Kabar soal penyakit yang diderita Bu Ani Yudhoyono sudah sampai ke telinga publik sejak dua bulanan lalu. Mantan ibu negara ini diketahui mengidap kanker darah sehingga harus menjalani perawatan intensif di National University Hospital (NUH) Singapura. Berbagai treatment sudah dilalui Bu Ani. Kabar terbarunya, ia akan menjalani donor sumsum tulang belakang dengan pendonornya adalah adik kandungnya sendiri, Pramono Edhie Wibowo.
Donor sumsum tulang belakang adalah pengobatan yang seringkali dibutuhkan penderita kanker darah seperti Bu Ani. Prosedur medis ini punya risiko yang cukup tinggi lo, mengingat tidak sembarang orang bisa jadi pendonor. Kalau tidak cocok, justru bisa membahayakan kondisi si pasien. Sulit banget menemukan donor yang cocok. Kali ini Hipwee News & Feature akan mengajak kalian mengenal lebih dalam soal donor sumsum tulang belakang. Simak bersama, yuk!
ADVERTISEMENTS
Prosedur donor sumsum tulang belakang ini memang biasanya diperlukan bagi pasien yang menderita kanker darah. Tujuannya untuk menghasilkan sel darah baru
Seperti halnya donor pada umumnya, pada donor yang akan dijalani Bu Ani ini sel induk atau sumsum tulang pendonor akan diambil untuk kemudian dimasukkan ke dalam tubuh pasien. Tujuan transplantasi sumsum tulang belakang ini untuk mengisi kembali tubuh dengan sel-sel sehat setelah kemoterapi dan radiasi dilakukan. Nah sumsum tulang sendiri, seperti dilansir dari Hello Sehat, berfungsi menghasilkan sel darah. Pada penderita leukimia, sumsum tulangnya rusak dan tidak berfungsi. Makanya butuh donor agar sel darah tetap bisa diproduksi.
Beda dengan donor darah, mencari donor sumsum tulang belakang yang cocok itu sangat sulit. Anggota keluarga-pun tidak pasti cocok
Tidak seperti donor darah dimana banyak sekali orang bisa jadi pendonor, asalkan kondisi tubuhnya memenuhi syarat. Donor sumsum tulang belakang tidak bisa dilakukan sembarang orang. Umumnya orang yang cocok jadi pendonor adalah anggota keluarga sendiri, itu pun biasanya harus saudara kandung. Kalau saudara kandung kecocokannya atau kesuksesannya bisa mencapai 25%. Sedangkan untuk orangtua dan anak cuma sekitar 0,5 % aja.
Lalu, bagaimana jika kondisi anggota keluarga tidak memungkinkan untuk mendonor? Satu-satunya kemungkinan ya mendapat donor dari orang asing yang tidak punya hubungan darah sama sekali. Tapi itu pun peluang menemukan yang cocok bisa sekitar satu banding jutaan orang.
Sekalipun sudah menemukan pendonor yang cocok, ia harus melalui rangkaian prosedur rumit. Soalnya harus benar-benar dipastikan pendonor ini sehat
Sebelum benar-benar mendonorkan sumsum tulangnya, pendonor harus melalui rangkaian pemeriksaan kesehatan yang cukup rumit. Mulai pengambilan sampel sumsum yang tujuannya mencocokkan dengan milik si pasien, tes darah lengkap, sampai tes DNA. Calon pendonor juga harus memenuhi setiap syarat yang ditujukan. Mengingat begitu rumit prosedur yang harus dilalui, tidak heran kalau biaya donor sumsum tulang belakang ini tidak murah. Di Indonesia sendiri ternyata masih sedikit institusi kesehatan yang menyediakan prosedur medis ini lo.
Nah, kalau ternyata donor yang diterima tidak cocok, alih-alih sembuh, kondisi pasien justru bisa semakin memburuk, sekalipun pendonornya orangtua sendiri lo
Jika pasien dipaksakan menerima donor sumsum tulang yang tidak cocok, kemungkinan kondisinya bisa memburuk. Sekalipun dari orangtuanya sendiri, karena donor yang tidak sesuai bisa melemahkan sistem imun. Tubuh malah akan menolak dan ini tentu akan memperlambat proses penyembuhan si pasien. Selain itu, pasien juga berisiko terkena infeksi atau gangguan kesehatan lain.
Nah, gimana? Sudah paham ‘kan seluk beluk donor sumsum tulang belakang? Meski terbilang ampuh, tapi ya itu tadi, donor tidak bisa dilakukan sembarangan. Semoga setelah menemukan donor, proses pengobatan Bu Ani semakin lancar dan kondisi Beliau bisa semakin membaik ya…