Terjadinya fenomena gerhana matahari total atau eclipse yang terjadi di Amerika pada Senin (21/8) lalu memang tergolong langka. Fenomena alam tersebut terakhir kali bisa dilihat oleh warga AS pada tahun 1918, atau sudah satu abad lamanya. Penduduk negara Paman Sam tersebut pun tidak mau kehilangan momen langka ini dan mengabadikannya dengan berbagai cara. Tapi selain itu, sebagaimana dilansir dari Popular Science, sebenarnya masih ada beberapa fenomena alam lainnya yang tak kalah langkanya.
Alam memang memiliki banyak misteri yang seakan di luar nalar manusia. Berbagai fenomena alam kerap terjadi di berbagai belahan dunia yang di mana bisa menimbulkan tanda tanya. Para ahli ilmuan pun seakan berlomba-lomba dalam memecahkan teka-teki tersebut secara ilmiah. Pada artikel kali ini, Hipwee News & Feature mencoba merangkum beberapa kejadian fenomena alam yang juga langka dan masih dalam tanda tanya. Yuk, ditelaah baik-baik agar kita lebih mengerti tentang alam ini.
ADVERTISEMENTS
1. ‘Air Terjun Darah’ di Benua Antartika yang telah sejak lama diteliti oleh para ilmuan
Fenomena alam satu ini memang hanya bisa kamu lihat jika kamu pergi ke Antartika. ‘Air Terjun Darah’  yang terjadi di Gletser Taylor Antartika ini merupakan pencampuran air laut asin dengan kandungan besi yang tinggi, serta tercampur mikroba. Sekitar 1,5 juta tahun lalu, ketika Gletser Taylor melingkupi benua super dingin ini, ada sebuah danau berisi air garam terperangkap di dalamnya. Tanpa adanya jalan keluar, kadar air garam dalam danau tersebut menjadi semakin terkonsentrasi hingga airnya menjadi terlalu asin untuk membeku.
Berubahnya warna air menjadi merah seperti darah disebabkan karena air pada danau yang semakin tertekan itu menggerus zat besi dari bebatuan yang berada di dasarnya. Ketika air berhasil keluar, zat tersebut kemudian beroksidasi dengan udara dan terjadilah perubahan warna menjadi merah. Sebuah penemuan baru oleh sekelompok peneliti asal University of Alaska Fairbanks mengungkapkan bahwa Gletser Taylor menyembunyikan jaringan celah yang mengandung air garam. Celah tersebut dikombinasikan dengan kadar garam yang membuat air merah tidak mudah membeku. Hal itu membantunya bergerak menyusuri gletser hingga keluar menjadi air terjun.
ADVERTISEMENTS
2. Bola Petir yang hingga saat ini masih dalam penelitian dan belum mendapatkan jawaban pasti mengapa fenomena ini bisa terjadi
Kalau pada umumnya sambaran petir berbentuk garis-garis horizontal membentang di langit, fenomena Bola Petir memiliki bentuk yang berbeda. Sesuai namanya, ketika fenomena ini terjadi yang kamu lihat bukan lagi garis melainkan petir berbentuk menyerupai bola yang bisa memancarkan beberapa warna dan bersinar seterang lampu 100 Watt. Fenomena alam satu ini terbilang langka karena jarang terjadi dan perlu keberuntungan untuk dapat melihatnya secara langsung.
Bola Petir pernah terjadi dan terekam kamera pada tahun 2012 lalu. Saat itu, seorang pemuda yang diketahui bernama  Jianyong Cen dan rekan-rekannya di Northwestern Normal University di Lanzhou, Cina tengah melakukan pengamatan badai di Qianghai dilengkapi dengan kamera video dan spektograf. Secara kebetulan, mereka berhasil menagkap fenomena ini ketika sebuah kilat tengah menghantam tanah, lalu muncul bola bercahaya sekitar 5 meter lebarnya dan terbang sejauh 15 meter, kemudian menghilang setelah 1,6 detik. Spektograf yang mereka bawa menunjukan bahwa unsur-unsur utama dalam bola api tersebut sama seperti yang ada di tanah, yakni silikon, zat besi, dan kalsium.
ADVERTISEMENTS
3. Fenomena crop circle di dasar laut yang ternyata diciptakan oleh ikan berjenis putterfish sebagai tanda cinta
Crop circle ternyata tidak hanya terjadi di daratan saja, namun di dasar laut pun fenomena ini bisa kamu temui. Bukan alien atau makhluk asing lainnya, lukisan crop circle ini dibuat oleh ikan pufferfish yang menggunakan siripnya untuk mengarsir keindahan tersebut. Hal ini dilakukan oleh pufferfish jantan demi menarik hati sang betina saat hendak kawin.
