“Menyerah adalah kesalahan terbesar dalam hidup.” – Cristopher, pelajar SMAN 8 Yogyakarta.
Meskipun kalau bicara soal teknologi, Indonesia masih kalah dengan kebanyakan negara maju di luar sana, tapi prestasi anak bangsa di bidang tersebut sepertinya nggak bisa dipandang sebelah mata. Sebut saja temuan mobil listrik para pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Atau mahasiswa ITB yang membuat penemuan inovatif berupa inkubator jinjing untuk mobilisasi bayi di daerah bencana. Mereka cuma segelintir dari banyak anak Indonesia yang punya karya mengagumkan.
Sayangnya, nggak semua anak berprestasi di Indonesia mendapat sambutan dan apresiasi yang baik dari pemerintah. Satu di antaranya adalah pelajar SMA Negeri 8 Yogyakarta, Cristopher Farrel Millenio Kusuma. Kecintaannya pada dunia IT membawa Cristopher terbang ke California AS, untuk mengunjungi markas Google setelah mendapat undangan langsung dari perusahaan teknologi raksasa itu. Sayangnya, Cristopher harus melalui pengalaman pahit ditolak 11 kali di berbagai kompetisi di Indonesia dulu nih. Baca selengkapnya bareng Hipwee News & Feature dulu yuk.
ADVERTISEMENTS
Hasil tak akan mengkhianati usaha. Mungkin itu pepatah yang pantas mewakili pengalaman hidup Cristopher satu ini
Meski masih duduk di bangku SMA, kemampuan Cristopher di bidang teknologi agaknya nggak bisa dianggap remeh. Prestasinya sudah segudang. Salah satunya keberhasilannya memenangkan medali emas dalam ajang Lomba Penelitian Belia 2017 yang diselenggarakan pada 16-18 November kemarin di Kampus Indonesia International Institute for Science Life, Jakarta. Di kompetisi tersebut, Cristopher mengusung judul “Reversed Genetic Algorithm for Extreme Lossless Data Compression”. Intinya ia menemukan algoritma genetika yang bekerja terbalik untuk mengompress data tanpa mengurangi kualitas data asli. Ini berguna ketika seseorang akan mengunduh file berukuran besar tapi kuota internetnya terbatas.
Namun tidak ada yang menyangka kalau yang akhirnya mengangkat namanya justru penelitian yang tidak diakui dan ditolak berkali-kali di Indonesia. Setelah penolakan berkepanjangan sebanyak 11 kali di berbagai ajang atau kompetisi di Indonesia sejak tahun 2016, ide Christopher justru berhasil mencuri perhatian Google lho! Iya, Google. Perusahaan raksasa di bidang IT itu. Meski pahit ditolak di negeri sendiri, ternyata pemikiran Christopher justru diapresiasi oleh perusahaan internasional sebesar Google. Untung saja ya pelajar ini pantang menyerah…
ADVERTISEMENTS
Iseng mengirim penelitiannya ke Google, eh ternyata diterima. Ia sampai nggak menyangka proposalnya mendapat sambutan baik dari Google
Semua bermula ketika Cristopher iseng mengirimkan proposal penelitiannya ke Google via email. Riset yang ia ajukan adalah tentang “Data Compression Using EG and Neural Network Alghorithm for Lossless Data”. Christopher menggunakan metode saraf tiruan yang digunakan untuk mencari pola pada data yang diteliti. Tak disangka, Google membalas emailnya dengan memberikan undangan untuk datang langsung ke kantor Google di AS. Ia pun terbang ke Mountain View, California untuk mempresentasikan langsung gagasannya kepada petinggi Google.
ADVERTISEMENTS
Sepulang dari AS, Cristopher menceritakan pengalaman yang ia dapatkan selama di sana
Begitu banyak hal yang bisa Cristopher dapatkan selama berada di AS. Ia mengaku pengalaman tersebut sangat berharga baginya. Ia merasakan bagaimana duduk di antara banyak calon-calon peneliti di bidang IT. Yang paling membuatnya terkesan, di sana semua orang berani menyuarakan ide-ide brilian mereka tanpa takut ide tersebut dicuri. Seolah sejalan dengan pemikirannya, menurut Cristopher, ilmu tak akan berguna jika tidak disalurkan ke orang lain. Untuk itu ia bertekad untuk terus membagikan ilmunya agar bermanfaat bagi dunia.
Anak-anak semacam Cristopher ini jelas jadi investasi berharga bagi Indonesia, mengingat kehidupan dunia di masa mendatang akan banyak berpusat pada teknologi. Semoga aja pemerintah bisa lebih mengapresiasi mereka ya!