Ada yang keliru jika menganggap cara terbaik untuk menimbulkan efek jera terhadap seseorang yang dianggap bersalah adalah dengan menyebarkan kesalahannya ke orang lain. Selain secara moral tidak dibenarkan, konsekuensinya bisa membuat makin runyam. Entah jika itu benar sebuah kesalahan, apalagi jika tidak. Masih ingat ‘kan peristiwa penggerebekan hingga penelanjangan sepasang kekasih karena dicurigai bertindak asusila beberapa waktu lalu? Tak cukup hanya mengarak mereka dalam kondisi telanjang, salah satu warga yang ikut menggerebek juga merekam dan mengunggahnya ke media sosial. Padahal informasi yang beredar selanjutnya mengatakan jika tuduhan yang dilayangkan ke mereka sama sekali nggak benar.
Belum lama ini muncul ‘tragedi’ serupa akibat sebuah tindakan gegabah.
Dua orang lelaki kakak beradik ini kabarnya sudah 4 tahun lamanya tak berjumpa. Apes, saat sedang melepas rindu, mereka malah bersebelahan dengan wanita ‘haus konten’ yang merekam dan menuduh mereka gay
Bukan main, di zaman sekarang nggak butuh waktu lama bagi seseorang untuk bisa menebar kebencian dan menghancurkan hidup orang lain. Caranya? Sebarkan aja di media sosial, bubuhkan caption berapi-api, dan tadaaa... kamu bakal berhasil jadi ‘pahlawan’ yang dianggap bisa memberantas keburukan. Apalagi kalau bisa diangkat media nasional juga. Masalah benar atau nggaknya itu urusan belakang. Yang penting tenar dulu.
Kamis (21/12) kemarin, wanita bernama Sri Mulyani merekam dan sempat menegur dua orang lelaki yang tampak bermesraan di atas motor. Nggak cuma itu, Sri juga menyebarkan video itu lewat akun Facebooknya, tak lupa dengan membubuhkan caption menghakimi.
“Tadinya mtrnya mau ku tendang, tp krna kakiku gak sampe akhrnya hanya ku tegur. Maaf jika tindakanku salah…Kalau aku gak suka ya ku labrak.” – caption Sri dalam videonya.
Keesokan harinya, sebuah klarifikasi datang dari akun milik orang yang mengaku dosen dari si kakak dalam video. Ia menjelaskan kalau mereka bukan pasangan gay
Tau kasus video orang “disangka gay” dilabrak ibu2 yang viral itu? Padahal itu kakaknya sendiri yang baru pulang. 4thn ga ketemu
Efeknya? Si adeknya trauma, ibunya langsung sakit.
I’m trying to help. Please report all of that video. Let us help her and do the damage control pic.twitter.com/Mwb7qDqMET
— Runni (@Runnizy) December 26, 2017
Sehari setelah peristiwa itu terjadi, akun Facebook dengan nama Aquarini Priyatna mengunggah sebuah klarifikasi yang menyatakan dua orang dalam video itu bukanlah pasangan gay, seperti yang disangkakan warganet dan beberapa media nasional. Unggahan Aquarini juga tersebar hingga ke Twitter. Wanita yang berprofesi sebagai dosen Sastra Inggris Universitas Padjajaran itu juga mengimbau agar orang-orang yang membaca klarifikasinya membantu melaporkan ke berbagai platform media sosial agar video itu dihapus.
Berdasarkan kabar itu, ibu dari dua kakak-adik itu tak henti menangis karena kabar miring yang terlanjur tersebar. Si adik trauma dan nggak berani keluar rumah. Tuduhan nggak berdasar itu sukses membuat sekeluarga mereka sedih, trauma, bahkan takut. Entah kapan perasaan mereka bisa pulih seperti sediakala.
Kemarin (26/12), pengunggah video itu akhirnya mengeluarkan permintaan maaf di akun Facebooknya
Sebuah permintaan maaf datang dari akun Sri Mulyani selaku pihak yang menyebarkan video tuduhan kakak-adik sebagai pasangan gay tersebut. Ia menyadari bahwa dirinya salah sudah menyebabkan kisruh hingga hujatan-hujatan di media sosial terhadap keluarga pasangan itu. Sri juga menjelaskan kalau ia sudah berbicara langsung melalui telepon dengan orang yang ada dalam videonya. Permasalahan sudah diselesaikan dengan kekeluargaan.
Harapannya, jangan sampai peristiwa seperti ini terjadi lagi.
Memang, kebetulan mereka kakak-adik. Namun, jika pun bukan, tak ada yang salah bagi sepasang laki-laki menunjukan keakraban melalui kontak fisik. Tak sedikit masyarakat di berbagai belahan dunia yang menganggapnya hal yang lumrah. Contohnya, negara-negara di Timur Tengah.
Kamu yang sering berkunjung ke Arab Saudi, Yaman, atau negara-negara Timur Tengah pasti pernah melihat sesama lelaki yang saling menyentuhkan hidung saat bertemu. Dalam sejarahnya, hidung dianggap sebagai bagian wajah yang paling menonjol dari wajah, sehingga hidung juga dianggap simbol berharga. Bersentuhan hidung jadi cara mereka menghormati orang lain. Wajar bagi orang Arab untuk berpelukan, memegang tangan, atau menyebut kenalan sesama prianya sebagai “kekasih”. Jadi pemandangan seperti yang di video viral itu sebenarnya sangat biasa terjadi di sana.
Belakangan rasanya Indonesia memang sedang mengalami “kepanikan moral”, yakni semacam rasa takut berlebih terhadap segala sesuatu yang dianggap mengancam moralitas di lingkungannya, terutama terkait perilaku seks bebas dan LGBT. Kita harus menyikapi secara lebih jernih dan masuk akal. Berpikirlah seratus kali sebelum mengajukan tuduhan, dan jangan main hakim sendiri. Jika memang merasa yakin ada yang keliru, lakukan teguran selayaknya. Sungguh tindakan tidak terpuji untuk memberi hukuman dengan cara “mempermalukan”.