13 kondisi Korea Selatan yang belum kamu ketahui | Illustration by Hipwee
Pada hari ketika internet kos bermasalah lagi, terhitung ini sudah puluhan kali terjadi, aku membayangkan betapa enaknya tinggal di Korea Selatan. Bukan hal yang baru bagi kita, Negeri Ginseng ini memang dikenal memiliki jaringan internet paling cepat di dunia. Dalam sekali helaan napas nih, mengunduh film yang berdurasi 1 jam lebih bukan hal yang mustahil.
Angan-angan itu terus berlanjut. Aku mulai membayangkan kemudahan hidup di Korea Selatan dengan tata kotanya yang rapi seperti yang tergambar dalam drama; menyusuri Kota Seoul di malam hari, makan di warung tenda yang menjual tteokpeokki, dan mampir ke minimarket untuk membeli camilan dan minuman bersoda sebelum pulang.
Belum lagi… kalau bisa beruntung bertemu dengan Choi Woo-shik oppa yang sedang syuting drama Our Beloved Summer. Ugh, bukankah ini cita-cita tertinggi semua penggemar drama Korea, yakni bertemu sang idola? Membayangkannya aja sudah bikin sangat bahagia~
“Tidak. Itu sangat jarang terjadi,” tukas Yuniar Budiarti, Senin (25/1).
Perempuan yang pernah tinggal di Korea Selatan selama setahun ini langsung membuyarkan anganku. Sejujurnya, aku agak kecewa mendengar penuturannya.
Tinggal di Korea Selatan tahun 2020 untuk mengikuti sekolah bahasa sebelum akhirnya pulang ke tanah air pada Februari 2021 lalu, Yuniar menuturkan beberapa fakta yang jarang kita ketahui. Bahkan, beberapa informasi yang kita tahu selama ini tentang Korea Selatan bisa jadi cuma mitos aja. Apa yang kita pikir tentang kondisi di sana, apalagi yang tampak di dalam drama, bisa jadi sangat bertolak belakang dengan aslinya, lo.
Nah, saat ditemui Hipwee Premium, Yuniar dengan antusias menceritakan beberapa hal tentang Korea Selatan. Dari kacamata Yuniar, kita bisa tahu kondisi di sana yang sebenarnya, mulai dari tentang hunian, minimarket, trik pesan makanan, hingga cara bersosialisasi. Hipwee Premium coba urutin nih dari fakta yang mungkin baru diketahui beberapa orang sampai yang jarang banget diketahui orang luar.
Coba simak, yuk! Jangan-jangan dugaan kita selama ini salah, SoHip.
ADVERTISEMENTS
13. Artis Korea Selatan hampir nggak pernah muncul di tempat-tempat umum
Inilah pertanyaan yang paling ditunggu-tunggu penggemar K-Drama atau K-Pop. Apalagi, kalau meihat cuitan-cuitan di Twitter, nggak sedikit orang yang berandai-andai tinggal di Korea Selatan dan bertemu artis kesayangan. Mentang-mentang sudah tinggal di negara yang sama, mereka pikir peluang bertemu idola terbuka lebar.
Sayangnya, Yuniar malah mengungkapkan hal sebaliknya. Beberapa kali, ia memang beruntung karena bertemu artis Korea Selatan. Itu pun karena ia mengunjungi kafe milik sang artis. Padahal, pada kenyataannya, kebanyakan artis Korea susah ditemui.
“Kebanyakan dari mereka hanya ‘bergerak’ dari tempat tinggal ke kantor dan sebaliknya. Mereka juga menggunakan mobil yang disiapkan oleh agensi,” kata Yuniar.
Kalau artis Indonesia cukup sering wara-wiri di mal, maka sebaliknya dengan artis Korea Selatan. Mereka justru tidak pernah muncul di tempat ramai seperti pusat perbelanjaan. Saat syuting pun, mereka memilih waktu yang sepi. Jika tidak, garis polisi akan dipasang di sekitar lokasi syuting. Waduh, pupus sudah harapan buat nggak sengaja papasan sama idola sesering mungkin~
ADVERTISEMENTS
12. Membeli SIM card ibarat mencari harta karun. Sulit dan rumit~
Nah, ini kerap jadi bahan overthinking nih. Ya, nggak sedikit orang bertanya-tanya tentang nomor ponsel dan sistem pembayaran pulsa. Apakah semudah di Indonesia? Kalau kita, kan, cukup mengeluarkan uang untuk membeli SIMcard yang dijual bebas di warung-warung pulsa. Di Korea Selatan, ternyata kita butuh Alien Card atau semacam KITAS (Kartu Izin Tinggal Terbatas). Di beberapa tempat, kita bisa membelinya hanya dengan paspor.
