Masih ingat ‘kan gimana hebohnya kolom komentar di Instagram Kemdikbud, sesaat setelah Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) kemarin? Tidak sedikit peserta ujian yang menganggap soal-soalnya terlalu sulit, terutama mata pelajaran Matematika. Selain sulit, mereka juga menganggap soal kemarin tidak sesuai dengan kisi-kisi. Beberapa sampai minta klarifikasi kepada pihak Kemdikbud, tentang alasan mereka membuat soal yang menyulitkan tersebut.
Tapi ternyata UNBK tahun ini memang sengaja dipersulit dengan maksud tertentu lho. Yakni untuk melatih kemampuan berpikir kritis siswa-siswi di Indonesia. Makanya pemerintah juga sampai membuat program pertukaran guru Indonesia ke Korea Selatan untuk belajar konsep pembelajaran baru. Kenapa harus Korea Selatan ya? Dan apakah solusi ini cukup efektif untuk membuat pelajar di sini lebih kritis? Simak info selengkapnya bareng Hipwee News & Feature berikut ini yuk~
ADVERTISEMENTS
Kata Kemdikbud, soal UNBK Matematika kemarin memang dibuat lebih sulit karena menerapkan konsep High Order Thinking Skills (HOTS)
Konsep ini mungkin baru di telinga kita, karena memang baru diterapkan dalam soal-soal UNBK 2018 ini. Dilansir Antara, Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Kapuspendik) Kemdikbud, Muhamad Abduh, mengatakan kalau UNBK Matematika yang katanya sulit kemarin sebenarnya sudah sesuai kisi-kisi. Cuma memang ada konsep baru yang diterapkan pada soalnya, yaitu High Order Thinking Skills (HOTS), jadi perlu daya nalar yang cukup tinggi. Konsep ini katanya bakal diadopsi jadi standar soal UN sampai 2025 mendatang.
ADVERTISEMENTS
Soal-soal semacam itu dibuat untuk meningkatkan kualitas berpikir siswa agar bisa bersaing secara global
Abduh menyatakan konsep HOTS diterapkan bukan tanpa tujuan. Ini melihat kualitas pelajar Indonesia yang masih di bawah rata-rata global, terutama dalam bidang ilmu sains. Dalam Program for International Students Asessment (PISA) yang digelar Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) per tiga tahun, Indonesia hampir selalu menempati posisi terbawah, dari 40 negara yang terlibat. Makanya, pemerintah pun berupaya meningkatkan kualitas pelajar Indonesia melalui pembaharuan soal-soal ujian.
ADVERTISEMENTS
Buat meraih goal tersebut, guru sebagai fasilitator proses pembelajaran, harus paham dulu sama metode HOTS itu. Makanya mereka dikirim ke Korea Selatan
Nah, untuk menjadikan pelajar lebih berkualitas, perlu tenaga pendidik yang mampu menggiring dan melatih mereka untuk terbiasa berpikir kritis dan analitis. Alasan inilah yang membuat Kemdikbud mengirim guru-guru Indonesia ke Korea Selatan untuk belajar langsung konsep HOTS dan Critical Thinking Skills (CTS), dengan melihat bagaimana sekolah di sana menerapkan itu.
Selain mengirim guru Indonesia ke Korea Selatan, program ini juga mendatangkan guru Korea untuk mengajar di Indonesia. Untuk pelaksanaannya sebenarnya sudah sejak 2016 lalu. Selama 3 bulan, para guru juga mengenalkan budaya masing-masing kepada siswa-siswa di negara tempat mereka bertugas.
ADVERTISEMENTS
Pemilihan Korea Selatan sebagai tempat belajar guru Indonesia juga bukan tanpa alasan. Ini karena negara Ginseng tersebut memang dikenal paling jago matematika dan sainsnya
Sudah sejak lama Korea Selatan terkenal dengan metode pendidikannya. Berdasarkan studi TIMSS dan PISA diatas, pelajar Korea punya kemampuan menjawab pertanyaan yang memerlukan daya berpikir dan analisa yang tinggi. Ini yang membuat Korea Selatan selalu menempati posisi atas dalam berbagai studi komparatif internasional, terutama di bidang matematika dan sains. Makanya, negara ini dianggap sebagai tempat yang pas buat guru Indonesia belajar teknik pembelajaran untuk mencetak generasi bangsa yang lebih berkualitas.
Mungkin kalau perihal matematika dan sains, kemampuan pelajar-pelajar Korea Selatan yang sangat disiplin emang mumpuni banget. Tapi secara keseluruhan, sistem pendidikan Korsel juga mendapat kritikan karena dinilai terlalu penuh tekanan. Dari jam belajar yang terlalu panjang, persaingan yang sangat ketat, hingga pemikiran yang kurang fleksibel di mata pelajaran lain seperti ilmu-ilmu sosial. Ya semoga guru-guru kita bisa mengambil sisi positifnya dan menerapkannya sesuai dengan karakter bangsa Indonesia.