Tayangan televisi memang selalu pasang surut. Selera penonton juga suka berubah-ubah. Mulai dari demam telenovela, drama Korea, opera sabun, reality show, Film Televisi (FTV) remaja, hingga akhir-akhir ini tayangan soal azab jadi viral. Hampir semua stasiun televisi memproduksi sinema elektronik alias sinetron yang bertemakan azab dengan menyerap unsur-unsur religi di dalamnya. Namun sayangnya semakin lama, tayangan sinetron bertema azab itu jadi semakin nggak masuk akal.
Entah sudah kehabisan ide atau memang mengikuti minat penonton, judul dan jalan ceritanya makin terkesan ‘ngawur’. Yang paling viral sih judul tayangan di salah satu episode acara Dzolim yaitu ‘Juragan Tahu Bulat, Mati Tergoreng Dadakan, Dikubur Anget-Anget‘. Baca judulnya aja sudah berhasil membuat geleng-geleng kepala. Pada akhirnya sih Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menjatuhkan teguran pada sinetron dan FTV tersebut karena tayangannya dianggap nggak masuk akal. Penasaran nggak sih kok bisa ide kreatif seperti itu muncul dan apa yang mendasari dibuatnya FTV dengan judul bombastis seperti itu? Penulis skenarionya sudah buka suara juga lho. Yuk kulik lebih dalam tentang kasus viralnya sinetron dan FTV seperti itu bersama Hipwee News & Feature~
ADVERTISEMENTS
Sinetron bertema azab dan religi sudah tayang sejak lama. Tapi, semakin lama, judul dan jalan cerita yang diangkat makin nggak masuk akal dan malah viral
Juragan Tahu Bulat, Mati Tergoreng Dadakan, Dikubur Anget-Anget
Jenazah Mandor Kejam Mati Terkubur Cor-Coran dan Tertimpa Meteor
Bayangkan saja deh bagaimana bisa seseorang tergoreng dadakan lalu dikubur hangat-hangat. Dan kok ada ya meteor yang kebetulan menimpa jenazah seorang mandor yang kejam. Tapi jangan emosi dulu. Tahan sebentar. Sinetron tema religi yang mengangkat kisah azab bisa bertahan di stasiun televisi pasti karena ratingnya tinggi alias banyak penggemarnya. Semakin lama, agar penonton nggak bosan, maka judul dan jalan cerita makin dibuat vulgar dan bombastis. Penulis skenarionya sendiri, Ruslan, seperti diwawancarai oleh Kumparan, mengaku kalau nggak menyangka bahwa kedua judul sinetron religi azab yang dibuatnya jadi viral.
ADVERTISEMENTS
KPI menerima aduan tentang hal itu melalui media sosial. Akhirnya mereka memberikan teguran pada dua stasiun televisi yang menayangkan sinetron tersebut
Masyarakat sudah menyampaikan aduannya terkait konten sinetron religi azab tersebut ke Komisi Penyiaran Indonesia alias KPI. Aduan kebanyakan isinya memprotes perlakuan terhadap jenzah. Dari semua aduan, KPI kemudian melakukan verifikasi. Dilansir dari BBC, KPI sudah memberikan teguran pada ‘Dzolim’ yang ditayangkan MNC dan ‘Azab’ yang ditayangkan oleh Indosiar. Menurut Nuning Rodiyah, Komisioner Bidang Isi Siaran KPI, konten yang mengandung unsur agama memang harus hati-hati dalam memvisualkan. KPI saat ini juga melakukan koordinasi dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk menilai hal yang berkaitan dengan nilai-nilai agama dalam sinetron itu.
ADVERTISEMENTS
Penulis skenarionya mengaku bahwa mereka menulis mengikuti selera penonton. Katanya sih ‘emak-emak’ suka dengan cerita azab yang kejam
Diakui oleh penulis skenario sinetron ‘Dzolim’ buatan MNC Pictures, Nazaruddin Thamrin, seperti wawancaranya dengan Kumparan, ia menulis skenario berdasarkan selera penonton. Untuk bisa sukses menulis, dia harus bisa menyamakan pola pikirnya dengan pola pikir penonton. Nantinya tercetus adegan yang membuat terpukau dan membangkitkan emosi. Asisten sutradara MNC Pictures, Randi Pratama, juga berkata bahwa penontonnya yang rata-rata adalah ‘emak-emak’ suka dengan azab yang kejam.
ADVERTISEMENTS
Penonton acara tersebut termasuk kelas menengah kebawah. 95% sinetron religi azab mengambil latar cerita kelas menengah ke bawah yang dekat dengan penonton
Kalau diklasifikasikan, penonton sinetron azab adalah masyarakat dari kelas menengah ke bawah. Penulisan skenario juga mempertimbangkan hal tersebut. Bahkan menurut riset yang dilakukan Kumparan, 95% sinetron religi azab menggunakan latar cerita dari kalangan menengah ke bawah. Nazaruddin Thamrin mengakui bahwa itu dilakukan agar lebih dekat dengan penontonnya. Dari 194 sinetron azab yang ada, kebanyakan sih yang terkena azab dari kaum laki-laki dan kelas menengah kebawah. Selain itu, pekerjaan yang paling banyak mendapat azab adalah pedagang dan pengangguran.
ADVERTISEMENTS
Masih larisnya sinetron seperti itu mencerminkan bagaimana presepsi agama yang populer di masyarakat. Mereka berpandangan bahwa agama itu soal hitam dan putih
Seorang dosen ilmu komunikasi, Universitas Islam Indonesia (UII), Muzayin Nazaruddin, pernah melakukan riset mengenai hal ini dan diterbitkan tahun lalu. Dari wawancaranya dengan BBC, kisah religi azab yang dikemas dengan berlebihan tersebut mencerminkan presepsi agama di masyarakat. Kisah tersebut sekaligus menguatkan mitos dalam masyarakat bahwa ada pandangan hitam putih dalam agama. Agama akan baik pada orang yang baik dan kejam pada orang yang jahat.
Tayangan televisi sifatnya mengikuti perkembangan pasar alias penontonnya. Kalau tayangan seperti itu masih ada di televisi, artinya masih ada yang setia menontonnya setiap hari. Coba deh ditilik, jangan-jangan ibu atau ‘mbak’ kalian nggak pernah absen nonton sinetron religi azab. Atau malah kalian penggemarnya?