Fakta tentang Korea Selatan | Photo by Big Heart on Pixabay
ADVERTISEMENTS
11. Emang benar, ya, Korea Selatan ramah pejalan kaki yang nggak punya kendaraan pribadi?
Jawabannya adalah iya. Gambaran kemudahan transportasi dan banyak orang yang berjalan kaki di drama memang sesuai kenyataan. Menurut Yuniar, kita nggak perlu khawatir kalau nggak punya kendaraan pribadi. Pasalnya, halte bus dan stasiun kereta bawah tanah tersebar merata di ibu kota Seoul.
Kebanyakan orang berjalan kaki dengan nyaman karena ada trotoar di sepanjang jalan dan banyak taman. Lantaran berjalan kaki sudah jadi kebiasaan, kita nggak akan dipandang aneh.
ADVERTISEMENTS
10. Punya pakaian atau barang nggak terpakai? Masukkan aja ke boks khusus ini
Ketika datang pertama kali ke Korea Selatan, Yuniar cukup kaget melihat boks berwarna hijau, coklat, biru, atau abu-abu. Ini bukan boks sampah, ya. Ternyata, boks-boks yang tersebar di hampir seluruh Korea Selatan ini merupakan tempat untuk barang bekas. Boks ini juga dapat dilacak lewat aplikasi maps yang ada di sana. Jadi, mereka punya kebiasaan mendonasikan pakaian, sepatu, tas, atau barang bekas lain ke dalam boks tersebut.
ADVERTISEMENTS
9. Kamu harus mengatur pengingat waktu di jam 9 malam kalau ingin mendapatkan hal ini!
Di drama Korea, kita sering sekali melihat adegan mukbang (makan porsi besar) ayam goreng. Ternyata, orang Korea memang doyan banget makan ayam goreng, SoHip. Jumlah peminatnya yang banyak memunculkan sekitar 50.000 ribu restoran ayam goreng di sana. Mengutip Koreaboo, maraknya restoran ayam goreng dipengaruhi krisis moneter sekitar 20 tahun silam. Ketika ekonomi surut, banyak orang membuka restoran ayam goreng. Eh, nggak tahunya malah awet sampai sekarang.
Biasanya, orang Korea menunggu momen jam 9 malam nih untuk makan ayam goreng. Soalnya, salah satu gerai ayam goreng terkenal di sana mengeluarkan promo beli satu gratis satu. Promo ini sering jadi incaran. Mereka akan makan ayam goreng dengan minuman bersoda bersama keluarga, teman, atau rekan kerja sampai tengah malam.
8. Ternyata, porsi makan di sana memang banyak dan besar!
Anggapan orang Korea Selatan memiliki porsi makan yang banyak bukan isapan jempol belaka. Seperti yang dilihat Yuniar selama tinggal di sana, jarang sekali warung yang menjual ayam goreng per potong. Rata-rata mereka menjual satu ekor ayam utuh. Makanya, Yuniar bisa membeli satu kali menu makan sekali bagi orang sana untuk ia makan tiga kali.
Kita sering, kan, mendengar adegan memanggil pelayan restoran dengan sebutan imo atau bibi di drama? Ternyata, panggilan ini nggak lazim, lo. Meski beberapa nggak mempermasalahkannya, ada baiknya kita memanggil sajangnim aja sebagai bentuk kesopanan.
Bahasa Korea memiliki tingkat kesopanan seperti bahasa Jawa. Jadi, sebaiknya kita menggunakan bahasa yang sopan saat berbicara pada orang lain, baik pada orang tua maupun orang seumuran yang nggak terlalu kita kenal. Selain menghindari memanggil pelayan dengan imo, jangan pernah memanggil orang yang masih muda dengan sebutan ahjussi (paman) dan ahjumma (bibi). Soalnya, itu sebutan yang menyinggung.
6. Kamu nggak akan menemukan angka 4 di lift. Kenapa, ya?
Jika selama ini yang dianggap angka sial adalah 13, bagi kebudayaan Asia Timur, seperti Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan, angka 4 yang dianggap sebagai angka kematian atau kesialan. Jadi, mereka benar-benar menghilangkan angka 4 dari penomoran kamar atau lift. Biasanya penamaannya akan melompat dari lantai 3 ke lantai 5 atau mengganti lantai 4 dengan huruf tertentu.
