Beberapa minggu belakangan, hujan sudah mulai banyak melanda wilayah di Indonesia. Musim hujan sendiri biasanya memang datang tiap akhir tahun. Sebagian orang senang menyambutnya, karena hujan bisa membuat suhu suatu wilayah menjadi lebih dingin atau sejuk. Tapi sebagian lain merasa musim hujan sama dengan bencana, karena bisa menimbulkan banjir atau tanah longsor.
Seperti yang baru kemarin (12/11) terjadi di Malang, Jawa Timur. Sebuah ‘plengsengan’ atau talud ambrol setelah hujan deras melanda wilayah tersebut seharian dan menimpa beberapa rumah di bawahnya. Akibat dari bencana itu, seorang mahasiswi Universitas Brawijaya dilaporkan meninggal, sedangkan 1 lainnya luka-luka. Pertanyaannya, kok bisa sebuah plengsengan longsor? Apakah ada masalah dalam pembangunannya? Hipwee News & Feature telah merangkum laporannya untuk kamu, yuk simak!
ADVERTISEMENTS
Longsor terjadi di Perumahan Joyogrand Inside, Kelurahan Merjosari, Kota Malang, Jawa Timur, pada Minggu (12/11) kemarin
Dilansir Kompas, peristiwa nahas itu terjadi di Perumahan Joyogrand kemarin sekitar pukul 15.30. Longsor menimpa 6 rumah yang berada di bawahnya. Kabarnya 1 rumah yang merupakan kos-kosan rusak berat. Seorang mahasiswi Jurusan Psikologi, Universitas Brawijaya asal Pekalongan, Dina Oktaviani, yang merupakan salah satu penghuni rumah itu meninggal akibat tertimpa material longsoran. Menurut informasi, korban saat itu sedang tidur dan tidak mengetahui adanya bencana yang menimpa. Selain korban meninggal, seorang mahasiswi Sastra Perancis di universitas yang sama, Paulina, mengalami luka ringan. Ia diketahui sebagai pemilik rumah tersebut.
ADVERTISEMENTS
Peristiwa ini timbul karena plengsengan atau bangunan penyangga tanah di lokasi ambrol akibat hujan deras seharian
Longsor terjadi karena plengsengan atau talud setinggi 3 meter ambrol setelah hujan mengguyur kawasan itu seharian. Plengsengan sendiri adalah bangunan atau dinding penyangga tanah yang biasa dibuat di pinggir sungai, tebing, atau jalanan. Seperti dikutip Kompas, menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang, J. Hartono, hujan yang turun dengan intensitas tinggi memang bisa menyebabkan talud longsor. Ini karena tanah di sekitar talud tak mampu menahan laju air. Ditambah bangunan talud yang mungkin juga kurang kuat.
ADVERTISEMENTS
Talud yang tak dibuat dengan benar memang berpotensi besar ambrol menimpa bangunan atau benda di bawahnya
Sesuai fungsinya sebagai penahan atau penyangga tanah, talud harus dibangun sesuai standar yang ditentukan. Material bangunannya harus melihat kondisi tanah dan faktor lain di sekitar. Kalau melihat Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2014 Tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan, ada sekumpulan rumus yang harus dipakai kontraktor atau arsitek untuk merencanakan teknis pembangunannya. Sudah seharusnya mereka memprediksi segala kemungkinan yang terjadi terkait pembangunan, termasuk bencana longsor.
ADVERTISEMENTS
Selain korban jiwa yang tentunya tragis, kerugian ditaksir mencapai 100 juta. Bantuan Pemkot sangat diharapkan, meski status perumahan masih dipegang pengembang
Tak hanya menelan korban saja, peristiwa longsor di Malang itu juga menyebabkan kerugian material. Para petugas BPBD Kota Malang telah melakukan penghitungan kerugian yang ditaksir senilai Rp100 juta. Menurut Hartono, kerugian material untuk talud yang ambrol mencapai Rp30 juta, sedangkan bangunan rumah-rumah terdampak mencapai Rp60 juta.
Besarnya kerugian ini membuat beberapa pihak mengharapkan adanya bantuan dari Pemerintah Kota Malang. Tapi Hartono mengatakan pihaknya masih perlu mengoordinasikan hal tersebut, karena meski perumahan itu terletak di wilayah kota, ia harus memastikan status perumahan. Kabarnya perumahan itu masih dipegang pengembang, belum diserahterimakan ke Pemkot.
Musim hujan memang tak bisa dihindari. Tapi kemungkinan-kemungkinan bencana akibat hujan, bisa diminimalisir melalui kerjasama berbagai pihak. Terutama untuk wilayah yang rawan longsor atau banjir.