Seringkali kita dibuat iba dengan kisah guru honorer yang hanya menerima gaji sekian ratus ribu sebulan. Padahal kebanyakan mereka sudah mengabdi selama belasan bahkan puluhan tahun. Masyarakat biasanya akan langsung mengkritik pemerintah yang dinilai kurang menghargai jasa guru honorer.
Kali ini seorang guru honorer di Pandeglang Banten, sedang menjadi sorotan. Bukan hanya karena gajinya yang jauh dari kata ‘layak’, melainkan juga tempat tinggalnya yang berlokasi di toilet sekolah. Bahkan, sang guru honorer ini sudah menempati toilet itu sejak 2 tahun lalu bersama suaminya! Lantas, apa yang membuatnya bertahan di sana ya? Dan kenapa pihak sekolah diam saja?
ADVERTISEMENTS
Guru honorer bernama Nining Suryani jadi sorotan lantaran menempati toilet sekolah sebagai tempat tinggal. Ia juga hanya menerima gaji Rp350 ribu yang dibayar per 3 bulan
Dikutip Detik, Nining Suryani, seorang guru honorer di SDN Karyabuana 3 Pandeglang, Banten, terpaksa menjadikan toilet sekolah sebagai bagian dari tempat tinggalnya. Toilet disulap jadi dapur sementara lahan di sampingnya dibangun jadi tempat tinggal sehari-hari. Dari penuturannya, ia dan suaminya, Ebi Husaebi, sudah menempati toilet itu sejak 2 tahun lalu.
Nggak cuma tempat tinggalnya aja yang memprihatinkan, gaji Nining selama 15 tahun sebagai guru honorer juga nggak kalah mengenaskan. Kabarnya ia cuma mendapat Rp350 ribu yang itu pun dibayar setiap 3 bulan sekali.
Saat dikonfirmasi, Nining nggak punya pilihan lain selain menempati toilet sekolah yang belum direnovasi itu. Padahal katanya pihak sekolah sudah melarang
Keputusan Nining tinggal di toilet sekolah itu lantaran rumah miliknya rusak sejak lama. Ia dan suami nggak punya biaya untuk merenovasinya. Uang yang ia peroleh dari bekerja digunakan untuk biaya sekolah anaknya. Karena kebetulan toilet sekolah itu nggak digunakan lagi, Nining pun menaruh perabotan dapur di sana.
Selain itu, ternyata sehari-harinya Nining berjualan jajanan juga untuk para murid SD. Ia memanfaatkan lahan di sekitaran toilet itu untuk buka lapak. Kalau dikutip dari Kompas, katanya sih pihak sekolah sudah melarang ia tinggal di sana, tapi Nining beralasan ingin sambil jualan.
Bupati Pandeglang menyesalkan kejadian ini. Harusnya memang kasus semacam ini jadi tanggung jawab camat
Irna Narulita, bupati Pandeglang, mengaku kecewa dengan berita negatif yang terjadi di wilayahnya itu. Kasus semacam itu harusnya jadi tanggung jawab camat dan pihak sekolah. Seandainya kondisi ini bisa diketahui lebih awal, pemerintah tentu akan memberikan bantuan pembangunan rumah yang layak.
Saat ini, Irna dan jajarannya kabarnya akan patungan untuk memperbaiki rumah Nining yang roboh. Karena kalau menunggu dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) harus menunggu tahun depan.
Sebenarnya semua ini nggak akan terjadi kalau pemerintah memberi perhatian lebih pada gaji guru honorer di Indonesia. Tentu jika mereka digaji dengan layak, impian untuk memiliki hunian yang baik juga bisa terwujud. Hmm, semoga saja segera ada kebijakan yang menyejahterakan para guru honorer ya!