Lift di Korea Selatan | Illustration by Hipwee
5. Dua barang yang harus dihadiahkan untuk orang yang pindah rumah
Saat acara 집들이 atau mengundang teman untuk datang ke acara pindahan rumah, tamu yang berkunjung biasanya akan memberikan tisu toilet dan deterjen sebagai hadiah. Tisu toilet melambangkan semua masalah bisa terselesaikan dengan baik. Sedangkan, deterjen melambangkan rezeki dan keberuntungan yang melimpah seperti gelembung-gelembung yang dihasilkan oleh deterjen.
4. Beli makanan pakai layanan pesan-antar, dalam 10 menit, makanan sudah datang. Juara!
Sistem pesan-antar makanan sudah menjamur di Korea Selatan. Hampir semua restoran menyediakan layanan ini. Nggak heran kalau layanan ini tergolong salah satu yang paling baik. Pembayarannya pun mudah. Nggak perlu susah-susah menyiapkan uang tunai karena kita bisa membayar dengan kartu. Selain itu, selama restorannya masih buka, kita bisa memesan makanan di mana pun dan kapan pun. Surga nih buat kaum rebahan~
Menunggu, apalagi dengan kondisi lapar tentu sangat menjengkel. Namun, ini nggak bakal terjadi jika kita menggunakan layanan pesan-antar di Korea Selatan yang bisa dikatakan sangat mengagumkan. Setelah memesan, makanan akan datang dalam waktu 10 menit aja. Wah, benar-benar penyelamat di kala kelaparan, tapi malas pergi keluar nih!
3. Hunian nyaman kayak di drama itu mahal kalau di dunia nyata, yeorobun~
Kamu juga senang melihat rumah atau apartemen di drama? Terlihat nyaman, ya. Namun, tahukah kamu kalau harga rumah di sana ternyata sangat mahal, terutama di Seoul. Kemudian, banyak orang memilih hidup di apartemen. Namun, sebenarnya harga beli apartemen pun nggak murah. Kebanyakan orang akhirnya memutuskan untuk menyewa aja.
Dulu sewaktu masih tinggal di Korea Selatan, Yuniar menetap di goshiwon, semacam kos, tapi sangat kecil. Soalnya, goshiwon dibuat untuk pelajar yang mempersiapkan ujian masuk PNS atau guru. Sekarang, goshiwon digunakan oleh pelajar atau orang biasa. Uang sewa goshiwon yang Yuniar tinggali waktu itu sekitar 5 juta rupiah per bulan dengan kamar mandi dalam. Iya, per bulan.
“Jadi, bisa terbayang mahalnya rumah atau apartemen di Seoul, kan?”
2. Terbilang serba ada, tapi minimarket di sana nggak menjual obat
Sebenarnya minimarket di Korea Selatan tidak jauh dengan minimarket di Indonesia. Namun, memang ada perbedaan yang cukup menyolok. Di minimarket Korea, kita bisa memanaskan makanan karena tersedia microwave. Banyak varian makanan, minuman, dan es krim yang bisa dipilih. Namun, minimarket Korea Selatan nggak menjual obat. Kalau ingin membeli obat, kita harus ke apotek.
Mitos-fakta kondisi Korea Selatan | Illustration by Hipwee
1. Katanya dua hal ini sering terjadi di Korea, tapi Yuniar nggak mengalaminya
Banyak orang bilang rasisme di Korea Selatan cukup tinggi. Mereka sering memandang aneh orang yang berhijab. Namun, hal itu ternyata nggak terjadi pada Yuniar sama sekali. Ketika pergi ke salah satu restoran, seorang pelayan memang pernah menanyakan apakah Yuniar nggak gerah memakai hijab. Namun, Yuniar menilai itu bukan sebagai penghinaan. Pelayan itu hanya penasaran karena nggak pernah melihat orang berhijab datang ke restorannya. Ia pun mengerti ketika Yuniar menerangkan kalau hijab adalah perintah dalam agama yang dianutnya.
Selain isu rasisme, orang Korea juga disebut-sebut nggak ramah. Memang ada sebagian kecil orang yang nggak ramah, tapi masih banyak orang Korea yang ramah dan peduli. Pada tahun 2016, Yuniar sempat berkunjung ke Korea Selatan dengan membawa koper sangat besar dan berat. Saat menuruni tangga, ada orang baik hati yang mengangkatkan kopernya. Kejadian itu nggak hanya berlangsung sekali, melainkan dua kali.
Meskipun begitu, bisa jadi pengalaman orang-orang yang pergi ke sana berbeda-beda ya, SoHip. Semoga saat ke sana nanti kita ketemunya sama yang baik-baik kayak Yuniar, deh.
Itu dia fakta-fakta seputar kondisi Korea Selatan. Setelah mengetahui penuturan dan kesaksian Yuniar yang pernah tinggal di sana, masih mantap pengin tinggal di sana nggak nih?