Dahulu kala, hidup menderita, menunggu pangeran datang untuk menyelamatkan, lalu hidup bahagia sampai tua seperti yang dialami Disney princess adalah dambaan banyak perempuan. Nggak sedikit cewek yang berpikir kehidupan seperti itu jadi tolok ukur kebahagiaan yang paripurna. Bahkan, ada yang dengan mata berbinar mengatakan ingin hidup seperti Putri Aurora; cuma tidur aja, pangeran datang dan menciumnya, kemudian mereka tinggal di istana.
Hmm, tapi itu dulu, ya. Zaman putri Disney yang digambarkan lemah, selalu jadi korban, dan baru merasa bahagia setelah pangeran menyelamatkan, kini sudah berakhir. Sekarang, kita masuk ke era kemunculan putri-putri Disney dengan karakter kuat dan mandiri. Hidupnya pun nggak bergantung lagi pada laki-laki yang kerap digambarkan sebagai pangeran. Sebaliknya nih, SoHip, putri Disney zaman sekarang tahu cara membela dirinya sendiri.
Satu lagi…. kamu tahu nggak kalau ada beberapa film putri Disney yang nggak ada pangerannya sama sekali? Iya, serius! Cerita putri tanpa pangeran, kan, masih sedikit aneh, tapi Disney makin berani mendobrak citra yang mereka bangun selama ini. Menghilangkan karakter pangeran dalam cerita, contohnya.
Sebenarnya, sejak kapan sih perubahan putri Disney ini terjadi?
Kalau nggak ada pangeran lagi, cerita putri Disney nggak seru dong?
Eits, jangan meremehkan dulu, ya. Hipwee Premium udah merangkum sejumlah fakta perubahan karakter Disney princess dari masa ke masa nih, plus cerita apa yang jadi tema besarnya. Yuk, langsung simak aja, SoHip!
ADVERTISEMENTS
Disney Princess dalam tiga babak, evolusi karakter putri dari yang klasik sampai yang paling terkini
Ketika merunut lagi karakter putri Disney bertahun-tahun silam, ada perubahan yang cukup menyolok dengan karakter putri Disney sekarang. Sebenarnya, perubahan ini nggak terjadi secara drastis, lo, SoHip. Sejak tahun 1937-an sampai sekarang, karakter putri Disney pelan-pelan terus mengalami perubahan. Nah, jika kamu perhatikan, ada tiga babak yang menandai perubahan tersebut.
ADVERTISEMENTS
a. Era ‘Damsel in Distress’ atau Era Klasik
Di masa ini, Disney princess masih kental dengan citra putri yang harus diselamatkan pangeran. Rata-rata karakter putri ini digambarkan sebagai sosok yang menderita atau tengah dalam masalah. Makanya nih, kita familier dengan tokoh Putri Salju (Snow White) atau Cinderella. Tahu, kan, apa persamaan meraka? Ya, keduanya menjalani penderitaan gara-gara dibenci anggota keluarga seperti ibu dan kakak tiri.
Sayangnya, alih-alih membela diri atau melawan ketika diperlakukan nggak adil, putri-putri itu memilih pasrah. Kehidupan mereka yang bahagia pun baru dimulai saat pangeran tiba. Bersanding dengan pangeran jadi akhir cerita yang khas Disney pada masa ini. Bahkan, sepanjang cerita Disney Princess di tahun 1937-1959, kamu hanya disuguhkan kemalangan, penderitaan, dan kepasifan para putri.
ADVERTISEMENTS
b. Era Disney princess mulai jadi sosok yang memberontak
Sebenarnya, Disney princess di masa ini masih membutuhkan pangeran atau sosok laki-laki sebagai sumber kebahagiaan. Namun, kamu akan menemukan sedikit perubahan yang membedakannya dengan putri Disney di masa klasik. Diduga karena desakan dan protes sebagian orang yang menilai karakter putri Disney sebelumnya terlalu konvensional, akhirnya karakter putri dibuat lebih unik dan fresh.
Di era ini, putri Disney digambarkan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, berjiwa bebas, dan mulai berani memberontak saat dihadapkan dengan keadaan yang sulit. Ketimbang menyerah pada keadaan, mereka berusaha untuk melakukan sesuatu agar nasibnya nggak berakhir malang. Menukil Stanford Daily, sayangnya motif mereka masih didasari oleh pangeran atau laki-laki. Meski tampak lebih berani, kebahagiaan yang mereka perjuangkan masih melulu tentang orang lain.
Motif putri Disney ini sebenarnya sah-sah aja. Namun, nggak sedikit orang yang menilai karakter seperti Ariel dalam Little Mermaid atau Pocahontas masih terjebak pandangan seksis dan rasis. Disadari atau nggak, gambaran putri Disney telah memengaruhi cara pandang anak-anak tentang hidupnya, lo. Inilah yang bikin sebagian besar orang nggak puas dengan perubahan tersebut lantaran kesan ‘kebahagiaan putri berpusat pada pangeran’ masih jadi tema cerita.
ADVERTISEMENTS
c. Era Disney princess yang kuat dan independen
ADVERTISEMENTS
Kamu sedang membaca konten eksklusif
Dapatkan free access untuk pengguna baru!