Pada 11 April 2017 silam, kita dikejutkan oleh pemberitaan tentang penyerangan yang dialami oleh seorang petinggi KPK, Novel Baswedan. Novel yang kala itu baru saja selesai melaksanakan shalat subuh berjamaah di masjid yang tak jauh dari rumahnya tiba-tiba disiram dengan air keras oleh dua orang pria tak dikenal. Cairan air keras tersebut akhirnya mengenai wajah Novel dan menimbulkan luka yang serius pada matanya hingga kini.
Novel yang saat itu diberitakan menangani sejumlah kasus besar, salah satunya adalah dugaan penyelewengan dana KTP elektronik membuatnya menjadi target sasaran beberapa teror yang terjadi. BBC menyebutkan bahwa upaya tersebut ditujukan untuk melemahkan usaha KPK dalam memberantas kasus yang sedang terjadi.
Sejak saat itulah Novel Baswedan menjalani rangkaian pemeriksaan untuk mengobati matanya sembari menunggu penyelesaian hukum terkait dengan kasus yang menimpanya. Akan tetapi hingga saat ini tak ada satu pelaku pun yang diproses secara hukum oleh pihak kepolisian.
Teror terhadap Novel Baswedan tak hanya terjadi sekali saja
Penyiraman air keras terhadap Novel bukan satu-satunya teror yang didapat olehnya, namun ada beberapa rangkaian teror lain yang membahayakan baginya juga. Dalam tulisan yang dimuat di Alinea, sebelum terjadinya penyiraman air keras tersebut, Novel pernah ditabrak oleh mobil ketika menangani kasus korupsi Bupati Buol, Amran. Dan pada tahun 2016, ia kembali mendapatkan teror dengan pola yang sama hingga terjatuh dari sepeda motornya.
Novel Baswedan juga bukan merupakan satu-satunya yang mendapat teror yang bertujuan melemahkan KPK
Berdasarkan wawancara Novel dengan Jawa Pos, dituliskan bahwa banyak terjadi juga teror maupun penyerangan terhadap pegawai KPK lain bahkan sampai pimpinan KPK. Menurutnya dalam pola serangan yang terjadi, tidak ada yang secara kebetulan ataupun secara acak, semuanya terkait dengan sebuah kasus yang ditangani oleh KPK. Banyak yang mendpatkan teror, namun memang tak ada satupun yang terungkap hingga sekarang.
Dukungan datang silih berganti dari banyak pihak dari waktu ke waktu
Terkait dengan kasus penyiraman air keras yang menimpa Novel, akhirnya hal tersebut mengundang keprihatinan publik. Lembaga yang dinilai menjadi garda depan untuk memberangus korupsi di Indonesia justru dilemahkan statusnya oleh para penjahat negara. Masyarakat menilai hal ini adalah sebuah kemunduran bangsa dalam memerangi kejahatan korupsi yang seolah-olah telah menjadi budaya di negara kita. Selama 2017 hingga saat ini, berbagai aksi telah dilakukan oleh masyarakat guna mendukung agar kasus Novel ini dituntaskan, mulai dari membuat petisi hingga turun langsung ke jalan-jalan. Bahkan, terkadang dalam beberapa momen tertentu, masyarakat mendatangi langsung kantor KPK untuk menunjukkan dukungan mereka.
Dua tahun sudah kasus ini berlalu, hingga sekarang tidak terlihat keseriusan pihak berwajib dalam menangani kasus ini
Berbagai upaya sebenarnya telah dilakukan guna menuntaskan penyelesaian kasus ini. Menurut pernyataan Novel yang dimuat dalam wawancaranya di Jawa Pos, sampai saat ini pun teror terhadap KPK masih terus saja terjadi. Negara sendiri seakan-akan tidak serius untuk menangani masalah ini. Keberpihakan negara semakin ke sini semakin tidak terlihat. Hal itu tentu saja sangat membayakan, apalagi ketika sekarang KPK sedang gencar-gencarnya memberantas korupsi. Ketidak hadiran negara akan membuat para koruptor dengan leluasa bergerak.