Pelecehan seksual yang dilakukan seorang mitra pengemudi Grab sempat viral di dunia maya. Pengemudi tersebut mencium penumpangnya di perjalanan dan bahkan tetap memaksa penumpang untuk memberikan penilaian bintang lima. Penumpang yang ketakutan terpaksa menuruti kemauan pengemudi tersebut. Kasus pelecehan seksual tersebut sudah dilaporkan kepada pihak Grab untuk mendapatkan tindak lanjut.
Konfirmasi pihak Grab melalui akun Twitternya (@GrabID) menyatakan bahwa pihaknya telah memberikan sanksi sesuai dengan Kode Etik Mitra Pengemudi Grab. Pihak Grab menawarkan mediasi antara kedua belah pihak agar pengemudi bisa memberikan penjelasan secara langsung namun korban nggak mau. Pernyataan dari Grab yang seperti ini membuat warganet geram. Bagi mereka, pantas kok korban nggak mau bertemu dengan pelaku yang telah melecehkannya karena pasti ada rasa trauma. Dan menurut warganet, pernyataan Grab seolah ingin memojokkan korban yang tidak mau melakukan mediasi.
Terima kasih sudah berbagi informasinya dengan kami. Manajemen Grab telah mengetahui informasi ini dan berdasarkan hasil investigasi kami, mitra pengemudi yang bersangkutan telah diberikan sanksi sesuai Kode Etik Mitra Pengemudi Grab.
Kami bikin thread di sini ya. https://t.co/SIiEbiTzoS
— Grab Indonesia (@GrabID) October 9, 2018
Kasus-kasus pelecehan seksual yang terungkap di publik saat ini mirip dengan fenomena gunung es. Yang mencuat di permukaan hanyalah sebagian kecil dari gunung es yang sebenarnya sangat besar. Ini menunjukkan bahwa sebenarnya, masih banyak kasus pelecehan seksual lain yang belum terungkap. Simak lebih dalam yuk bersama Hipwee News & Feature.
ADVERTISEMENTS
Pihak Grab mengajukan mediasi untuk kasus pelecehan seksual. Warganet mengira hal itu dilakukan dengan mempertemukan pelaku dengan korban, pihak Grab pun melakukan klarifikasi
Terima kasih sebelumnya atas masukan dari pelanggan yang peduli dengan Grab. Insiden ini memberikan kesempatan yang baik bagi kami untuk terus belajar, terus meningkatkan cara kami berkomunikasi dan berbuat lebih baik lagi di masa depan. pic.twitter.com/QjC9ePlHbZ
— Grab Indonesia (@GrabID) October 10, 2018
Banyaknya orang yang mengecam perlakuan Grab terhadap korban pelecehan seksual menjadi ramai di dunia maya. Warganet mengecam aksi tersebut, bahkan ada yang sampai menghapus aplikasi Grab agar Grab kehilangan pelanggan. Karena kegaduhan yang dibuatnya, Grab akhirnya memberikan klarifikasi atas pernyataannya. Mereka mengatakan bahwa pertemuan mediasi dilakukan secara terpisah antara Grab dengan pelaku dan Grab dengan pihak korban. Klarifikasi tersebut diunggah dalam Twitternya.
ADVERTISEMENTS
Namun korban pelecehan seksual memang seringkali tidak mendapat keadilan. Misalnya saja kasus penyanyi Via Vallen yang mengaku dilecehkan melalui media sosial malah menuai kontroversi
Bukan kali ini saja kasus pelecehan seksual dipandang sebelah mata. Via Vallen, penyanyi dangdut Indonesia, juga pernah mengungkap pelecehan yang dialaminya melalui media sosial. Saat itu, seorang pemain sepak bola mengirim pesan ke Instagram penyanyi tersebut yang bunyinya melecehkan. Namun, ternyata tanggapan warganet beragam. Banyak yang mendukung Via Vallen, namun ada juga yang menganggapnya ‘lebay’ alias berlebihan. Hal ini sekaligus memperlihatkan betapa kasus pelecehan seksual masih dianggap enteng.
ADVERTISEMENTS
Korban seakan-akan terdidik untuk diam karena merasa pelecehan seksual adalah aib. Bahkan ketika diungkap ke publik, banyak yang bilang berlebihan
Baik penumpang Grab maupun Via Vallen yang mau mempublikasikan bahwa dirinya adalah korban pelecehan seksual patut diacungi jempol atas keberanian mereka. Bahkan Via Vallen mengungkapkan bahwa dirinya berani mengunggah kejadian tersebut untuk menunjukkan bahwa korban pelecehan nggak seharusnya diam saja. Orang Indonesia cenderung dididik untuk diam karena pelecehan seksual dianggap aib. Namun ketika mengungkapnya dibilang berlebihan karena kasusnya dianggap remeh.
ADVERTISEMENTS
Selain itu, pelaku juga hanya menganggap tindakan pelecehan seksual sebagai hal iseng yang remeh. Nggak banyak pelakunya yang berakhir di bui
Belum ada yang melaporkan ke Polisi sekelompok lelaki di pinggir jalan yang menggoda dengan siulan sambil bertanya, “Mau kemana, Mbak? Sendiri aja nih. Gandengan sama saya aja Mbak…” Belum ada juga kasus hukum yang mengangkat komentar nggak pantas di foto Instagram seperti, “Wah, t*ketnya gede. Jadi pengen.”
Orang yang melakukan itu mungkin hanya iseng, tapi korbannya merasa nggak nyaman lho. Hal seperti itu juga termasuk pelecehan seksual. Tapi mereka nggak pernah berakhir di bui. Gimana mau kapok ‘kan~
ADVERTISEMENTS
Pemikiran masyarakat soal pelecehan seksual harus diubah agar semakin banyak korban yang berani bicara. Fenomena ini nggak boleh terus dibiarkan
Sudah selayaknya pemikiran masyarakat yang menganggap kalau siulan dijalan ketika ada perempuan lewat itu iseng semata harus diubah. Tingkatan pelecehan seksual ada beragam. Menggoda dijalan dengan siulan bisa dibilang pelecehan seksual. Mengirim pesan dengan isi yang nggak pantas juga termasuk lho. Nggak mesti sentuhan fisik atau perkosaan baru bisa dibilang pelecehan seksual. Kalau selama ini masyarakat menganggap enteng urusan pelecehan seksual, maka hal itu akan terus-menerus terjadi deh.
Mungkin pemerintah kita harus melihat peraturan baru yang diberlakukan di Perancis seputar catcalling. Di Perancis, orang yang terbukti melecehkan orang, meski hanya lewat siulan atau ‘godaan’, bisa dilaporkan dan dikenai denda lho. Kalau jelas ada aturannya begini, pelaku pasti akan berpikir ratusan kali sebelum seenaknya menggoda atau melecehkan orang lain.