Menjelang peringatan Hari Pahlawan yang akan berlangsung pada tanggal 10 Nevember mendatang, kali ini Presiden Jokowi mengangkat sejumlah nama tokoh penting untuk diberi gelar kehormatan sebagai Pahlawan Nasional. Salah satunya adalah Dr. Sardjito yang juga merupakan tokoh penting di Universitas Gadjah Mada lho.
Tak mengherankan sih jika Dr.Sardjito mendapat gelar sebagai Pahlawan Nasional. Tokoh yang namanya diabadikan menjadi sebuah Rumah Sakit Umum Pusat Yogyakarta tersebut memang memiliki sepak terjang yang begitu berjasa untuk Indonesia. Yuk, kenalan lebih jauh dengan Dr. Sardjito melalui fakta-fakta berikut ini.
ADVERTISEMENTS
Tak banyak yang tahu kan, jika ternyata Dr.Sardjito ini dulunya merupakan seorang pejuang kemerdekaan Indonesia
Sebagai seseorang yang namanya besar di ranah pendidikan, Sardjito ternyata juga memiliki kiprah sebagai pejuang kemerdekaan saat zaman penjajahan dahulu. Di tengah kecamuk perang mempertahankan kemerdekaan di tahun 1945, Dr. Sardjito berperan dalam pemindahan Institut Pasteur ke Klaten dan memindahkan buku-buku milik sekolah kedokteran ke sana. Hal tersebut adalah wujud kecintaannya terhadap dunia pendidikan dan sebagai bentuk perlawanan kepada penjajahan Belanda dan Sekutu yang masih terjadi di beberapa daerah.
ADVERTISEMENTS
Darah sebagai cendekiawan memang menurun dari ayahnya
Sesuai dengan gelar pendidikannya, Sardjito adalah seorang dokter lulusan asal STOVIA, yang merupakan sekolah kedokteran di zaman kolonial Belanda pada 1915 silam. Ia adalah seorang anak dari seorang ayah yang memiliki profesi sebagai guru. Karena itulah semangat dan kecintaannya kepada dunia pendidikan lahir. Masa mudanya ia habiskan untuk melahab buku-buku pengetahuan.
ADVERTISEMENTS
Merupakan rektor pertama UGM, sekaligus salah satu founding fathers-nya
Siapa sangka jika ternyata UGM yang saat ini namanya terkenal sebagai salah satu universitas terbaik di Indonesia pada awalnya hanyalah Fakultas Kedokteran RI. Fakultas tersebut didirikan oleh Sardjito bersama 3 tokoh lainnya pada tahun 1946 lalu. Berawal dari situlah akhirnya Fakultas RI berkembang menjadi UGM seperti yang kita kenal sekarang ini.
Setelah berdirinya UGM untuk yang pertama kali, ia menduduki jabatan sebagai rektor selama 12 tahun masa kerja. Dengan hal tersebut, selain sebagai rektor yang pertama, Sardjito juga merupakan salah satu founding fathers atau pendiri dari universitas tersebut.
ADVERTISEMENTS
Pernah juga menjabat sebagai rektor Universitas Islam Indonesia, dan konon tidak pernah mengambil gajinya selama menjabat
Selain menjadi rektor pertama UGM, Dr. Sardjito juga menjadi rektor ketiga Universitas Islam Indonesia (UII) selama periode 1963-1970. Di bawah kepemimpinan beliau, UII berkembang pesat dengan bertambahkan fakultas pendidikan dan dibukanya banyak cabang di berbagai kota. Selain itu status UII juga disamakan. Hingga akhir masa jabatan beliau, UII sudah memiliki 22 Fakultas dan cabang di 8 kota. Yang unik, konon selama menjabat sebagai rektor UII, Dr. Sardjito nggak pernah mengambil gajinya lho. Kini di UII, namanya diabadikan sebagai nama salah satu gedung untuk kuliah umum.
ADVERTISEMENTS
Di dunia kedokteran Indonesia, Sardjito juga merupakan salah satu tokoh yang berpengaruh lo
Sepak Sardjito dalam dunia kedokteran di Indonesia pun tak diragukan lagi. Ia menjadi orang penting di balik penemuan-penemuan dunia medis. Beberapa di antaranya seperti yang telah disebutkan oleh Kompas adalah menemukan obat bagi penderita batu ginjal, dan juga obat penurun kadar kolestrol.
Ketika menjabat sebagai direktur pertama di Institut Pasteur, Dr. Sardjito berhasil menemukan dan memproduksi berbagai vaksin, seperti anti infeksi untuk typus, kolera, disentri, staflokoken, dan streptokoken. Salah satu aksi heroiknya adalah menyelamatkan vaksin cacar dari peristiwa Bandung Lautan Api dengan cara memasukkannya ke dalam tubuh seekor Kerbau yang kemudian dibawa ke Klaten.
ADVERTISEMENTS
Nama Sardjito telah diusulkan sebagai Pahlawan Nasional oleh pihak UGM sejak tahun 2011
Perjuangan untuk mengukuhkan nama Sardjito agar mendapat gelar sebagai Pahlawan Nasional tersebut sebenarnya telah diajukan oleh pihak UGM pada tahun 2011 lalu. Namun, pada bulan Juli 2012, tim dari UGM tersebut baru bisa menyelesaikan surat sebagai permintaan kepada negara.
Akhirnya, perjuangan selama 9 tahun untuk menjadikan tokoh penting tersebut menjadi salah satu Pahlawan Nasional Indonesia terbayar sudah. Pada tanggal 7 November lalu, Presiden Jokowi menandatangani keputusan dan menetapkan Sardjito dengan 5 tokoh lainnya sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
Mereka di antaranya adalah Ruhana Kuddus, Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi, Abdul Kahar Muzakir, Alexander Andries (AA) Maramis, dan KH Masjkur.