Munculnya crop circle di dasar laut ini sempat menghebohkan warganet. Banyak yang bertanya-tanya dari mana asal muasalnya fenomena tersebut. Pertanyaan itu pun terjawab oleh seorang fotografer bawah laut asal Jepang yang bernama Yooji Okata. Pada saat itu ketika dirinya tengah menyelam di Samudera Pasifik, tiba-tiba matanya menangkap hal yang tak biasa. Ia menemukan pola geometris berdiameter 6,5 kaki atau 1,98 meter tercetak di hamparan pasir bawah laut mirip dengan pola crop circle. Dirinya pun memutuskan untuk kembali menyelam bersama beberapa kru televisi NHK untuk mengabadikan fenomena tersbut. Dan di saat itu pula lah ia mengetahui kalau ternyata ikan pufferfish yang telah membuat crop circle dengan sirip-siripnya. Luar biasa sekali ya ciptaan Tuhan.
ADVERTISEMENTS
4. Batu Berlayar atau Sailing Stone yang ditemukan di Death Valley, Racetrack Playa menjadi salah satu fenomena langka yang masih diteliti hingga saat ini
Racetrack Playa yang berlokasi di timur pegunungan Panamint di wilayah Death Valley National Park, California merupakan danau kering yang berada di sebuah cekungan dengan istilah nama endorheic basin. Di wilayah ini terdapat banyak batu dolomite yang terpecah dari tebing dan bergerak dengan sendirinya berjalan melintasi permukaan danau kering tersebut. Banyak orang yang menanyakan mengapa batu yang memiliki berat hampir 300 kilogram tersebut bisa bergerak tanpa adanya campur tangan manusia maupun hewan.
Fenomena alam ini sebenarnya sudah diketahui sejak seratus tahun lalu oleh para penjelajah dan penambang emas. Namun baru pada tahun 1984, penelitian yang lebih serius dilakukan guna mendapatkan jawaban ilmiah atas terjadinya Sailing Stone itu. Batu besar yang memiliki berat ratusan kilogram tersebut tidak pernah terlihat bergerak oleh siapapun yang telah melihatnya. Tapi jejak adanya pergerakan dari batu-batu itu bisa terlihat dengan jelas. Banyak teori yang mengungkapkan penyebab bergeraknya sailing stone. Ada yang menyebutkan kalau fenomena ini terjadi ketika lembah ini berisi air yang cukup dalam untuk mengapungkan es ketika musim hujan, dan dinilai cukup dangkal untuk menggerakkan batu. Kecepatan gerak batunya sendiri pun hanya beberapa inci per detik. Jadi bagi siapapun yang mengamati batu ini dari jauh, akan terlihat diam saja tidak bergerak.
ADVERTISEMENTS
5. Petir Erupsi atau sering disebut sebagai Badai Petir Kotor yang bisa terjadi ketika gunung meletus
Mengapa fenomena ini disebut sebagai Badai Petir Kotor? Karena memang petir ini bisa terjadi bersamaan dengan debu vulkanik saat gunung meletus. Bunyi gemuruh yang memekakkan telinga serta cahaya merah dan kilatan petir menambah kengerian letusan gunung berapi. Meskipun secara teori, sebenarnya peristiwa ini cukup sering terjadi, tapi kesempatan orang biasa untuk melihat fenomena gabungan ini bisa dibilang sangat kecil. Hingga saat ini belum ada yang tahu secara pasti bagaimana fenomena ini bisa terjadi.
Menurut prakiraan ilmuwan, adanya gesekan antar partikel debu, es, dan bebatuan memicu loncatan listrik statis raksasa, sehingga terjadilah kilatan petir. Petir vulkanis ini di dalam abu yang sangat tebal. Partikel abu bertubrukan satu sama lain dan menimbulkan gesekan. Kilatan Badai Petir Kotor ini juga pernah terjadi di Indonesia, tepatnya ketika Gunung Kelud meletus pada tahun 2014 silam.
Memang sudah banyak terjadi fenomena alam di bumi ini dengan segala macam teka-tekinya. Ada yang memanjakan mata, ada pula yang menimbulam tanya, dan juga masih menjadi rahasia yang Maha Kuasa. Alam memang memiliki misterinya tersendiri, dan manusia sejatinya harus tetap bertawakal dan menjaga kelestarian alam agar semesta pun juga membantu kita untuk tetap bisa berdiri di atas Bumi yang begitu indah ini.