamil yang rela menyeberangi sungai untuk bisa melahirkan di puskesmas desa sebelah. Padahal arus sungainya cukup deras
Ibu bernama Yasinta Wea yang sedang hamil 9 bulan, rela menyeberangi sungai dengan arus deras demi bisa melahirkan di puskesmas. Kisah ini diabadikan lewat sebuah video amatir yang beredar luas di media sosial. Dikutip dari Liputan6, Yasinta adalah warga Desa Alorawae, Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo, NTT. Dengan dibantu petugas kesehatan dan warga, ia menyeberangi Sungai Lowo Sesa untuk bisa mencapai Puskesmas Boawae yang berjarak 20 kilometer dari desanya.
ADVERTISEMENTS
Sudah sejak lama warga di sana harus bertaruh nyawa setiap ada keperluan mendesak ke desa seberang. Kalau musim hujan, arus sungai malah bisa jauh lebih deras
Tidak tersedianya jembatan penyeberangan yang menghubungkan Desa Alorawe dan Desa Dhereisa, membuat warga Alorawe harus bertaruh nyawa menyeberang sungai untuk sampai ke pusat Kecamatan Boawae. Padahal saat musim hujan datang, arus sungai bisa jadi sangat deras. Nggak jarang warga sampai harus menunda keperluannya saat arus sungai lagi deras-derasnya, demi keselamatan.
ADVERTISEMENTS
Kini, warga berharap pemerintah daerah bisa membangun jembatan penghubung agar mobilitas warga di sana berjalan lancar, tak perlu lagi bertaruh nyawa setiap akan ke desa sebelah
Warga setempat meminta pemerintah daerah membangun jembatan penyeberangan di sana agar aktivitas mereka lebih lancar dan lebih mudah. Nggak perlu lagi sampai harus bertaruh nyawa setiap ada keperluan di desa seberang. Iya kalau keperluannya bisa ditunda, tapi kalau sudah mendesak seperti yang dialami Yasinta, terpaksa harus nekat, ‘kan?
Cerita ibu Yasinta Wea di atas pasti hanyalah 1 dari sekian banyak kisah serupa. Tak bisa dibayangkan betapa di luar sana masih banyak warga yang harus berjuang hanya untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Sebelum kisah Yasinta, ada juga kejadian serupa yang terjadi di Kecamatan Kedamaian, Gresik, Jawa Timur. Karena tidak ada jembatan penyeberangan, sejumlah orang terpaksa harus menghanyutkan keranda berisi jenazah di Kali Lamong yang arusnya cukup deras. Jenazah itu akan dimakamkan di desa seberang, karena makam di desanya sendiri tergenang banjir, dikutip dari Detik.