Hutan merupakan paru-paru dunia yang punya peran begitu besar untuk keberlangsungan planet kita ini. Jika tidak ada hutan, kita dan jutaan makhluk hidup lainnya akan kesulitan bernapas karena nggak ada lagi yang memasok oksigen. Walaupun jelas-jelas berperan penting, tapi banyak banget manusia yang masih tega merusak hutan, menebang pohon secara ilegal, atau melakukan perburuan liar. Kalau memang tujuannya untuk uang, memangnya uang bisa dipakai untuk membeli oksigen?? Kalau nggak ada oksigen, mau bernafas pakai apa?
Tahun 2019 lalu, tepat sebelum wabah virus corona melanda dunia, kita semua dibuat terpukul dengan peristiwa terbakarnya hutan Amazon. Hutan yang selama ini memasok 20 persen dari total oksigen di bumi, hanya tersisa sedikit. Yang lebih sedih, baru saja ada studi yang memaparkan kalau tahun lalu, setiap enam detiknya ada hutan seluas lapangan bola yang rusak. Pandemi ternyata juga nggak ngaruh-ngaruh banget menekan laju kerusakan hutan di dunia ini. Duh, kok bisa ya…
ADVERTISEMENTS
Hasil studi menyebutkan kalau tahun lalu ada hutan hujan seluas negara Swiss yang ditebang atau dibakar hanya untuk kepentingan komersil! Indonesia termasuk top 3 negara dengan hutan rusak paling luas lo!
Laporan tahunan Global Forest Watch menyatakan kalau ada hutan seluas negara Swiss yang rusak tahun lalu. Nggak usah dibayangin deh seberapanya, yang jelas luas banget. Hutan itu ditebang atau dibakar untuk kepentingan komersil dan membuka lahan peternakan. Brasil jadi negara dengan kerusakan hutan paling parah, disusul Kongo di peringkat dua, dan Indonesia di peringkat tiga! Ya, selamat untuk kita semua karena terbukti gagal menjaga dan melestarikan hutan 🙁
ADVERTISEMENTS
Hutan yang rusak kebanyakan ditebang dan dibakar. Padahal api yang ditimbulkan dari pembakaran hutan itu bisa bikin bumi makin panas!
Api dan asap yang timbul karena hutan-hutan yang dibakar akan mengeluarkan emisi karbon dan mencemari atmosfer. Ini membuat kondisi bumi makin panas. Sedangkan, butuh beberapa dekade atau bahkan berabad-abad lamanya untuk mengembalikan fungsi hutan yang rusak. Itupun kalau nggak ada lagi wilayah lain yang bertambah rusak ya, alias kerusakan hutan bisa dihentikan.
ADVERTISEMENTS
Pandemi saat ini juga nyatanya justru membuat keadaan jadi lebih buruk. Soalnya penjagaan hutan topis jadi melonggar seiring dengan kebijakan lockdown atau PSBB
Kalau kita berpikir langit jadi lebih biru ketika lockdown, atau polusi yang berkurang karena volume kendaraan juga berkurang, ternyata hal itu nggak berlaku bagi kerusakan hutan tropis. Pandemi justru membuat semuanya tampak lebih buruk. Ini karena penjagaan hutan tropis yang nggak maksimal, membuat orang jahat makin leluasa merusak hutan. Kata Frances Seymour, peneliti senior di WRI, ada laporan yang menyebutkan kalau pembalakan liar, penambangan, perburuan, dan kejahatan hutan lainnya dari seluruh dunia, meningkat!
Indonesia sendiri telah kehilangan 5 persen hutannya tahun lalu. Artinya, negara kita sudah mengalami penurunan selama 3 kali berturut-turut. Sedih nggak sih, apalagi bagi kita yang udah punya anak. Belasan atau puluhan tahun lagi, atau saat anak-anak sudah mulai dewawa, bisa jadi kondisi bumi lebih buruk dari sekarang. Kalau itu terjadi, kayak ada segelintir perasaan bersalah telah melahirkannya ke dunia. Tapi namanya takdir, pasti bisa berubah. Mari kita berdoa aja supaya ketakutan di atas atau prediksi-prediksi menyeramkan itu tidak akan terjadi.