Dalam waktu berdekatan di awal tahun 2021, tiga gunung berapi di Indonesia mengalami erupsi. Erupsi pertama terjadi pada Sabtu (16/1) di Gunung Semeru yang berada di Kabupaten Lumajang. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menetapkan status gunung tertinggi di Pulau Jawa itu pada level II atau waspada meski ada peningkatan aktivitas.
Selang sehari setelah itu, pada Minggu (17/1) erupsi terjadi di Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dalam rentang enam jam, gunung tersebut memuntahkan 36 kali guguran lava pijar dengan status terakhir masih di level siaga. Di hari yang sama, Gunung Sinabung di Kabupaten Karo juga turut mengalami erupsi.
ADVERTISEMENTS
Erupsi tiga gunung di Indonesia dalam waktu berdekatan saling berkaitan?
Fenomena alam ini tak pelak bikin masyarakat khawatir sekaligus bertanya-tanya. Apakah hal ini saling terkait? Karena seperti kita ketahui, Indonesia tercatat memiliki 69 gunung berapi aktif. Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kasbani, seperti dilansir dari CNN Indonesia menjelaskan bahwa fenomena ini nggak ada kaitannya antara satu gunung dan lainnya, sekalipun lokasi Semeru dan Merapi berdekatan.
Ia mengatakan fenomena yang terjadi pada ketiga gunung tersebut sesuatu yang wajar, sebab jika kantung magma gunung vulkanik aktif sudah penuh, maka akan terjadi yang namanya erupsi. Oleh karena itu, fenomena ini sebenarnya bukan sesuatu yang begitu mengkhawatirkan.
“Ini tidak ada kaitannya gunung satu dengan yang lain. Kalau di kantung magmanya sudah penuh dia akan keluar. Meskipun berdekatan tapi tidak ada kaitannya. Fenomena itu hanya berdekatan saja (waktunya),” terang Kasbani kepada CNN Indonesia, Senin (18/1).
Lebih lanjut ia mengatakan, berdasar pemantauan PMVBG terhadap 69 gunung api aktif di Indonesia, ditemukan 20 di antaranya memiliki aktivitas di atas normal. Termasuk Semeru, Merapi dan Sinabung. Untuk Semeru dan Merapi, ia mengatakan dalam beberapa hari ini terpantau masih terjadi aktivitas di atas normal, seperti erupsi yang menyebabkan lontaran batuan pijar dan hembusan awan panas akibat semburan dari lava.
Oleh karena itu, Kasbani mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan mengikuti anjuran mitigasi bencana yang sudah ditentukan. Untuk Gunung Semeru, ia mengatakan radius 1 kilometer dari puncak merupakan jarak yang harus diwaspadai oleh masyarakat. Sementara untuk Gunung Merapi, jarak aman yang ditentukan berada dalam radius 5 kilometer dari puncak.
Ia pun menganjurkan masyarakat Indonesia untuk mengunduh aplikasi ‘Magma Indonesia’ untuk dapat mengetahui informasi terkait aktivitas yang terjadi di gunung aktif, atau untuk informasi terkini bisa mengunjungi situs vsi.esdm.go.id.
ADVERTISEMENTS
Pola aktivitas Gunung Merapi akhir-akhir ini cenderung nggak berbahaya. Meski begitu, pengamat imbau masyarakat tetap waspada
Sementara itu, pengamat gunung api sekaligus volkanolog ITB, Eng. Mirzam Abdurrahman mengatakan pola aktivitas yang terjadi di Gunung Merapi belakangan ini berbeda dengan yang terjadi pada saat meletus tahun 2010 lalu. Berdasar pengamatannya, guguran lava yang muncul dari Gunung Merapi belakangan cenderung kental, yang harusnya nggak berbahaya jika dibanding letusan disertai wedus gembel.
“Kalau yang keluar dari gunung itu hanya aliran lava, harusnya tidak berbahaya karena aliran lava biasanya sedikit sekali memakan korban jiwa maupun kerusakan infrastrukturnya, karena mengalir lambat tidak secepat letusan disertai wedus gembel,” jelasnya seperti dikutip dari laman resmi ITB.
Meski begitu, ia mengimbau masyarakat untuk terus berhati-hati, karena berdasar laporan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), gempa vulkanik masih sering terjadi. Selain itu, ia mengingatkan masyarakat juga harus awas jika aliran lava diketahui memiliki temperatur tinggi tetapi nggak mengalir jauh. Hal tersebut dapat mengindikasikan terjadi penyumbatan yang berpotensi mengakibatkan akumulasi energi dari magma yang belum keluar.
Untuk itu, Mirzam meminta masyarakat memahami warna lava yang dapat mencerminkan suhu, sebagai referensi melakukan mitigasi mandiri. Dengan itu, masyarakat yang tinggal di sekitaran gunung tahu harus berbuat apa jika terjadi sesuatu.
Berikut adalah perbedaan warna lava berdasarkan suhunya:
- Lava putih memiliki suhu lebih dari 1.150 C
- Lava kuning keemasan memiliki suhu lebih dari 1.100 C
- Lava oranye memiliki suhu antara 900-1.000 C
- Lava warna merah buah ceri memiliki suhu lebih dari 700-800 C
- Lava berwarna merah tanah memiliki suhu lebih dari 550-625 C
- Lava berwarna merah redup memiliki suhu lebih dari 475 C
- Lava pijaran tungku pizza memiliki suhu lebih dari 260-315 C
Itu dia penjelasan ahli mengenai fenomena erupsi tiga gunung di Indonesia yang terjadi dalam waktu berdekatan. Semoga apa yang terjadi memang bukan sesuatu yang berbahaya, ya.