Bagaimana kalau kamu di posisi ini; setelah berjuang mati-matian di laga panahan, akhirnya kamu mengantongi tiga medali dalam Olimpiade Tokyo. Sebuah prestasi luar biasa, kan? Apalagi, kamu masih berusia 20 tahunan. Pencapaian yang bukan kaleng-kaleng, deh.
Namun, ada protes keras yang dilayangkan agar medalimu dicabut. Sedihnya lagi, protes itu datang dari beberapa masyarakat di negara asalmu, padahal kamu telah mengharumkan nama bangsa dan negara. Ada yang lebih miris lagi, lo. Ternyata, protes itu muncul bukan karena performamu dalam pertandingan, tapi cuma gara-gara rambutmu pendek dan berkuliah di kampus khusus perempuan. Katanya sih, kamu seperti seorang feminis. Alasan yang sepele, ya~
Itulah yang benar-benar terjadi pada An San, atlet panahan asal Korea Selatan. Kejadian seperti ini bukan kali pertama, SoHip. Tahun 2018 lalu, Irene Red Velvet diamuk sama penggemarnya sendiri gara-gara ketahuan membaca buku Kim Ji-young, Born: 1982Â yang mengangkat isu diskriminasi perempuan dalam masyarakat patriarki Korea Selatan. Meski nggak sedikit yang membelanya, karier Irene sempat meredup akibat insiden tersebut.
Kejadian itu memicu pertanyaan besar, kok banyak orang Korea Selatan yang anti banget sama kata feminis, ya? Seolah kata tersebut paling menjijikkan di dunia. Bahkan, nggak sedikit orang yang menilai respons masyarakat Korea Selatan sudah berlebihan dalam menanggapi paham yang memperjuangkan keadilan antara perempuan dan laki-laki ini.
Kamu udah tahu belum kalau kebencian kebanyakan orang Korea Selatan terhadap feminis sudah sangat masif? Sampai ada gerakan antifeminis juga, lo. Iya, serius! Bahkan, ada figur publik yang terang-terangan membenci paham feminisme serta orang-orang yang menganutnya.
Kira-kira siapa aja yang risi dengan feminis di Korea Selatan?
Kenapa sih membenci feminis?
Apa feminisme dan para pengikutnya di Korea Selatan memang merugikan?
Hipwee Premium sudah mengulasnya untukmu nih. Temukan jawaban atas semua pertanyaanmu tentang masifnya gerakan antifeminis di Korea Selatan. Yuk, simak~
ADVERTISEMENTS
Munculnya gerakan antifeminis Korea Selatan bermula dari istilah-istilah yang mengejek perempuan
Umumnya, laki-laki berusia 20 tahunan di Korea Selatan berada di balik gerakan-gerakan antifeminis ini. Menurut mereka nih, perempuan sudah sangat diuntungkan selama ini. Jadi, feminisme yang fokus memperjuangkan keadilan gender dianggap nggak perlu. Kan, posisi perempuan di Korea Selatan nggak berada di bawah sistem yang menindas. Begitu menurut mereka.
Kehadiran para feminis justru dipandang miring sebagai ancaman, terutama bagi laki-laki. Feminisme dianggap sekadar paham yang memperkeruh bias antara laki-laki dan perempuan. Bahkan, nggak sedikit orang yang menilai kalau paham ini malah menyebabkan diskriminasi pada laki-laki. Kok bisa, ya?
Konon, kebencian pada gerakan feminis bermula dari kasus Son Sol-bin yang dinyatakan bersalah atas tuduhan memerkosa dan menculik sang kekasih. Namun, bukti rekaman CCTV menunjukkan ia nggak bersalah sama sekali.
Kendati demikian, jauh sebelum kasus tersebut ada, antifeminis sudah mulai berkembang tahun 2006. Waktu itu, bermunculan istilah-istilah yang mengejek perempuan seperti samilhan yang berarti perempuan harus dipukul laki-laki minimal sekali dalam tiga hari atau kimchinyeo yang berarti perempuan bergantung pada laki-laki secara ekonomi. Ungkapan misoginis ini akhirnya berujung pada langgengnya diskriminasi terhadap perempuan, baik secara sosial, ekonomi, maupun seksual, SoHip.
Kaum perempuan di Korea Selatan pun nggak mau tinggal diam setelah banyaknya ungkapan misoginis tersebut. Mereka juga menciptakan istilah-istilah mengejek laki-laki di forum diskusi online. Akhirnya, permusuhan antara kaum feminis dan antifeminis makin memanas, bahkan hingga detik ini. Terbukti dengan lahirnya gerakan-gerakan antifeminis untuk menandingi gerakan feminis di negara itu.
ADVERTISEMENTS
Beragam strategi dilakukan gerakan antifeminis Korea Selatan untuk menggugat gerakan feminis. Ada yang lewat lagu, lo
Hingga tahun 2021 lalu, gerakan antifeminis Korea Selatan terus bermunculan. Men on Solidarity, misalnya. Gerakan ini diinisiasi oleh Bae In-kyu yang memiliki 445 ribu pengikut di YouTube. Dinukil dari The New York Times, Bae mengatakan bahwa ia nggak benci perempuan. Bahkan, dia nggak mau menghalangi perempuan untuk mendapatkan hak-haknya. Hanya saja, Bae ingin melawan gerakan feminis yang disebutnya kejahatan sosial. Makanya, ia sering turun ke jalan demi menandingi demonstrasi kaum feminis.
Sebelumnya, grup Dang Dang We dengan Moon Sung-ho juga sudah tampil terlebih dulu. Mereka secara terang-terangan menyebut feminisme sebagai diskriminasi gender.
Nah, gerakan antifeminis juga menyebar ke kalangan artis. Penyanyi San E pernah menulis lagu sebagai sindiran pada kelompok feminis. Dalam lirik lagu, San E mempertanyakan ketimpangan seperti apa yang dialami perempuan. Tak hanya itu, ia bahkan menuding ketimpangan upah cuma kebohongan belaka.
ADVERTISEMENTS
Ternyata, inilah yang disinyalir jadi akar masifnya gerakan antifeminis Korea Selatan
Hadirnya gerakan antifeminis secara nggak langsung menimbulkan anggapan bahwa laki-laki menjadi korban feminisme. Seakan-akan gerakan ini memang didesain untuk membenci laki-laki, SoHip. Padahal, narasi feminisme sendiri dibentuk untuk menciptakan tatanan yang sama-sama menguntungkan bagi laki-laki maupun perempuan.
ADVERTISEMENTS
Kamu sedang membaca konten eksklusif
Dapatkan free access untuk pengguna baru!