Nggak terelakkan lagi, revolusi 4.0 sudah membawa banyak perubahan bagi dunia modern. Mulai dari perekonomian, industri, hingga kehidupan bermasyarakat dituntut untuk adaptif dengan perkembangan tersebut. Salah satu contohnya adalah kalau dulu robot dianggap sebagai pelengkap imaji kanak-kanak, hari ini ia menjelma kenyataan penunjang kehidupan yang harus diterima.
Jika kehadiran robot menjadi indikasi masa depan, maka hari ini kita sudah berada di masa depan. Hal yang harus jadi perhatian, perkembangan teknologi harusnya tetap berpijak kepada kemanusiaan. Tilly Lockey adalah salah satu contohnya. Gadis 14 tahun dengan tangan bionik ini berhasil menampilkan perkembangan teknologi yang berdampak baik bagi kemanusiaan.
ADVERTISEMENTS
Industri farmasi yang mengadopsi bioteknologi berbasis robotik
Nggak berhenti di Tilly Lockey, industri lain pun sudah memanfaatkan perkembangan ini dengan lebih baik. Seperti Kalbe Farma, perusahaan farmasi yang hadir di Indonesia sejak lebih 50 tahun lalu di Indonesia. Dalam acara Hi, Tech Conference 2019 yang digelar di Balai Kartini, Jakarta (30/11/2019), CEO Kalbe Farma, Vidjongtius memaparkan lompatan baru yang telah dilakukan perusahaan pimpinannya.
Meneruskan harapan pemerintah yang inginkan perkembangan di sektor farmasi, Kalbe Farma menghadirkan pabrik yang berbasis bioteknologi dan robotik. Vidjongtios mengatakan untuk menghadirkan pabrik yang sudah ditunggu-tunggu ini, mereka menghabiskan waktu selama 3 tahun. Meski teknologi robotik di Indonesia bukan barang baru, namun di bidang bioteknologi adalah yang pertama.
“Khusus untuk pabrik ini adalah satu lompatan baru. Untuk ini kita menyiapkan teknologi, sumber daya manusia yang meskipun berbasis robotik tetap sangatlah penting, sistem, dan fasilitas. Semua itu dibangun selama 3 tahun,” ujar Vidjongtius dalam sesi Hi, Tech Conference 2019, Jakarta, Sabtu, (30/11/2019).
Nggak jauh berbeda dengan orientasi para penggagas usaha rintisan, Vidjongtius mengatakan lompatan baru ini berani mereka hadirkan karena sebagai industri yang spesialisasinya di bidang kesehatan, harus terus memantapkan fokus agar layanan kesehatan masyarakat semakin bagus. “Segala sesuatu dalam hal perkembangan teknologi harus berlari kepada layanan masyarakat yang lebih bagus,” imbuhnya.
Adapun pabrik bioteknologi milik Kalbe Farma sejak beroperasi akan memproduksi enam jenis obat hingga 2020 nanti. Meliputi Erythropoetin (Epo) yakni pembentuk sel darah merah di 2017 dan produksi masal akhir 2018, GCSF atau pembentuk sel darah putih (2018), Bevacizumab dan Rituximab yakni obat kanker (2019), insulin untuk terapi diabetes serta Mesenchymal Stem Cell (2020). Selain itu, akan dilakukan pengembangan generasi baru dari masing-masing produk.
Vidjongtius menambahkan baginya semua perusahaan harus berevolusi menjadi tech company. Menurutnya, ini sebagai bagian adaptasi agar nggak tergilas zaman dan mati pelan-pelan. “Karena teknologi itu kan nggak melulu digital. Menurut saya, tech company nggak hanya dalam konotasi digital, melainkan industri. Kalau nggak ikut, semua akan mati pelan-pelan,” tutup Vidjongtius.
ADVERTISEMENTS
Perkembangan teknologi dan pertahanan diri dari serangan siber
Digital is our life. Sejak bangun tidur saja kehidupan kita sudah terkoneksi dengan teknologi dan digital. Hal ini merupakan keterbukaan dalam meniadakan batas dan jarak. Meski begitu, adaptasi digital yang bisa membawa outcomes produktif, nyatanya juga membuka celah-celah untuk segala macam risiko berkembang.
Country Manager IBM Security Indonesia, Dhany Sulistyo, dalam sesi Hi, Tech Conference 2019, Jakarta, Sabtu, (30/11/2019), menjabarkan bagaimana di era serba digital ini ketahanan diri atas resiko serangan siber menjadi pertanyaan penting.
“Inovasi dalam waktu bersamaan juga menciptakan resiko. Di setiap titik inovasi juga muncul titik resiko yang akan dimanfaatkan oleh peretas. Maka dari itu, tantangan siber sekuriti hari ini sangat berat. Sekarang kita harus mengamankan 20.8 miliar perangkat dan lebih dari 5 miliar data personal,” jelas Dhany.
Lebih lanjut, hal tersebut karena siber sekuriti bukan hanya berbicara handphone dan laptop melainkan segala bentuk digitalisasi. Ia menjelaskan, jika dulu motivasi para pelaku cyber crime hanya sekadar unjuk kemampuan, maka hari ini lebih gawat dengan orientasi uang. “Kejahatan di area siber, kalau ditotalkan di seluruh dunia akan lebih besar dari industri narkoba,” imbuh Dhany.
Meski ancaman kejahatan siber makin hari makin besar dan bertambah kuat, Dhany mengatakan kalau SDM yang kompeten di bidang penanganan ini sangatlah sedikit. Ia menjabarkan, sekitar 1.8 juta posisi untuk siber sekuriti pada tahun 2020 akan kekosongan. “Peluang untuk berkarir di siber sekuriti harusnya bisa dimanfaatkan. Karena posisi ini nggak bisa digantikan oleh robot atau artificial intellegence,” jelasnya.
Dhany pun menjelaskan 4 hukum penting yang diyakini dalam dunia siber sekuriti. Pertama, kalau ada celah, pasti akan di eksploitasi atau di serang oleh pelaku kejahatan siber. Kedua, segala bentuk teknologi, apalagi yang berkaitan dengan internet pasti ada celah keamanannya. Ketiga, jangan mudah percaya sekalipun kepercayaan itu sangat penting. Keempat, segala macam inovasi menimbulkan risiko.
Menghadapi perkembangan teknologi yang kelit kelindan dengan banyak hal, agaknya menuntut kita sebagai masyarakat untuk terus mengupayakan literasi diri selain tentunya terbuka dengan segala bentuk adaptasi.