Masih seputar politik, tapi lupakan pemilu sejenak. Ada kabar dari Pak Edy Rahmayadi idola kita semua nih.
Beliau kembali mengeluarkan pernyataan yang cukup “menarik hati”. Gubernur Sumatera Utara ini mengancam akan mundur dari jabatannya tepat di satu tahun kepemimpinannya–yang berarti empat bulan nanti–andai kata warga Sumut tak mau menurut lagi dengannya.
ADVERTISEMENTS
*puk puk*
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Karena agar seorang pemimpin bisa sukses, rakyat harus bersedia untuk menurut dan ingin dipimpin. Begitu ujar beliau
“Kalau masih main-main Sumut tak pernah bisa bermartabat. Jadi saya mohon, berapa tahunkah saya jadi gubernur, 5 tahun selesai. 1 tahun, saya sekarang sudah 8 bulan. Saya cek 4 bulan ke depan rakyat Sumut ini tak mau saya pimpin, saya yang mundur. Tolong pers tulis itu gede,” tukasnya, dilansir dari Jakarta Post dalam sebuah acara yang digelar oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
Sinergi antara pemimpin dan masyarakatnya sangat penting demi mencapai misi bersama, termasuk misi untuk membangun provinsi yang lebih baik. Menurut Pak Edy, sinergi itu telah mulai sirna dalam provinsi Sumatra Utara, dan pemerintahan gagal untuk membenahi akuntabilitas performanya dalam skala nasional.
Ini membuat Pak Edy malu, dan beliau menyalahkan pemerintah daerah yang tidak kooperatif.
Sang gubernur, yang didukung oleh enam partai politik termasuk Partai Gerindra dan Partai Kesejahteraan Sosial (PKS) selama pemilihan umum daerah tahun kemarin, menukaskan sebelumnya bahwa ia mencoba untuk menyatukan seluruh warga kota dan para pemimpin daerah dalam pertemuan-pertemuan penting, namun tak semuanya datang. Sehingga sulit untuk mengambil keputusan.
Pak Edy juga menyoroti perkara pengelolaan sampah dan Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LKIP). Dua hal ini mendapat peringkat rendah di Indonesia, yakni urutan ke-34 secara nasional.
“Masalah sampah dan Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah Provinsi Sumatera Utara masih buruk peringkatnya. Saya jalan tadi sekitar 2 KM masih banyak sampah yang berserakan. Tetapi, saya perhatian kok tidak ada wartawan yang membahas ini, kalau mempelesetkan omongan Gubernur cepat kali. Kita harus ubah ini,” ujarnya.
Pak Edy tampaknya memang masih tidak nyaman dan ‘susah akrab’ dengan wartawan. Wadaw, jadi suka takut kita-kita ini
Masih ingatkah saat mantan ketua PSSI ini sempat bersitegang dengan pembawa acara Kompas TV, Aiman Witjaksono? Kala itu Aiman mempertanyakan kapabilitas Pak Edy memegang dua jabatan penting sekaligus: Ketua PSSI dan Gubernur Sumatera Utara. Pertanyaan yang lumrah, namun, jawaban Pak Edy cukup mengejutkan: “Apa urusannya Anda menanyakan itu?”
Krik krik krik…..
Syahdan, kali ini Pak Edy sangat berharap kalangan pers mampu saling dukung dengan pemerintah guna memberikan pemahaman yang baik kepada masyarakat untuk ikut serta membangun Sumatera Utara.
“Tanpa pers Sumatera Utara tidak akan maju,” ujarnya
Pak Edy menargetkan LKIP Sumut masuk lima besar tahun depan, dan beliau berharap pers dapat mendukungnya–daripada malah menghasilkan berita yang memojokkannya melulu. “Pers ada untuk memajukan dan memotivasi anak bangsa,” tukas Pak Edy seusai acara. “Targetnya tahun depan kita harus masuk The Big Five”.
Tapi apakah mudah bagi Pak Edy untuk mundur?
Seorang dosen politik dan ilmu sosial dari Universitas Sumatra Utara, Muryanto Amin, mengatakan bahwa ancaman Pak Edy untuk mundur adalah sebuah ekspresi kekecewaan, lantaran pemerintahannya belum menunjukan performa yang maksimal selama kepemimpinannya.
Terkait hasrat kuat Pak Edy untuk mundur, Muryanto menjelaskan bahwa semua tak semudah itu Ferguso. Menurutnya, seorang gubernur tak bisa begitu saja mundur, karena ada mekanisme yang harus diikuti, termasuk perlunya pengajuan dan sebagainya.
Jadi Pak Edy, jangan pesimis dulu ya. Kamu pasti bisa, semangat!