Jika biasanya kita melihat keriuhan anak-anak yang berhamburan keluar kelas saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berakhir di suatu sekolah, nggak demikian dengan SD Negeri Sidoharjo 1. Sekolah Dasar (SD) milik pemerintah yang terletak di sebuah desa di kecamatan Sidoharjo, kabupaten Sragen ini nyaris kosong tak berpenghuni lantaran ditinggal pindah murid-muridnya. Bahkan sejak dua tahun ajaran baru terakhir, nggak ada murid yang mendaftar di sekolah ini sama sekali. Sedih banget nggak sih?
ADVERTISEMENTS
Setelah meluluskan 7 murid di tahun ini, sisa murid di SDN Sidoharjo 1 pun tinggal 16 anak. Tapi sayang, mereka pun memilih untuk pindah juga 🙁
Melansir hasil investigasi Solopos beberapa hari lalu, Sri Murwani, Kepala SDN Sidoharjo 1 mengungkapkan kekecewaannya lantaran baru saja ditinggal 16 murid terakhirnya di awal tahun ajaran baru ini. Ke-16 muridnya tersebut antara lain delapan murid kelas VI, lima murid kelas V, dan sisanya dua murid di kelas IV dan satu murid di kelas III.
Diakui Sri Muwarni, sudah dua tahun terakhir sekolahnya nggak mendapatkan murid baru. Pihaknya sudah berusaha jemput bola ke pemukiman warga untuk menawarkan sekolahnya, mirisnya, usaha ini nggak berbuah hasil. Sepeninggal 16 murid terakhirnya, KBM di SDN Sidoharjo 1 ini pun berhenti total. Guru-guru pun jadi menganggur 🙁
ADVERTISEMENTS
Kendala ini disebabkan karena letak geografis sekolah yang nggak mendukung. Lha wong posisinya dekat banget sama pintu masuk tol dan ringroad
Sudah sejak lama, kondisi geografis SDN Sidoharjo 1 ini memang nggak memungkinkan untuk KBM. Setelah dibuka ringroad utara pada 10 tahun silam, murid di sekolah ini terus berkurang. Eh, sekarang malah ada pintu tol yang juga dekat posisinya dengan sekolahan — yang bikin warga semakin waswas untuk menyekolahkan anaknya di SDN Sidoharjo 1 lantaran jalanan semakin ramai oleh kendaraan.
ADVERTISEMENTS
Masalah ini sudah dilaporkan ke kordinator wilayah setempat, dan statusnya sekarang masih menunggu keputusan dari dinas
Saat ini, masih ada lima guru yang terpaksa menganggur karena ketiadaan murid, dua di antaranya berstatus pegawai negeri sipil (PNS). Sri Murwani telah membujuk dua guru berstatus wiyata bakti untuk mencari sekolah lain. Dengan harapan agar guru-guru yang terpaksa menganggur ini bisa segera mengajar kembali, Sri Murwani telah melaporkan masalah ini ke korwil.
“Para guru di SDN Sidoharjo 1 akan dipindah ke sekolah lain yang masih kekurangan guru. Mereka tinggal nunggu SK”, ucap Hadi Sutopo, Kepala Bidang Pembinaan SD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sragen.
ADVERTISEMENTS
Kasus semacam ini bisa jadi alarm bagi pemerintah, bahwa pembangunan infrastruktur juga perlu memperhatikan keberadaan fasilitas umum lain, apalagi sekolahan
Beberapa tahun belakangan, pembangunan infrastruktur yang menjadi produk utama pemerintahan memang sedang gencar dilakukan. Berbagai fasilitas umum dibangun di seluruh penjuru Indonesia, termasuk jalan tol. Namun, rupanya pembangunan infrastruktur tak selalu memberikan dampak positif terhadap aktivitas masyarakat, seperti halnya yang menimpa SDN Sidoharjo 1 ini.
Berita miris ini harusnya menjadi kritik bagi pemerintah agar melakukan peninjauan ulang sebelum membangun insfrastruktur ke depannya nanti, terutama jika wilayah yang ditargetkan berdekatan dengan pemukiman warga dan fasilitas umum yang sifatnya krusial. Harapannya, nggak ada lagi sekolah-sekolah lain yang bernasib sama. Semoga guru-guru dan petugas di SDN Sidoharjo 1 segera bisa mengajar dan mendapatkan pekerjaan yang layak, ya!